Meski Banyak yang Percaya, Teori Dengarkan Musik Klasik Bikin Cerdas Itu Tak Sepenuhnya Benar

Selama ini musik klasik dipercaya bisa meningkatkan kecerdasan. Karena itu juga banyak ibu-ibu muda yang memperdengarkan musik klasik pada bayi atau anaknya. Kadang bahkan sebelum bayinya lahir, calon bayi itu sudah disuruh mendengarkan musik klasik dengan cara menaruh headphone di perut.

Advertisement

Musik klasik memang bukan sembarang musik. Musik-musik seperti milik Mozart, Copin, dan Schubert itu mungkin sangat membosankan bagi sebagian orang yang lebih suka lagu pop ataupun rock. Tapi bagi para penikmatnya, melodi-melodi klasik bukan hanya cerdas, tapi juga sangat menyenangkan. Tapi yang jadi perdebatan, apa iya mendengarkan musik klasik bisa bikin kita lebih pintar? Apa iya IQ bisa meningkat hanya dengan memutar lagu-lagu Mozart setiap hari tanpa harus belajar?

Meski telah puluhan tahun dipercaya, ternyata bagi ilmuwan teori ini hanya mitos semata. Baca deh selengkapnya ulasan Hipwee News & Feature ini!

Di antara musik klasik lainnya, karya Mozart yang paling dipercaya. Bahkan kerbau yang diperdengarkan musik Mozart juga dipercaya bisa memproduksi susu lebih banyak

Mozart Effect‘ via www.childup.com

Saking populernya khasiat musik karya Mozart, sampai ada istilah “The Mozart’s effect” yang ditemukan tahun 1991. Seperti yang diulas oleh BBC , dua tahun kemudian terbit sebuah jurnal dari Nature yang berjudul “Musical and Spatial Task Performance” . Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa musik Mozart bisa membuat kecerdasan meningkat. Bukan hanya bayi-bayi manusia, ada juga penjelasan tentang kerbau yang bisa menghasilkan susu lebih banyak bila mendengarkan lagu-lagu Mozart.

Advertisement

Tahun 1998, teori ini menjadi sangat populer. Para orang tua berlomba-lomba memperdengarkan musik klasik pada anaknya. Bahkan Gubernur Georgia Zell Miller membuat peraturan negara untuk memperdengarkan CD klasik untuk para bayi.

Tapi apakah musik Mozart benar-benar bisa meningkatkan kecerdasan, ini yang masih dipertanyakan oleh banyak ilmuwan

Mozart via fanart.tv

Sudah diakui bahwa Mozart adalah seorang musisi yang jenius. Karya-karyanya sangat kompleks dan sulit untuk dipelajari ataupun ditiru. Salah satu pendukung berkembangnya “The Mozart’z effect” adalah karena Mozart jenius dan karyanya juga jenius, maka diharapkan orang yang mendengarkan musiknya juga akan menjadi jenius juga. Sekilas terdengar masuk akal. Tapi apakah sebuah kecerdasan dan IQ bisa “diturunkan” begitu saja hanya dengan mendengarkan karya seorang jenius?

Pada sebuah penelitian memang terbukti pendengar Mozart lebih jago problem solving. Sayangnya, efek ini nggak berlangsung selamanya

Advertisement

Musik memang membantu, tapi tidak selamanya via www.foodmatters.com

Bila dilihat di jurnal aslinya, banyak ketidaksesuaian antara data dengan info yang berkembang. Pertama, jurnal itu nggak menyebut Mozart secara langsung. Kedua, subyek penelitian yang dilakukan bukanlah bayi, melainkan 36 siswa dewasa. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok sebelum disuruh menyelesaikan sebuah tugas.

Kelompok pertama nggak mendengarkan apa-apa, kelompok kedua mendengarkan sembarang musik, kelompok ketiga mendengarkan Sonata Mozart piano in D. Ternyata yang mendengarkan Mozart lebih baik dalam penyelesaian tugas yang berkaitan dengan bangun ruang. Jadi mendengarkan musik Mozart membuat lebih pintar? Nope. Dalam jurnal yang sama disebutkan bahwa efek itu hanya bertahan selama 15 menit.

Bukan hanya musik klasik yang bisa membuatmu ‘lebih pintar’. Semua jenis musik dan hobi bisa punya dampak sama, asalkan kamu menikmatinya

Musik apapun bisa berdampak sama asal dinikmati via www.rarejob.com

Selanjutnya banyak penelitian yang mencari tahu hubungan antara musik dan kecerdasan. Memang benar bahwa mendengarkan musik bisa meningkatkan kinerja otak, tapi efek ini nggak bertahan lama apalagi membuat kita lebih cerdas. Apa yang terjadi sebenarnya adalah bahwa musik membuat otak manusia tetap peka dan lebih aktif. Dengan begitu pikiran lebih jernih dan kita lebih mudah memproses informasi, memprediksi bangun ruang, dan sebagainya. Kalau diperhatikan, di sini fungsi musik mirip-mirip dengan minum kopi. Adakah yang sering merasa “lebih pintar” setelah minum kopi?

Jadi intinya adalah, musik bisa menjadi stimulan yang membuat kinerja otak lebih oke. Tapi nggak harus musik klasik ataupun karya Mozart, sebab setiap orang punya selera musik yang berbeda-beda. Yang harus digarisbawahi adalah “kesenangan”. Kalau kamu nggak bisa menikmati musik klasik, percuma mendengarkannya sampai bosan. Tergantung mana yang kamu suka saja. Bahkan nggak harus selalu musik, efek yang sama juga berlaku kalau kamu baca novel favorit.

Kalau mau cerdas, usahanya tentu lebih berat dari sekadar pasang music player. Salah satunya adalah berlatih main alat musik

Main alat musik via www.hipdiggs.com

Daripada hanya mendengarkan, memainkan alat musik bisa memberikan dampak yang bagus untuk otak kita. Menurut Jessica Grahn , seorang ilmuwan koginitif dari Western University di London, menyebutkan bahwa setahun kursus piano yang diimbangi dengan latihan rutin bisa meningkatkan IQ setidaknya 3 poin.

Bermain alat musik adalah sebuah pengalaman yang kompleks karena mengintegrasikan semua kinerja indera (pendengaran, sentuhan, penglihatan, dan emosi) dalam satu gerakan. Mempelajarinya bisa membuat perubahan stuktur otak secara signifikan. Nggak seperti mendengarkan musik yang cuma sementara, efek ini bisa bertahan seumur hidup. Bukan cuma soal kecerdasan, bermain musik juga bisa jadi metode penyembuhan untuk trauma otak. Jadi kalau mau lebih cerdas atau meningkatkan IQ, jangan cuma mendengarkan musik, tapi cobalah bermain alat musik.

Mendengarkan musik klasik atau musik apapun selama bisa dinikmati bisa meningkatkan mood untuk belajar. Jadi intinya, untuk jadi lebih cerdas memang perlu usaha. Kalau cuma mendengarkan musik setiap hari tanpa ada usaha belajar dan latihan? Ya percuma.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi

CLOSE