Mengenal Konsep Herd Immunity dan Dampaknya Kalau Beneran Dilakukan. Ternyata Ngeri Juga

Konsep herd immunity

Belakangan ini istilah ‘herd immunity‘ lagi sering banget disebut-sebut. Herd immunity atau kekebalan kelompok digadang-gadang bisa jadi salah satu cara untuk menghapuskan virus corona dari muka bumi. Herd immunity pernah “berjasa” melawan flu Spanyol yang melanda dunia pada 1918. Wabah itu bisa beneran hilang setelah dua tahun mengancam manusia. Tapi sebagai gantinya sepertiga orang di dunia meninggal akibat flu Spanyol yang disebabkan virus influenza itu. Kayak semacam harus ada yang “dikorbankan” gitu baru bisa hilang.

Ketua Perkumpulan Dokter Indonesia Bersatu (PDIB), dr James Allan Rarung menyebut kalau pelonggaran PSBB bisa aja memicu terjadinya herd immunity. “Bau-bau” pelonggaran ini udah mulai kerasa sejak beberapa hari belakangan ini, ditambah ada kabar juga kalau Erick Thohir bakal menerapkan fase bertahap yang mengizinkan karyawan BUMN di bawah 45 tahun masuk kerja lagi per 25 Mei! Ya… meskipun katanya akan ada sederet protokol kesehatan yang mesti dipatuhi, tapi tetep aja ngeri…

Balik lagi ke herd immunity ya. Yuk, simak ulasan lebih lengkapnya soal konsep ini bareng Hipwee. Penting lo buat dipahami bersama~

Kayak yang udah disebut di atas, herd immunity  adalah kondisi di mana ketika suatu populasi memiliki kekebalan kelompok. Mayoritas bakal kebal sama penyakit yang lagi mewabah. Dengan begitu, virus akan kesulitan menemukan inang buat numpang hidup dan menginfeksi orang-orang yang lebih rentan.

Jadi gini, mari kita ibaratkan wabah ini sebagai medan perang. Musuhnya virus, tentaranya ada di dalam tubuh kita. Nah, saat virus masuk ke tubuh, dia punya misi merusak sel-sel dalam tubuh alias bikin kita sakit. Tapi mereka dihadang sama makrofag (sel yang ada di jaringan darah putih). Tugasnya mereka ini sebagai garda depan. Terus si makrofag memanggil bala bantuan yang bernama neutrofil. Tugas garda kedua ini buat mencegah virus membuat kerusakan lebih lanjut.

Kalau perang masih sengit karena musuhnya bandel banget, maka sel dendritik yang tadinya cuma mengawasi jalannya perang akan mengundang pasukan tambahan bernama antigen. Mereka memproduksi senjata berupa antibodi buat melawan musuh. Saat para tentara menang melawan musuh, sel-sel tubuh yang gugur di medan perang akan tumbuh kembali. Sementara sel imun yang sudah selesai bertugas akan bunuh diri. Tapi mereka meninggalkan memori yang merekam ciri-ciri musuh, sehingga kalau mereka datang lagi, tubuh kita bisa melawannya kembali.

Ketika dalam tubuh seluruh masyarakat serempak terjadi “perang” kayak di atas, maka kekebalan kelompok atau herd immunity bisa tercapai.

Nah, untuk mencapai kekebalan kelompok, mayoritas populasi harus menang perang sehingga sel memori imun bisa merekam ciri-ciri musuh yang pernah datang. Cara untuk menang perang ini ada dua, yaitu dengan vaksinasi atau membiarkan tubuh terinfeksi virus secara alami.

Herd immunity secara alami: membiarkan orang-orang terinfeksi. Cenderung berisiko karena bisa menyebabkan banyak sekali orang meninggal dunia karena terinfeksi virus. Soalnya kan nggak semua orang punya sistem imun yang kuat. Kita yang masih muda-muda mungkin punya “tentara” yang kuat dalam tubuh. Tapi tidak dengan para lansia, penderita kanker, atau penyakit berat lainnya.

Herd immunity lewat vaksinasi: cenderung aman karena virus yang disuntikkan ke tubuh manusia telah dilemahkan dan sudah diuji coba. Dengan vaksinasi, penyebaran ke kelompok rentan (lansia, dll tadi) bisa ditekan dengan memilih populasi kuat untuk dijadikan kelompok yang kebal.

Dilihat dari penjelasan di atas, herd immunity memang menawarkan hasil akhir yang terbaik. Namun, untuk bisa mencapai yang terbaik itu kuncinya ada di vaksin. Soalnya kalau pakai yang alami, ya itu tadi, bakal banyak orang meninggal dunia. Berdasarkan hitung-hitungan dalam artikel Tirto ini, kalau memang pemerintah diam-diam pengin membentuk kekebalan kelompok secara alami untuk memerangi Covid-19, kira-kira akan ada 16 juta orang yang meninggal dunia, dari total 182 juta orang yang terinfeksi. Namun setelahnya, yang tersisa memang akan jadi kebal dan corona bisa hilang.

Hmm.. langkah di atas jelas nggak bisa jadi pilihan sih alias gila aja kalau beneran mau dilakukan?! Lalu apakah kita saat ini benar-benar nggak punya solusi buat menekan persebaran virus corona? Tentu saja ada. Untuk saat ini yang bisa kita lakukan adalah tetap menerapkan physical distancing dan menjaga kebersihan, setidaknya sampai vaksin berhasil ditemukan. Semangat ya semua!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

Editor

An amateur writer.