Mengkritik dengan Elegan Pakai Metode ‘Kritik Sandwich’, Bukan dengan Nyinyir Apalagi Menjatuhkan

Kritik sandwich

Kita mungkin sadar kalau manusia itu memang tempatnya salah dan lupa. Sebagai sesama manusia lain, sudah jadi tugas kita untuk saling mengingatkan. Cuma yang biasanya luput dari perhatian kita adalah cara yang kita pakai untuk mengingatkan atau mengkritik orang lain, yang seringkali malah menyakitkan. Bukannya bikin orang lain sadar, malah menambah beban sakit hati mereka.

Advertisement

Cara mengkritik yang salah ini juga seringkali berujung pada kematian. Iya, kematian! Banyak kasus di mana orang terkena gangguan mental, depresi, hingga akhirnya bunuh diri setelah mendapat kritikan pedas dan judgmental dari orang lain. Di zaman media sosial yang serba bebas ini, banyak orang lupa adab mengkritik orang lain dan lebih memilih asal ceplos lewat kolom komentar. Padahal, ada cara elegan yang bisa kita pakai jika ingin mengkritik yaitu dengan menggunakan metode ‘kritik sandwich‘. Yuk, cari tahu bersama!

Kalau ada orang tersinggung atau malah marah saat dikritik, bukan semata-mata karena dia sensitif. Bisa jadi cara mengkritiknya yang keliru

Mungkin cara mengkritiknya yang keliru via www.wikihow.com

Nggak sedikit orang merasa tersinggung saat ada yang mengkritiknya. Mungkin niatnya memang baik, tapi bisa jadi caranya kurang tepat. Biasanya orang bakal sakit hati kalau yang mengkritik pakai kata-kata judgmental, kayak misalnya “Kamu kok A sih, kan harusnya B”, atau “Kamu lagi-lagi lupa ‘kan”. Cara mengkritik semacam itu disebut dengan teknik “You-message ” (diawali dengan “kamu” dan dilanjutkan dengan pesan atau kritiknya).

Kalau mau menyampaikan kritik, cara “You-message” ini kurang direkomendasikan. Soalnya ya itu tadi, cenderung defensif dan menghakimi.

Advertisement

Nah, daripada pakai cara yang malah menyakitkan gitu, mending coba deh pakai teknik ‘kritik sandwich‘. Selain lebih elegan dan sopan, dengan teknik ini kita juga bisa terlihat lebih menghargai orang lain

Kritik sandwich via groupvisual.io

Layaknya sebuah sandwich atau burger yang punya 3 layer penting: roti atas, daging, dan roti bawah, ‘kritik sandwich‘ juga punya 3 pilar sebagai metode atau cara elegan mengkritik orang lain.

Roti bagian bawah (layer 1): Dibuka dengan komentar positif. Contoh: “Wah, kerjaan kamu cepat sekali beresnya ya, pasti selalu on-time deh.”

Daging (layer 2): Berisi kritik yang membangun. Contoh: “Tapi kayaknya kalau kamu bisa begini pasti bakal jauh lebih efektif.”

Roti bagian atas (layer 3): Ditutup dengan komentar positif. Contoh: “Pertahankan ya kedisiplinannya, soalnya pasti bakal berguna banget kalau ada project baru.”

Kritik sandwich terbilang lebih efektif dibanding dengan cara mengkritik menggunakan kalimat menghakimi. Ini karena orang yang dikritik akan merasa lebih dihargai, rasanya juga tentu lebih nyaman

Advertisement

Orang yang dikritik akan lebih nyaman via journal.sociolla.com

Karena ‘diapit’ dengan dua kalimat positif, bisa dibilang kritik sandwich ini lebih efektif dibanding mengkritik yang terang-terangan. Orang yang dikritik jatuhnya juga lebih nyaman. Ini karena dengan kalimat pembuka yang positif, ia akan merasa lebih dihargai, pikirannya akan cenderung lebih terbuka untuk menerima kritikan selanjutnya. Lalu dengan kalimat penutup yang juga bernada positif, bisa membuatnya kembali merasa percaya diri.

Nah, gimana? Sudah siap menerapkannya?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

Editor

An amateur writer.

CLOSE