Meski Katanya Bakal Jadi Penghuni Masa Depan, Ini 5 Bukti Robot Belum Siap Bersanding dengan Manusia

Jika kamu termasuk orang yang mengikuti perkembangan teknologi, pastinya tahu dong kalau saat ini para ilmuwan dunia sedang gencar-gencarnya mengembangkan teknologi robot untuk memudahkan manusia menjalani aktivitas sehari-hari. Mulai dari tenaga robot yang sudah banyak menggantikan pekerjaan-pekerjaan di pabrik besar, sampai bahkan dipekerjakan jadi polisi di Dubai! Mereka sangat ambisius pada inovasi satu ini. Bahkan banyak yang sampai khawatir suatu saat manusia akan kehilangan “fungsi”-nya karena bakal sepenuhnya digantikan oleh robot.

Eits, tapi tunggu dulu, sekalipun zaman udah serba canggih kayak sekarang, ternyata belum semua teknologi terutama yang pakai Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI), siap “diberdayakan” lho. Banyak kisah robot yang justru gagal menangkap perintah verbal manusia. Ada juga yang eror saat digunakan. Kalau nggak percaya, simak 4+ bukti yang sudah Hipwee News & Feature rangkum berikut ini. Biar kamu bisa pikir-pikir juga kalau mau beli robot~

Hingga kini para ilmuwan terus mengembangkan teknologi robot untuk membantu aktivitas sehari-hari manusia. Contohnya udah banyak banget, kayak robot Sophia berkebangsaan Arab Saudi yang fenomenal itu

Mari kita mulai dengan hebohnya media memberitakan robot Sophia berkelamin wanita beberapa pekan lalu. Bukan dibuat di Jepang atau Eropa yang jelas-jelas selalu semangat meluncurkan inovasi-inovasi di bidang teknologi, tapi robot ini justru berasal dari Arab Saudi. Selain mampu bicara, robot Sophia juga rupanya didesain agar bisa bercanda. Bahkan Arab Saudi juga ‘menghadiahkan’ Sophia kewarganegaraan sehingga jadi negara pertama yang mengakui robot sebagai warga negara!

Tapi ternyata nggak semua robot yang diciptakan sesuai apa yang diharapkan. Lihat aja saat Cloi, robot ciptaan LG gagal menjawab pertanyaan manusia

Mungkin robot Sophia jadi salah satu robot yang bisa dibilang berhasil ya. Lain halnya dengan Cloi, robot ciptaan perusahaan teknologi LG berbentuk lonjong ini justru mengecewakan saat debut perdananya. Awalnya Cloi memang bisa menjawab balik sapaan si Direktur Pemasaran LG, David VanderWaal. Tapi saat David menanyakan pertanyaan yang lebih rumit, “Cloi, apakah aku siap dengan siklus mencuciku?“, robot lucu itu nggak bisa menjawab. Beberapa pertanyaan lain setelahnya jadi sulit bagi Cloi. Ia pun dianggap sebagai robot gagal, karena tak bisa memahami kata-kata manusia.

Di Inggris juga ada robot pelayan pertama yang kabarnya “dipecat” karena nggak bisa melayani pelanggan dengan baik. Duh, kasihan…

Robot pelayan pertama di Inggris, Fabio via kumparan.com

Senasib dengan Cloi, robot pelayan pertama di Inggris bernama Fabio, justru harus dipecat setelah seminggu bekerja karena dinilai tak mampu melakukan tugas-tugasnya dengan baik, yang harusnya membantu pengunjung, Fabio malah membuat mereka bingung.

Uji coba ini dilakukan oleh Heriot-Watt University di supermarket Skotlandia Margiotta, Inggris . Fabio diprogram untuk mengenal ribuan produk yang ada di supermarket itu. Ia ditugaskan untuk menjalankan tugas-tugas pelayan pada umumnya seperti menyapa, melempar jokes, hingga menawarkan pelukan. Akan tetapi sayangnya setelah benar-benar turun lapangan, Fabio malah nggak bisa menjawab kebutuhan pembeli. Seperti saat pengunjung bertanya dimana lokasi bir, Fabio hanya menjawab, “Bir ada di bagian alkohol.” Padahal harapannya Fabio bisa menuntun pengunjung ke rak bir. Karena banyak kesalahan yang dilakukan, Fabio pun dipecat dan dikembalikan ke Heriot-Watt.

Kenapa hal-hal di atas bisa terjadi? Menurut peneliti sih karena lingkungan robot yang bisa jadi berbeda 180 derajat dengan lingkungan laboratorium dimana dia diciptakan. Mungkin semacam nggak bisa adaptasi gitu ya…

Robot di laboratorium via www.techrepublic.com

Layaknya manusia, robot pun ternyata butuh adaptasi. Ibaratnya robot lahir di laboratorium, dimana lingkungan di sekitarnya memang mendukung keberadaannya. Dengan lingkungan dan alat-alat memadai tersebut robot jadi bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Lain halnya saat ia sudah terjun beneran di lapangan. Contohnya aja robot rumahan yang “bekerja” di rumah. Rumah justru bisa jadi buruk bagi robot karena banyak hal-hal tak terduga yang terjadi, misalnya terlalu berisik, terlalu banyak cahaya, ada gangguan sinyal radio, atau lainnya. Kondisi-kondisi itu bukan nggak mungkin bisa bikin sistemnya rusak atau AI-nya malah nggak berfungsi. Setidaknya alasan ini diakui sendiri sama Louis Rosenberg, CEO dan founder Unanimous AI . Hmm…

Belum lagi banyak juga manusia yang belum sepenuhnya siap menyerahkan urusan sehari-hari ke robot. Masih ada rasa nggak percaya gitu

Takut kehilangan fungsinya via olsonfarlow.com

Bisa dibilang dari manusianya sendiri sebenarnya belum sepenuhnya siap juga. Mungkin yang pada siap ya cuma dari mereka golongan ilmuwan itu sendiri. Soalnya selain masih banyak yang belum mampu beli karena harganya selangit, teknologi yang terlampau canggih malah jadi masalah tersendiri bagi mereka yang masih agak “buta” teknologi. Bukan tak mungkin para robot justru nggak bisa berfungsi dengan baik atau lebih buruk lagi, rusak. Atau masih banyak yang merasa robot nggak bisa benar-benar menggantikan fungsi manusia, kayak berbagi perasaan, dan lain-lain.

Bukannya skeptis ya, tapi teknologi robot ini memang masih jauh dari sempurna. Kalau emang tujuannya buat menggantikan fungsi manusia, ya kayaknya entah sampai kapan robot-robot nggak bisa benar-benar menggantikan kita sih. Kalau kita butuh orang lain buat berkeluh kesah, masa iya kita harus cerita ke robot?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.