Menjadi Dewasa Memang Tak Pernah Mudah. Seperti 7 Pandangan Adek-adek Kecil Kita Ini Tentang Orang Dewasa

Anak-anak dan dewasa, dua masa yang teramat berbeda. Inget nggak sih, dulu pas anak-anak kita keukeuh banget buat jadi dewasa. Iri lihat tante yang udah kuliah, bisa bebas tinggal jauhan sama orang tua, punya duit sendiri, apa aja bisa dibeli, gadgetnya canggih luar biasa, kemana-mana berdua sama pacar, uulalalalaa. Nah, pas udah dewasa begini, pengen banget rasanya balik jadi anak-anak lagi. Anak-anak yang dunianya cuma berisi main-main aja, ngga kayak sekarang kita yang harus ribet banget ngurusin banyak urusan.

Advertisement

Ahhhh kebalikan banget sama waktu kecil dulu. Biar sekolah tiap hari tapi berasa piknik. Duit mah apa atuh tinggal minta mama papa, nggak mikir besok bayar utangnya gimana, pokoknya taunya cuma seneng-seneng aja. Sakit hati? boro-boro! Temen juga lebih banyak dari sekarang. Kalaupun tiap hari gaul sama temen lawan jenis, nggak ada yang namanya baper-baperan.

Kalau para dewasa sudah pengen banget balik jadi anak-anak lagi, lalu apa ya kira-kira yang ada dipikiran anak-anak soal orang dewasa itu sendiri? Mereka mau nggak sih beranjak jadi dewasa secepatnya? Simak nih penuturan jujur dari segelintir anak di negeri ini.

1. Dewasa itu rumit. Bisa tiba-tiba bahagia, tiba-tiba nangis. Nggak ngerti lagi deh.

dikit-dikit nangis

dikit-dikit nangis via www.portlandmercury.com

“Orang gede itu aneh, rumit, sulit. Kalau anak-anak bisa bahagia setiap hari, paling nangis kalau jatuh. Mereka malah bahagia katanya kalau lagi jatuh-cinta, kan jatuh, aneh. Aku nggak mau cepet-cepet gede,” Nayla Rizka (10)

Advertisement

Ini termasuk hal yang belum bisa mereka nalar sih kayanya. Hal paling menyedihkan dan menyebalkan saat masa kanak-kanak itu ya pas jatuh ketika mainan bareng temen, pasti deh nangis, nggak cewe nggak cowo. Lalu pas dapet nilai jelek, sedih dan nangisnya gara-gara dimarahin orang tua di rumah, belum lagi kalau dapat hukuman dari bapak ibu guru. Lalu, ketika di rumah ada kakaknya lagi kelihatan happy, senyum-senyum sendiri, mereka nanya, ada apakah gerangan. Eh si orang dewasanya malah cuek dan bilang lagi jatuh cinta. Jatuh? kan sakit, kok malah bahagia. Nggak salah juga sih kalau mereka menganggap dewasa itu aneh, rumit.

Jangan cepet-cepet dewasa ya, kalian.

2. Dewasa itu kan jumlah waktunya harusnya sama, tapi kok beda?

Advertisement
kalau pergi pasti lama

kalau pergi pasti lama via www.lifehack.org

“Orang dewasa itu datang dan pergi se-enaknya. Kadang bisa nemenin lama, kadang cuma sebentar aja,” Raeesa Sakhi (6)

Orang dewasa memang identik dengan merantau. Iya, mereka bakal rela pergi puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan kilometer buat mengejar apa yang mereka sebut itu mimpi. Mereka ikhlas ninggalin apa yang udah mereka miliki di kampung halamannya demi uang, yang katanya berguna buat masa depan. Ninggalin keluarga, termasuk juga walau sudah punya anak, mereka bahkan rela nitipin buah cinta mereka itu ke orang tua atau mertuanya. Anak-anak, disadari atau tidak menyimpan tanya tersebut di hatinya. Pernah suatu ketika, si mama yang ngerantau di luar Provinsi, pulang dalam jangka waktu cukup lama, dua minggu gitu buat intens mainan sama si kecil. Eh tiba-tiba cabut lagi dan dua minggu kemudian balik sehari doang.

Apa kalian nggak mikirin perasaan kami? Biasa sih emang pada akhirnya, tapi kami nggak habis pikir juga.

3. Dewasa itu ngomongnya nggak konsisten, dikira kita nggak bingung apa.

kami lagi "bermimpi", tolong jangan cepat disuruh mandi

kami lagi “bermimpi”, tolong jangan cepat disuruh mandi via cdn2.hubspot.net

“Mereka itu lucu. Omongannya bisa cepet banget berubah. Pas malem bilang, bermimpilah sesering mungkin, setinggi-tingginya. Eh pas pagi-pagi banget sudah dibangunin disuruh sekolah. Mimpi kan butuh waktu tidur lama,” Eka Dimas (12)

Bagi anak-anak selalu mengidentikkan mimpi dengan tidur. Sering bermimpi ya harus sering tidur. Untuk menyelaraskan pemahaman dan persepsi, cobalah berbincang dengan mereka menggunakan bahasa mereka juga. Coba masuk ke dunianya, dan ibaratkan dirimu anak-anak juga. Bisa masuk lewat dongeng, lagu, dan cara atraktif lainnya.

4. Dewasa itu seringkali melarang, sendirinya nggak mau kan kalau dilarang?

kalau dilarang nggak mau kan? samak!

kalau dilarang nggak mau kan? samak! via www.drgreene.com

“Kenapa sih aku nggak boleh ini, nggak boleh itu? Aku kan udah gede. Mereka kalau dilarang pasti bilang ngapain sih anak kecil kok sok tau. Mereka apa nggak lebih sok tau tuh?” Mohammad Zaidan (9)

Melarang dan dilarang. Yang dewasa pasti ngerasa sih ya, yang namanya dilarang itu nggak enak, asli. Dilarang hangout sampai tengah malem, padahal kan ada konser musik kece sampai tengah malem, bete juga kan?. Perasaan anak-anak kurang lebih ya sama. Dilarang ini-itu, padahal mereka cukup ngelakuin yang mereka pengen, dan setelah ngebuktiin hal itu membuat mereka rugi ya mereka bakal berhenti. Cuma pengawasan harus terus ada.

5. Dewasa itu nggak cuma melarang, tapi juga merintah seenaknya!

i want become an adult so quickly

i want become an adult so quickly via www.yummymummyclub.ca

“Aku pernah mikir, jadi orang dewasa itu enak, bisa memerintah semaunya. Kadang mikir juga, sebenernya aku ini anak apa anak buahnya Papa. Dia nyuruh ambil ini ambil itu, padahal kalau aku lagi berkhayal kan dia bisa ngerusak khayalanku. Tapi dia nggak peduli,” Marshanda Priscilla (11)

Yang paling sering dikeluhkan anak-anak itu, dan kamu yang dewasa pasti juga sempet mengalaminya, yakni perihal disuruh bobok siang. Padahal menurut mereka, bermain jauh lebih menyenangkan dibanding tidur. Disitu, orang dewasa pasti ngebatin juga, sekarang kamu boleh menyia-nyiakan tidur siang, pas gede nanti kamu bakal ngerasa bisa tidur siang itu sebuah anugerah. Intinya, ada juga anak-anak yang pengen cepet-cepet dewasa lantaran ngeliat asiknya mereka nyuruh-nyuruh orang.

6. Dewasa itu sudah nggak bisa berkhayal, nggak punya energi pula.

mama lelah dek, mama stres, main sama mbak dulu ya

mama lelah dek, mama stres, main sama mbak dulu ya via www.womendisease.com

“Mama Papa menyuruhku bermimpi. Harus punya cita-cita setingginya. Aku kan pengen banget jadi astronot, nah pas aku ajak mereka main astronot-astronotan, mereka malah jawab aduh mama nggak tahu gimana rasanya jadi astronot, main ke luar angkasa, kamu main sendiri dulu aja ya,” Irfan Mahardika (8)

Impian, angan-angan, fantasi, dan cita-cita. Hal-hal semacam itulah yang begitu mudah diumbar anak-anak, termasuk kita saat jadi anak-anak kala itu. Coba ingat deh, dulu kita bercita-cita sebagai apa? Astronot, dokter, insinyur, arsitek, atau segudang profesi lain yang menarik dan menyenangkan dijalani. Seringkali pula para dewasa akhirnya menyatakan tengah terbentur dengan realita, dan banyak yang berhenti mengejar apa yang disebut impian tadi. Padahal mereka selalu bilang ke anak-anak, kalau impian dan cita-cita justru bakalan menjadi target yang memotivasi untuk menggapai kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Sudah jadi contoh yang baik dan benar belum?

Lalu, soal energi. Inget nggak dulu, kita kerap menghabiskan waktu hanya untuk bermain, dari pagi hingga larut malam. Anak-anak sekarang pun tak ada beda, tubuh mereka seolah tak kehilangan energi. Tak jarang, beberapa dari mereka justru akan marah dan sebal ketika orang tua memanggil untuk sekadar mengingatkan makan, mandi, atau beristirahat karena hari sudah mulai malam. Sedihnya, ketika di rumah mereka harus bermain sendirian.

“Kalau ajakin Mama Papa main, mereka biasanya bilang lelah dan capek, karena kerjaan. Rasanya aku takut jadi dewasa, jadi nggak punya energi gitu,” Mohammad Faras (7).

7. Dewasa itu pembohong, apa susahnya sih ngomong jujur?

awas dek, ini huh hah!

awas dek, ini huh hah! via elitedaily.com

“Mama sering bilang kalau makanannya pedas, padahal dia bohong. Bilang gitu cuma biar aku nggak minta, anehnya mereka nyuruh anak-anak buat selalu jujur. Kadang aku benci orang dewasa,” Aldilla Rahma (9)

Orang tua akan selalu marah kalau mengetahui anak-anaknya berbohong. Tapi sebaliknya, kalau orang tua berbohong, siapa yang akan memarahi mereka? Kan nggak adil. Wajar juga kalau pada akhirnya anak-anak jadi protes saat mengetahui orang dewasa di sekitarnya berbohong. Jangan salahkan mereka juga dong kalau pada akhirnya terbiasa dengan kebohongan-kebohongan.

Para dewasa, biasanya berpikir jika berbohong itu terlampau mudah untuk menyelesaikan masalah. Sebab, menurut mereka, anak-anak belum bisa memahami penyebab dan efek yang dilakukan oleh orang dewasa untuk menyelesaikan masalah. Daripada susah menjelaskan tentang sebab-akibat dari sesuatu hal, dewasa menilai menjawab dengan kebohongan-kebohongan merupakan jalan tengah yang tepat. Mereka tidak tahu risiko apa yang akan terjadi apabila mereka berbohong. Jadi sebaiknya berikan contoh yang baik kepada anak-anak sebelum mereka mencontoh setiap perilaku.

Ahhhh, susahnya jadi dewasa. Bahagianya jadi anak-anak. Tak sedikit pula anak-anak yang justru menganggap sebaliknya. Susahnya jadi anak-anak, nikmatnya jadi dewasa kelak. Jadi, gimana? Makin sayang dan ingin mengubah perilaku ke arah lebih baik demi anak-anakmu? Atau makin kangen pada masa-masa kecilmu?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Rajin menggalau dan (seolah) terluka. Sebab galau dapat menelurkan karya.

CLOSE