Fenomena Lucinta Luna & 5 Alasan Kenapa Kita Menikmati Gimmick. Dihujat-hujat, Tapi Diikutin Juga

Alasan kenapa orang Indonesia suka gimmick

Nama Lucinta Luna mungkin udah banyak didengar seluruh khalayak Indonesia. Terutama sejak dramanya dengan beberapa public figure kemarin ramai diperbincangkan publik. Ia pun banyak jadi bahan bulan-bulanan terutama di medsos, apalagi karena katanya LL nggak mau ngaku kalau dia transgender. Makanya begitu kena kasus penghinaan rakyat Manokwari, banyak orang senang karena akhirnya dia kena batunya.

Advertisement

Entah dia beneran transgender atau nggak, tapi ngomongin LL ini jelas nggak ada faedahnya sama sekali. Pun dengan gimmick lain yang sering tersaji di layar kaca, yang pura-pura kesurupan lah, pingsan lah, atau berantem-berantem nggak jelas lah, buat apa sih dibahas terus? Tapi anehnya, meskipun kita udah menghujat habis-habisan, kok ya tiap ‘dikasih’ selalu ‘nerima’. Kenapa ya? Simak aja deh rangkuman Hipwee News & Feature kenapa kita bisa begitu menikmati gimmick

1. Mungkin ya kita emang udah dari dulu terbiasa sama acara gosip yang dianggap hiburan. Akibatnya dari pagi, siang, sampai sore penuh acara gosip

Acara gosip via www.brilio.net

Dari dulu kecil, kita udah kerap dihadapkan dengan acara-acara yang memberitakan gosip selebriti tanah air maupun mancanegara. Uniknya, acara-acara itu dikemas dengan konsep hiburan menggelitik dan sedikit ‘nyinyir’. Kita pun nggak sadar jadi makin semangat tiap ada yang memberitakan kehidupan pribadi si artis atau hal sensasional lainnya. Belum lagi porsi acaranya yang terlalu berlebihan. Dalam sehari aja bisa ada 2-3 program gosip di satu stasiun TV. Mulai dari yang khusus pagi, siang, sampai sore.

2. Acara yang awalnya diklaim sebagai acara musik pun, akhirnya juga lebih banyak porsi ngobrolin orangnya

Gimmick berbalut acara musik via celebrity.okezone.com

Dari kebiasaan di atas, kita jadi kayak selalu haus sama sesuatu yang berbau sensasi. Apa-apa yang sensasional selalu laku. Bahkan program-program yang sebenarnya nggak buat membahas kehidupan artis, jadi melenceng ke arah sana, demi menjawab kebutuhan manusia zaman now akan hal-hal bombastis. Misalnya aja kayak acara musik, yang harusnya bahas musik, jadi disisipi obrolan soal orang lain, nyindir sana nyindir sini. Duh!

Advertisement

3. Belum lagi kehadiran akun-akun lambe, membuat gimmick yang belum tentu benar tapi pasti sensasional populer duluan sebelum diklarifikasi

Akun lambe turah via surabaya.tribunnews.com

Parahnya, saat ini gimmick nirfaedah juga hadir melalui medsos terutama Instagram. Lihat aja akun-akun perlambean yang gercep banget menghadirkan gimmick-gimmick yang belum bisa dipastikan kebenarannya. Asal penuh sensasi, klarifikasi terpercaya pun jadi dinomorduakan. Mungkin dari situ kita secara nggak sadar jadi menikmati gimmick-gimmick di manapun medianya.

4. Meski udah tahu nggak bener atau nggak berbobot, tetap aja banyak yang peduli. Dari yang murni penasaran, ikut lucu-lucuan biar nggak kudet, sampai yang khusus ingin menghujat

Tetep aja ngikutin via diberitain.com

Sebetulnya, nggak sedikit kok orang yang paham dan sadar sepenuh hati kalau gimmick-gimmick macam itu nggak bisa bikin bangsa makin cerdas. Tapi ya tetap aja banyak yang peduli. ‘Peduli’ di sini belum tentu sepenuhnya mendukung ya, ada juga yang kepo cuma buat lucu-lucuan biar nggak ketinggalan, menjawab rasa penasaran, sampai murni pengen ikut menghujat. Tapi ya tetap aja termasuk menikmati gimmick, ‘kan? Cuma caranya aja yang beda-beda.

5. Mungkin kalau emang kita beneran mau menghentikan ‘tsunami’ gimmick ini, ya harus benar-benar menutup mata dan telinga 100%, apapun konsekuensinya

Advertisement

Tutup mata dan telinga via olipenathasa.deviantart.com

Satu-satunya alasan kenapa gimmick terus jadi ‘alat’ baik individu maupun kelompok orang buat mengais pundi-pundi popularitas, adalah karena kita sebagai penikmat, nggak henti-hentinya berkomentar, nontonin, atau ngelike apapun konten yang terkait dengan hal tersebut. Sekalipun kita udah hina-hina, kasih pengertian atau nasihat di kolom komentar, mereka nggak akan berhenti. Justru semakin banyak orang komentar, terbawa emosi, mereka makin merasa gimmicknya berhasil.

Jadi ya kalau kita yang mengaku masih waras dan pengen berubah jadi lebih cerdas, pengen menghentikan ‘tsunami’ gimmick ini, mending sekalian nggak usah nonton, ngelike, atau komentar apapun deh. Sebaliknya, alihkan kehausan akan informasi ini dengan akses berita-berita yang lebih berbobot. Atau apa gitu yang menjauhkan dari gimmick murahan~

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

CLOSE