Konsep Kuliah Online Masih Sering Gagal Dipahami. Di Satu Sisi, Praktik Ini Memang Masih Baru sih

Kuliah online karena virus corona

Pandemi virus corona benar-benar melumpuhkan hampir seluruh aktivitas tatap muka manusia. Jika biasanya kita bebas ketemuan sama temen, jalan-jalan ke mal, belanja kebutuhan di swalayan, atau nongkrong di kafe, kali ini semua interaksi itu harus dibatasi. Sejak konsep social distancing —yang kini WHO menyebutnya sebagai physical distancing didengungkan, orang jadi lebih banyak beraktivitas di rumah. Restoran sudah dilarang melayani tamu yang makan di tempat, perkantoran mulai banyak yang menerapkan Work From Home (WFH), dan kampus juga terpaksa mengubah metode Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) lewat teknologi digital.

Advertisement

Di Indonesia, kuliah online ini masih terbilang sangat baru. Mungkin banyak dosen dan mahasiswa yang belum pernah melakukan sebelumnya. Jika biasanya pembelajaran dilakukan secara tatap muka, diskusi di kelas, atau praktik lapangan, kali ini semua terpaksa harus dilakukan secara online. Biasanya lewat aplikasi video call atau teleconference. Tapi, masih gagapnya masyarakat sama metode satu itu, membuat kuliah online bisa dibilang masih jauh dari kata berhasil.

Salah satu buktinya bisa dilihat dari curhatan seseorang yang tangkapan layar perbincangannya viral di Twitter. Ia yang notabene adalah anak dosen, begitu miris melihat mahasiswa ayahnya banyak yang nggak niat saat kuliah online berlangsung

Sebuah curhatan dari seorang anak dosen viral di dunia maya. Karena pandemi memaksa perkuliahan “libur”, ayahnya jadi didorong untuk belajar fitur teknologi dan aplikasi baru demi bisa mengajar secara online. Padahal sebelumnya, si ayah begitu gaptek, namun beliau rela belajar mati-matian agar mahasiswanya nggak kecewa. Namun, saat kelas online itu berlangsung, banyak mahasiswanya yang justru tidur-tiduran, malas-malasan, saat dosen menerangkan juga nggak diperhatikan. Bahkan ada yang mahasiswanya nggak ada di layar.

Advertisement

Ada juga video yang memperlihatkan seorang dosen sedang video call dengan 3 mahasiswanya. Namun salah satunya justru “tampil” seadanya dengan memakai kaos oblong, sarung, lalu menyimak sambil gegoleran dan makan cemilan

Sebuah video yang juga beredar di linimasa, turut jadi bukti betapa kita memang belum sepenuhnya siap beralih menjadi “digital society“. Seorang mahasiswa, tampak mengenakan pakaian santai saat sedang video call dengan dosennya. Ia juga terlihat sambil gegoleran dan makan cemilan dengan nikmatnya. Meski di akhir video si dosen menegurnya sambil bercanda, tapi perilaku seperti itu seharusnya nggak dilakukan saat sedang kuliah online.

Mungkin masih banyak yang “salah tangkap”, bahwa segalanya yang serba online otomatis akan memangkas kewajiban untuk beretika sopan. Padahal mau apapun metode pembelajarannya, perilaku sopan santun tetap harus diterapkan

Advertisement

Banyak yang belum paham, kalau profesionalitas itu nggak mengenal medium. Mau lewat tatap muka, lewat video call, chat, email, atau yang lain, yang namanya berhubungan sama dosen, bos di kantor, atau klien itu tetap harus menjunjung kesopanan dan profesionalitas. Kuliah online misalnya, selama proses berlangsung baik mahasiswa maupun dosen tetap harus menjalankannya sama seperti saat sedang tatap muka, ya pakai baju rapi, dengan gestur baik, duduk yang sopan, memperhatikan, dan lain-lain. Jangan mentang-mentang dilakukan di rumah jadi bisa seenaknya pakai piyama, muka dan rambut berantakan, sambil tidur-tiduran, atau makan dengan santainya. Huft~

Memang sih, kita semua mungkin masih proses beradaptasi. Jadi kalau memang kemarin-kemarin sudah pada terlanjur kurang menerapkan etika sopan santun, besok-besok jangan diulangi lagi ya!

Kuliah online via merahputih.com

Hormatilah guru atau dosenmu, seperti kalian menghormati mereka saat bertatap muka. Kalau di kelas terbiasa izin saat mau ke toilet, ya waktu lagi kuliah online mesti izin juga jika ingin ke kamar kecil. Jangan asal nyelonong ngilang dari layar. Iya, kita semua memang masih dalam proses adaptasi dan transisi dari, yang mulanya interaksi langsung, jadi harus melalui media digital. Tapi yang namanya adaptasi jelas harus berubah menjadi lebih baik. Kalau kemarin-kemarin kalian masih santai-santai pas kuliah online, besok harus lebih serius lagi ya! Buat dosenmu jadi merasa tidak sia-sia mempersiapkan semuanya, toh, itu demi kalian juga…

Selain kesiapan mental, rupanya masih banyak juga yang nggak siap dilihat dari sisi fasilitasnya. Seperti dilansir dari Vice , kesiapan fasilitas di institusi setingkat kampus mungkin masih dalam kategori baik. Tapi yang berada di tingkat bawahnya, kayak SMA atau SMP, masih ada banyak kendala, khususnya persoalan teknis. Ada guru yang ponselnya nggak kuat menyimpan banyak file jawaban siswa, atau kendala tenaga saat harus membuka ratusan email berisi tugas-tugas siswa.

Belum lagi nggak sedikit mata pelajaran yang sulit mencapai kesepahaman jika harus dilakukan online, kayak matematika, karawitan, biologi yang lebih banyak praktik, dan lain-lain. Seharusnya sih pihak sekolah atau institusi juga memperhatikan persoalan teknis ini, sebelum benar-benar memberlakukan KBM online. Kan kasihan yang pada nggak punya “alat” buat keep up sama materi-materi di sekolah, kayak laptop, gadget, atau WiFi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

Editor

An amateur writer.

CLOSE