Banyak Disorot Soal Penanganan Corona, Ini Alasan Kenapa Angka Kematian Covid-19 di Indonesia Tinggi

Kenapa kematian corona Indonesia tinggi

Jumlah pasien positif virus corona di Indonesia dari hari ke hari kian bertambah. Dari website resmi pemerintah per hari ini (19 Maret 2020) jumlah kasus infeksi menjadi 309. Persebaran virus corona di Indonesia mendapat perhatian banyak sekali pihak. Nggak sedikit yang khawatir lonjakan kasus di negara kita bakal mirip sama yang terjadi di Italia. Karena ketidaksiapannya, pasien positif di negara tersebut mencapai puluhan ribu orang hanya dalam waktu 2 minggu.

Advertisement

Selain jumlah kasus yang terus meningkat, publik juga menyorot soal tingkat kematian pasien corona di Indonesia. Case Fatality Rate (CFR) Indonesia saat ini berada di angka 8,37 persen. Angka ini bahkan jauh lebih tinggi dari angka kematian global yang hanya 4,01 persen. Tingkat kesembuhan dan jumah kematian di Indonesia pun masih terpaut 6 angka. Memang, apa sih yang membuat tingkat kematian di Indonesia cukup tinggi? Yuk, kita simak alasannya!

1. Negara kita termasuk rada telat buat menerapkan strategi rapid test dan mass screening, soalnya pemerintah baru berencana melakukan tes massal setelah kasus positif menyentuh angka 300 lebih

Terlambatnya strategi mass screening dan rapid test via www.sciencemag.org

Tingginya persentase angka kematian pasien corona di Indonesia yang pertama disebabkan oleh keterlambatan pemerintah melakukan mass screening. Mass screening adalah suatu strategi yang digunakan untuk mendeteksi penyakit pada setiap orang meskipun tidak memiliki tanda atau gejala penyakit secara serentak. Strategi ini sukses dilakukan oleh Korea Selatan dan berhasil menekan angka menjadi 0,09 persen.

Seperti yang mungkin udah kita ketahui, hari ini, Pak Jokowi “baru” mengambil langkah untuk melakukan screening massal. Keputusannya itu ia sampaikan melalui video conference di Istana Merdeka tanggal 19 Maret ini, seperti dilansir dari laman Tempo . Ia juga minta supaya alat rapid test virus corona diperbanyak. Ternyata keterbatasan diagnostic kit inilah yang jadi alasan kenapa kemarin-kemarin mass screening belum bisa dilakukan di negara kita.

Advertisement

2. Selain keterbatasan alat tes, sebab lainnya yaitu karena jumlah laboratorium pemeriksaan di Indonesia masih terbatas. Ternyata nggak semua laboratorium bisa melakukannya lo

Laboratorium pemeriksaan di Indonesia masih sedikit via www.liputan6.com

Faktor lain kenapa angka kematian corona di Indonesia tinggi adalah jumlah laboratorium pemeriksaan yang masih sedikit dan terpusat. Melihat angka kematian yang meningkat di beberapa negara, Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus merekomendasikan tiap-tiap negara untuk membangun kapasitas laboratorium yang memadai dan terdesentralisasi.

Awalnya laboratorium pemeriksaan hanya terpusat di satu tempat yakni Balitbangkes Jakarta. Tapi akhirnya pemerintah pusat menambah 15 laboratorium pemeriksaan yang terdiri dari:

Advertisement
  • 4 balai besar laboratorium kesehatan dan tersebar  di kota Jakarta, Palembang, Makassar, dan Surabaya.
  • 3 Balai Teknik Kesehatan Lingkungan di Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya, dan
  • Laboratorium penelitian yang meliputi laboratorium Kesehatan DKI, Laboratorium Eijkman, Laboratorium FK UI, Laboratorium FK Unair, Laboratorium Kalbe, Laboratorium Siloam, dan Laboratorium Bunda Grup.

Bagus sih kalau memang ada penambahan, soalnya kan kasus terus meluas ke luar Jakarta dan Jawa Barat. Kalau tempat pemeriksaannya cuma di Jakarta, ribet juga mesti kirim dulu ke sana terus dikirim balik. Pasti makan waktu. Sedangkan virus nggak bisa menunggu.

3. Faktor lain karena adanya permasalahan di bagian pendataan dan koordinasi informasi antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Banyak yang terlambat dilaporkan

Pendataan yang terlambat via wartaterkini.news

Juru bicara penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengakui kalau di Indonesia juga terdapat keterlambataan informasi dan pendataan dari rumah sakit daerah ke pusat. Ini yang bikin jumlah kasus kematian seolah-olah naiknya cepet. Padahal katanya ada beberapa RS yang belum melaporkan kasus kematian sejak 12-17 Maret.

Masalah keterlambatan informasi dan koordinasi seharusnya sudah dapat ditangani dari jauh-jauh hari. Menurut pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio , semestinya pemerintah daerah hanya bertugas menyampaikan data dan nggak diberi kebijakan strategis untuk menangani kasus Covid-19.

4. Namun bukan hanya di Indonesia, data dari negara-negara lain pun masih bervariasi dan terus di-update dari hari ke hari. Persentase kematian pun saat ini sebenarnya belum bisa dibandingkan

Harus fokus mencegah tiap kematian dan menyelamatkan setiap manusia via katadata.co.id

Di Indonesia, sedikitnya screening dan testing menyebabkan persentase kematian relatif terhadap kasus positif masih tinggi. Kemungkinan besar, persentase kematian itu belum representatif atau mewakili kondisi riil di lapangan. Itu berarti negara kita masih punya pe-er besar untuk terus screening dan testing untuk bisa benar-benar melihat cakupan pandemi ini di Indonesia.

Negara-negara lain sebenarnya juga masih banyak yang berjuang dengan pendataan dan penanganan virus corona di negaranya masing-masing. Persentase kematian pun belum saatnya untuk bisa dibandingkan antara satu negara dengan negara lain. Seperti Italia yang kini jumlah kematiannya melampaui China di angka 3405 orang meninggal per Kamis 19 Maret 2020 dilansir dari CNN , punya kondisi yang sangat berbeda dengan pusat epidemi lain seperti Korea Selatan atau bahkan China. Demografi atau struktur penduduk Italia yang relatif lebih tua dibandingkan negara-negara lain, diperkirakan jadi salah satu faktor penyebab tingginya angka kematian. Belum lagi jika data itu nanti dilihat dengan negara-negara dengan kondisi lain, seperti negara yang punya angka HIV tinggi atau malnutrisi.

Saat ini, World Health Organization (WHO) menggarisbawahi pentingnya semua negara bersiap-siap untuk yang terburuk. Bahaya jika masih ada pihak yang menganggap pandemi ini tidak akan mempengaruhi mereka. Tiap individu punya peran penting dalam perang melawan virus yang masih tergolong misterius ini. Cara kamu berinteraksi dengan orang lain, memakai atau membeli masker, memborong kebutuhan pokok, sampai bagaimana kamu menyebar informasi — akan sangat menentukan nasib dunia dalam beberapa bulan ke depan. So please Guys, ikuti imbauan pemerintah atau WHO :

  • jaga jarak
  • tolong tetap di rumah jika memungkinkan, apalagi jika sedang batuk, pilek, atau tidak enak badan
  • belanjalah supaya kamu bisa tetap nyaman di rumah selama beberapa hari ke depan, bukan menimbun barang-barang lo ya

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya More

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Represent

Editor

An amateur writer.

Loading...