Foto Ini Tunjukkan Perubahan Es di Antartika Hanya dalam Waktu 9 Hari. Esnya Berkurang Drastis!

Foto perubahan es Antartika

Di buku-buku geografi, sejarah, atau buku apapun yang bahas soal bumi seisinya, kutub utara dan selatan itu digambarkan sebagai wilayah yang dinginnya nggak ada ampun. Nggak perlu jauh-jauh memastikan sendiri, lewat foto atau video yang bisa kita akses di internet pun dua wilayah itu memang isinya hamparan salju yang luas banget. Kawasan kutub juga disebut-sebut telah diselimuti salju abadi karena esnya nggak pernah mencair.

Namun sayang, sepertinya penggambaran wilayah kutub yang dingin dan penuh salju itu perlu segera direvisi. Soalnya kondisinya memang udah beda banget kalau dibandingin sama bertahun-tahun lalu. Permukaan es sudah banyak yang mencair akibat pemanasan global. Bahkan Benua Antartika, yang selama ini disebut-sebut sebagai wilayah terdingin sedunia, nggak bisa “lari” dari dampak global warming. NASA baru saja merilis foto perubahan drastis es di sana yang hanya berlangsung selama 9 hari. Laju pencairannya jauh lebih cepat dari yang kita kira selama ini!

Belum lama ini suhu di Benua Antartika memanas, mencapai suhu tertinggi yang pernah tercatat di Kutub Selatan. Biasanya -30 sampai -60 an derajat Celsius, tapi kemarin sempat jadi 18,3 derajat Celsius!

Foto before-after dataran Antartika via www.sciencealert.com

Peningkatan suhu yang cukup drastis ini terjadi dalam kurun waktu 5-13 Februari. Hanya butuh waktu 9 hari saja untuk bisa membuat lapisan es di Eagle Island , sebuah daratan di ujung Semenanjung Antartika, meleleh. Perubahannya itu diabadikan oleh satelit NASA. Ilmuwan sampai bingung sendiri melihat betapa cepat suhu panas mencairkan es-es di sana. Kalau kalian lihat di foto sebelah kanan, terdapat semacam kolam yang terbentuk akibat lapisan es di bawahnya mencair. Kolam itu ternyata luasnya mencapai 2,5 kilometer persegi.

Gelombang panas sepanjang tahun 2019 hingga awal 2020 ini memang gila-gilaan. Bahkan saat mencapai puncaknya, suhu di Antartika lebih panas dari Orlando, AS!

Tinggal menunggu waktu… via www.express.co.uk

Nggak kebayang, berabad-abad kawasan Antartika menempati deretan teratas sebagai tempat terdingin di bumi, kali ini posisinya bisa tergeser sama Orlando yang terletak di Amerika Serikat! Memang sulit rasanya menerima fakta tersebut di atas. Tapi percayalah, kita sepertinya hanya akan perlu membiasakan diri menerima perubahan-perubahan masif akibat pengaruh global warming. Di masa mendatang, besar kemungkinan berita es mencair, beruang kutub punah, kawasan kutub kehilangan lapisan es, jadi berita sehari-hari yang bisa kita temukan dengan mudah di media massa.

Bukti pemanasan global sudah nggak perlu diragukan lagi. Tapi herannya, kok ya masih ada aja –bahkan banyak– orang yang skeptis sama isu ini ya? Masa iya perlu nunggu bumi kiamat dulu?

Kelompok global warming denial via inthesetimes.com

Ngomongin pemanasan global sama orang yang skeptis sama pemanasan global itu kalau di pemilu kemarin ibarat ngomongin prestasi Jokowi ke pendukung Prabowo, atau ngomongin prestasi Prabowo ke pendukung Jokowi, alias nggak mempan, bos! Dan tahukah kalian –ini malu-maluin sih– berdasarkan survei yang pernah dilakukan YouGov-Cambridge Globalism Project , Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara yang paling nggak percaya perubahan iklim! Survei itu diikuti 25.000 orang dari berbagai negara di Eropa, Afrika, Asia, dan Amerika.

Kenapa sih banyak yang skeptis banget sama isu lingkungan satu ini?

Alasan pertama mungkin karena memang isu lingkungan ini jarang diangkat jadi headline berita gede-gede di media massa, kalah sama isu soal agama, politik, dan segala tetek bengeknya. Wajar kalau awareness masyarakat jadi kurang. Ditambah pendidikan seputar isu lingkungan di sekolah-sekolah masih minim banget. Konsep perubahan iklim jadi masih terasa abu-abu, banyak yang mungkin belum paham juga penjelasan detilnya kayak gimana.

Padahal kalau ditelaah lagi, manusia kini jadi kesulitan memprediksi ramalan cuaca saking nggak menentunya iklim bumi. Petani berkali-kali mengalami gagal panen, karena seringnya anomali masa tanam. Wilayah yang dulu mungkin jarang banjir sekarang jadi lebih sering banjir. Dan masih banyak lagi bukti lainnya. Hmm.. kayaknya kalau memang mau menumbuhkan kepedulian publik atas isu lingkungan ini perlu andil dari pemerintah deh. Atau pemerintahnya dulu deh berusaha baca-baca buku atau jurnal soal pemanasan global. Kalau udah greget, baru deh tuh bikin sosialisasi rutin kek, pelatihan kek, buat bareng-bareng membenahi bumi, demi kehidupan anak-cucu kita kelak.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

Editor

An amateur writer.