Laporan Terbaru PBB Ungkap Dampak Pandemi Terhadap Perempuan di Indonesia Lebih Berat Dibanding Laki-Laki

Perempuan lebih terdampak pandemi dibanding laki-laki

Hari ini kita sudah memasuki bulan ke tujuh pandemi Covid-19 sejak diumumkannya kasus pertama pada Maret 2020. Selama tujuh bulan belakangan, sudah banyak dampak yang pandemi ciptakan. Krisis kesehatan dan sosial hanyalah garis besarnya.

Persoalan lain dari pandemi yang nggak kalah penting untuk ditangani adalah dampak gender. Hal ini penting karena mengatasinya merupakan kunci untuk memastikan kemajuan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Hal ini diungkapkan dalam laporan terbaru berjudul “Menilai Dampak COVID-19 terhadap Gender dan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia ” oleh PBB untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, dan UN Women yang bekerja sama dengan Indosat Ooredoo.

Lubang ketidaksetaraan gender makin dalam karena perempuan lebih rentan terhadap guncangan ekonomi dibanding laki-laki

Infografik Menilai Dampak Covid-19 (dok. UN Women) via data.unwomen.org

Dalam laporan tersebut terungkap bahwa pandemi Covid-19 sangat mengekspos kerentanan perempuan terhadap guncangan ekonomi, dan semakin memperdalam ketidaksetaraan gender yang sudah ada di Indonesia jauh sebelum pandemi. Beberapa temuan dalam laporan tersebut mengatakan perempuan di Indonesia banyak yang bergantung dari usaha keluarga, dan 82% di antaranya mengalami penurunan pendapatan. Meski data mengatakan 80% laki-laki turut mengalami penurunan pendapatan, tapi bukti menunjukkan bahwa laki-laki lebih diuntungkan karena punya sumber pendapatan lebih luas.

Selain itu, sejak pandemi merebak 36% perempuan pekerja informal juga harus mengurangi waktu kerja berbayar, berbanding 30% laki-laki di posisi yang sama. Di rumah pun perempuan jadi memikul beban lebih berat dibanding laki-laki. 69% perempuan menghabiskan lebih banyak waktu mengerjakan pekerjaan rumah tak berbayar, berbanding 61% laki-laki dengan tugas yang sama. Lebih lanjut, 61% perempuan menghabiskan waktu lebih banyak untuk kerja pengasuhan tak berbayar, dibanding 48% laki-laki.

Nggak hanya itu, dampak kesehatan mental juga lebih dominan dirasakan perempuan. Secara nggak proposional, 57% perempuan mengalami peningkatan stres dan kecemasan, dibanding 48% laki-laki. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya beban pekerjaan rumah tangga dan kerja pengasuhan, serta kecemasan karena kehilangan sumber pendapatan. Belum lagi selama pandemi ini kekerasan berbasis gender juga meningkat kasusnya.

Survei dan hasil laporan ini harus digunakan untuk memastikan bahwa kebijakan dirancang untuk perempuan terutama kelompok rentan

Infografik Menilai Dampak Covid-19 (dok. UN Women) via data.unwomen.org

UN Women Representative for Indonesia and Liaison to ASEAN, Jamshed Kazi, menegaskan dengan data bahwa perempuan memang terdampak secara nggak proporsional. Oleh karena itu, ia berharap laporan ini dapat membantu Satgas Penanganan Covid-19, mitra-mitra pembangunan, sektor swasta di Indonesia dalam mendukung respons kuat terhadap Covid-19, dan memenuhi kebutuhan perempuan dan anak perempuan Indonesia.

“Laporan ini memperlihatkan dengan jelas bahwa perempuan terdampak secara tidak proporsional oleh pandemi. Data yang dikumpulkan sangat penting untuk memastikan bahwa intervensi yang ada dirancang untuk perempuan, terutama bagi mereka yang merupakan kelompok rentan,” ujar Jamshed dalam keterangan tertulis yang Hipwee terima, Senin (26/10/2020).

Bersepakat dengan itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, mengatakan data yang komprehensif terkait dampak pandemi terhadap gender memang hal yang sangat diperlukan untuk menentukan arah kebijakan demi pencapaian SDGs di Indonesia. Ia mengatakan laporan “Menilai Dampak Covid-19” bisa digunakan untuk merancang dan melaksanakan kebijakan yang tepat sasaran.

“Penyediaan data yang komprehensif terkait sejauh mana pandemi Covid-19 berdampak terhadap gender dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia sangat diperlukan untuk menentukan arah kebijakan ke depan yang lebih responsif dan efektif. Hasil survei “Menilai Dampak Covid-19” yang hari ini diluncurkan adalah sumber berharga yang dapat menjadi dasar bagi kita semua untuk dapat merancang dan melaksanakan kebijakan yang tepat sasaran,” kata I Gusti Ayu.

Survei dilakukan menggunakan pesan SMS yang disebar melalui jaringan Indosat Ooredoo

(dok. Indosat Ooredoo) via indosatooredoo.com

Untuk menghasilkan laporan “Menilai Dampak Covid-19”, UN Women melakukan survei mengenai dampak sosio-ekonomi dari pandemi kepada perempuan dan laki-laki Indonesia secara acak, yang digencarkan melalui pesan SMS menggunakan jaringan Indosat Ooredoo selama periode April dan Juli 2020. Laporan ini juga didukung oleh insiatif “Women Count” dari UN Women dan The United Nations (UN) COVID-19 Multi-Partner Trust Fund, berkerja sama dengan UNICEF, WFP, dan UNDP.

Director and Chief Operating Officer Indosat Ooredoo, Vikram Sinha, mengatakan bahwa sangat senang bisa terlibat dalam menyampaikan survei terkait dampak gender pandemi Covid-19 secara nasional kepada jutaan pelanggan Indosat Ooredoo. Ia berharap hasil laporan tersebut bisa memfasilitasi diskusi antar pemangku kepentingan, demi mengembangkan respons Covid-19 yang efektif, khususnya perempuan dan anak perempuan di Indonesia.

“Indosat Ooredoo mendukung UN Women dengan memanfaatkan keahlian kolektif dan upaya advokasi kami untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di Indonesia dengan menyampaikan survei tersebut secara nasional kepada jutaan pelanggan kami,” kata Vikram.

Lebih lanjut, laporan ini berhasil merefleksikan bagaimana kemitraan dengan sektor swasta adalah pendorong utama yang memungkinkan adanya pengumpulan data. Lebih lagi, hal ini juga menunjukkan peran penting yang dapat dilakukan oleh sektor swasta dalam mendukung pembangunan berkelanjutan dan dalam meresponstantangan kemanusiaan.

TAG:

indosat ooredoo, UN Women, PBB, perempuan, pandemi covid-1

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi