KFC Ajak Pelanggan Beberes Sendiri Setelah Makan. Warganet Malah Serang Dengan Komentar Pedas

Budaya beberes sendiri setelah makan

Budaya beberes sendiri setelah makan di restoran agaknya masih jadi hal mustahil untuk diterapkan di Indonesia. Masih sering kita temui tray makanan beserta sampah-sampahnya berserakan di meja restoran cepat saji, meski sebenarnya sudah ada tempat khusus buat meletakkan tray bekas makanan. Padahal budaya yang dikenal dengan budaya self service ini sudah jadi semacam norma di banyak negara-negara maju seperti Jepang. Masih ingat ‘kan kamu dengan wisatawan Indonesia yang viral gara-gara tidak membereskan meja makannya sehabis makan di Tokyo?

Advertisement

Dalam rangka menanamkan budaya beberes sendiri ini, KFC Indonesia mengunggah sebuah postingan di Facebook yang isinya mengajak pelanggan buat menerapkannya di outlet-outlet KFC. Tak disangka tak diduga, banyak banget orang yang justru tidak terima. Ada yang berkilah sudah bayar mahal jadi merasa berhak dilayani, ada juga yang beralasan biar pegawainya ada kerjaan. Duh, komentarnya itu lo jahat-jahat banget!

Unggahan KFC Indonesia yang diserang warganet ini seolah makin menegaskan kalau orang Indonesia memang belum siap menjadi mandiri. Mentalnya masih pengin dilayani

Akun Facebook resmi KFC Indonesia mengunggah foto beserta caption yang mengimbau agar pelanggan mulai menerapkan budaya beberes sendiri setelah makan di outlet-nya. Tak disangka, unggahan ini malah banjir komentar pedas. Banyak orang tidak terima disuruh beberes sendiri. Kebanyakan berdalih sudah membayar pajak resto yang mahal, jadi merasa berhak buat dilayani. Ada juga yang alasannya biar pegawainya tidak makan gaji buta. Tidak sedikit pula orang membandingkan dengan makan di warteg –yang notabene jauh lebih murah, makanan diantar sampai ke meja, sudah gitu ada yang membereskan piring kotor.

Tapi ada satu komentar yang ternyata dijawab dengan cerdas sama KFC lo. Orang ini menyuruh KFC hengkang ke negara maju, biar relevan sama budaya orang sana.

Advertisement

Ini sebenarnya bukan masalah negara maju atau berkembang, budaya self service melambangkan efisiensi dan disiplin diri. Bagus juga ‘kan kalau orang-orang Indonesia tambah tertib dan disiplin

Turis asal Indonesia jadi sorotan karena kebiasaannya via suarane.org

Penolakan atas ajakan beberes KFC ini jelas bikin miris. Ini juga bukan masalah negara maju atau berkembang, seperti banyak yang bilang dan seakan-akan pasrah kalau budaya self  service yang sudah jadi norma di negara maju itu tidak cocok diterapkan di Indonesia. Padahal banyak kebaikan yang bisa kita dapatkan dari sistem self service yang membutuhkan disiplin diri dan efisiensi. Bukan cuma soal beberes sendiri di restoran saja, perkara seperti buang sampah sembarangan juga pasti bisa dikurangi kalau lebih banyak orang Indonesia lebih disiplin.

Banyak juga yang berdalih dengan nada khawatir akan banyak orang kehilangan pekerjaannya atau makan gaji buta jika orang terbiasa self service. Padahal justru kita bisa sama-sama meningkatkan kualitas hidup lo

Advertisement

Mesin parkir otomatis di Jakarta via megapolitan.kompas.com

Banyak orang yang anti-self service di atas tampaknya khawatir cleaning service di restoran cepat saji atau tukang parkir di jalanan, akan kehilangan pekerjaan jika banyak aturan beberes sendiri atau mesin otomatis. Tanpa bermaksud merendahkan pekerjaan-pekerjaan itu, salahkah kalau kita mulai bermimpi membangun Indonesia yang lebih maju di mana semua orang bisa mengembangkan potensi dirinya secara maksimal dan juga memiliki gaji tinggi. Tidak perlu takut dengan kehadiran mesin otomatis bakal membuat banyak tukang parkir kehilangan pekerjaan, kita justru harus terdorong menciptakan lowongan pekerjaan yang lebih oke seperti misalkan buat aplikasi online yang memudahkan orang parkir atau sejenisnya.

Intinya, budaya self service sepertinya justru bisa membuat kita berkembang dan maju sebagai sebuah bangsa. Hanya butuh disiplin diri dan kemauan untuk terus berkembang. Kenapa juga harus ditolak begitu, kan miris 🙁

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

CLOSE