Kalau Resepsi Pernikahan Itu Syukuran Atas Bersatunya Dua Anak Manusia, Seharusnya Gelar Akademik Tak Perlu Ditulis di Belakang Nama

Menyematkan gelar akademik di belakang nama dalam undangan pernikahan memang sudah jadi kebiasaan orang Indonesia. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Lagipula menyematkan gelar atau tidak sepenuhnya adalah pilihan pasangan yang akan menikah dan juga pihak keluarganya. Dan artikel ini tidak punya tujuan untuk menentukan mana yang lebih baik — baik atau tidaknya toh tergantung mereka yang menjalani.

Namun kali ini saya ingin berbagi pendapat mengenai hal ini. Secara pribadi, saya memang kurang setuju jika harus ada gelar di belakang nama dalam undangan pernikahan. Peraihan gelar akademik dan pernikahan, menurut saya, adalah dua hal yang berbeda. Meraih gelar akademik adalah bentuk aktualisasi diri kita sendiri, setelah bertahun-tahun belajar di bangku kuliah. Bahwa setidaknya kita sudah dianggap berkompeten pada bidang yang kita pelajari dengan adanya gelar di belakang nama.

Sedangkan pernikahan adalah sumber kebahagiaan yang sama sekali lain lain. Ilmu dalam menjalankan rumah tangga tidak diajarkan dalam pendidikan formal. Kita harus belajar seumur hidup tanpa pernah merasa pintar.

Toh setinggi apapun gelar yang kita dapat, bukan jaminan rumah tangga yang dibina akan selalu berhasil.

Meraih gelar sarjana memang membanggakan. Tapi bukankah seusai wisuda kita sudah cukup puas memamerkan?

akhirnya wisudaaa

akhirnya wisudaaa via blog.ugm.ac.id

Momen wisuda tentunya menjadi momen yang paling ditunggu oleh para mahasiswa. Di momen ini, mereka akhirnya mendapatkan tambahan gelar di belakang nama mereka. Tambahan gelar akademik ini nantinya akan sangat berguna saat harus mendaftar kerja di perusahaan. Gelar akademik jadi pembuktian kalau memang kita benar-benar kompeten di bidang yang selama ini kita pelajari.

Seusai wisuda kita tentunya akan bersemangat mengabarkan kepada khalayak ramai bahwa kita (pada akhirnya) meraih gelar yang selama ini telah dinantikan. Foto-foto wisuda pun kita pajang di seluruh media sosial milik kita. Lalu belum cukupkah hal tersebut kita lakukan untuk “memamerkan” gelar sarjana yang kita raih? Seusai momen wisuda sudah banyak pula yang tahu jika kita telah meraih gelar yang membanggakan tersebut.

Ya, kalau saya pikir tak perlu lagi menyematkan gelar sarjana di belakang nama dalam undangan pernikahan kita nantinya. Gelar sarjana cukup dicantumkan di belakang nama kita dalam ijazah saja.

Orangtua kita pasti sudah banyak ditanyai ketika akhirnya anak-anaknya meraih gelar sarjana. Sudah lewat masanya di mana mereka bangga menjelaskan pada kolega gelar apa yang kita dapat

ibu bangga nak

ibu bangga nak via www.news.gatech.edu

Jika alasan kita untuk menyematkan gelar sarjana di belakang nama dalam undangan pernikahan adalah untuk membanggakan orangtua, maka sebenarnya orangtua sudah sangat bangga saat nama kita dipanggil dalam upacara wisuda untuk menerima ijazah. Melihat anaknya berjalan ke mimbar untuk mendapatkan ijazah adalah momen dimana orangtua kita sedang menahan tangis haru. Dan lagi, kadang kebanggaan tak perlu digembar-gemborkan bukan?

Kalau teman-teman kita banyak yang mengucapkan selamat atas kelulusan kita, maka begitu juga dengan kolega dari kedua orangtua kita. Mereka juga pasti mendapatkan ucapan selamat atas keberhasilan mereka yang akhirnya berhasil mengantarkan kita berhasil dalam mencapai tingkat pendidikan yang tinggi.

Setelah mendapat gelar sarjana dan mapan bekerja, pencarian kita selanjutnya fokus pada teman hidup. Dan kita tidak sepakat menikahi dia karena gelarnya, bukan?

ketulusan hati mengalahkan segalanya

Mbak gelarnya apa? via www.pinterest.com

Gelar sarjana seharusnya bukanlah hal utama yang kita gunakan untuk mencari pasangan hidup yang mau menjalani sisa hari bersama. Banyak pertimbangan lain – tentunya lebih dari sebuah gelar, yang digunakan untuk mendapatkan pasangan hidup yang tepat. Dia yang tulus mencintai kita, tak semata-mata melihat gelar apa yang telah kita dapatkan sebelumnya. Rasa tanggung jawab dan komitmen yang tinggi adalah dua hal yang biasanya memancarkan ketulusan hati seseorang.

Kita mungkin beruntung jika bertemu dengan seseorang yang bergelar tinggi dan memiliki ketulusan hati yang luar biasa untuk kita. Namun bukankah tak semua orang bisa seberuntung itu? Bagaimana jika pasangan kita yang bergelar tinggi justru tidak bisa memperlakukan kita dengan baik? Kita pun harus kembali dihadapkan pada pilihan, melihat secara materi atau harus mengikuti kata hati. Ketulusan hati seseorang sepenuhnya ditentukan oleh pribadi masing-masing, bukan dari setinggi apa gelar yang telah dicapai.

Sehingga jika resepsi pernikahan yang digelar sebagai bentuk syukuran atas bersatunya dua anak manusia, bukankah seharusnya gelar akademik tak perlu lagi disematkan di belakang nama?

bersatunya dua keluarga

bersatunya dua keluarga via fotavo.tumblr.com

Bagi saya pribadi, pernikahan adalah acara yang bersifat sangat personal dan kekeluargaan. Jadi jika kita mengundang para tamu untuk hadir dalam resepsi pernikahan kita, maka seharusnya itu berarti kita ingin mengajak mereka turut merasakan suasana kekeluargaan yang terasa dalam resepsi pernikahan kita. Maka sudah sepatutnya hal-hal yang bersifat kaku seperti penyematan gelar di belakang nama dalam undangan pernikahan dihilangkan saja.

Toh, tamu yang datang ke resepsi pernikahan hanya akan mengucapkan selamat atas pernikahan kita dan mendoakan agar rumah tangga yang kita bangun selalu diberkahi Yang Maha Kuasa. Lalu dimana pentingnya penyematan gelar sarjana dalam sebuah undangan pernikahan?

Pilihan untuk tidak menuliskan gelar di undangan pernikahan, nantinya bisa juga membantu kita agar tidak mendapat gunjingan. Jika pasangan yang kita pilih tak memiliki gelar yang sepadan.

nggak masalah juga tanpa gelar

nggak masalah juga tanpa gelar via www.bintang.com

Rasanya memang tidak adil jika menilai seseorang jika hanya dilihat gelar apa yang mereka miliki. Padahal mungkin banyak kelebihan lain yang dimiliki seseorang, sekalipun tanpa gelar. Namun terkadang kita tak bisa menyenangkan semua orang, juga tak bisa membendung anggapan orang lain yang disematkan untuk kita. Dan pernikahan adalah satu kesempatan bagaimana banyak komentar -baik baik maupun buruk, diberikan untuk kita yang punya hajat.

Tidak menyematkan gelar dalam undangan bisa jadi salah satu cara agar setidaknya mengurangi bahan gunjingan. Supaya kita juga bisa menghargai pasangan kita yang tidak memiliki gelar seperti kita. Karena pada akhirnya, gelar setinggi apapun akan dikalahkan oleh keteguhan dan kesungguhan dalam menjalani sisa hidup bersamanya.

Sekali lagi, saya disini hanya ingin berpendapat kok, tidak bermaksud menjudge apapun. Namun saya memilih untuk menghilangkannya saja. Kembali lagi, itu semua tergantung dari pilihan mana yang kita pilih. Jika memang pada akhirnya harus tetap menyematkan gelar akademik di belakang nama dalam undangan pernikahan, maka itu juga bukanlah kesalahan besar.

🙂

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

seorang istri yang menanti kelahiran buah hati ❤