Hanya Karena Tugas Sekolah, Murid di Malaysia Tewas Bunuh Diri di Kamar Mandi Rumahnya. Miris Banget

Murid di Malaysia bunuh diri

Masa-masa sekolah mungkin tak terlepas dari beragam hal menyenangkan. Bukan cuma teman-teman yang seru, tapi juga suasana sekolah yang bikin kangen. Semisal class meeting atau kegiatan ekstrakurikulernya. Tapi di balik itu semua, masa sekolah juga menyimpan hal yang bagi sebagian murid mungkin kurang bisa bikin semangat. Salah satunya tuntutan harus menyelesaikan PR atau wajib lulus dengan nilai tinggi.

Advertisement

Nah, baru-baru ini ada kabar kalau seorang murid di Malaysia bunuh diri diduga karena tertekan harus mengerjakan PR sekolah. Murid berusia 13 tahun ini ditemukan gantung diri di kamar mandi rumahnya oleh sang ayah. PR sekolah yang semestinya sebagai salah satu cara mendidik murid, malah menjadi penyebab kehilangan nyawa. Di Indonesia juga baru ada kejadian serupa. Nggak sampai bunuh diri sih, tapi gara-gara belum mengerjakan PR, siswa kelas 4 SD ini sampai merancang skenario penculikan dirinya lo! Simak deh ulasan selengkapnya berikut ini.

Seorang anak laki-laki berusia 13 di Malaysia, ditemukan gantung diri di kamar mandi. Kemungkinan tewas karena nggak sanggup kerjakan PR sekolah

gantung diri via www.standardmedia.co.ke

Kabar duka datang dari dunia pendidikan Malaysia. Belum lama ini, anak laki-laki berusia 13 tahun ditemukan tewas gantung diri di kamar mandi rumahnya. Kejadian ini diperkirakan karena sang anak merasa tertekan harus menyelesaikan PR sekolah. Seperti dilansir Asia One , jenazah korban ditemukan ayahnya gantung diri menggunakan handuk. Sang ayah curiga lantaran anaknya tidak keluar dari kamar mandi, padahal sudah cukup lama sekitar 30 menit, pada Sabtu (24/8) pagi waktu setempat.

Kejadian ini bermula dari telepon sekolah yang mengabarkan kepada ibunya kalau sang anak tidak mengerjakan PR

ilustrasi via aleteia.org

Peristiwa ini berawal dari sekolah yang mengabarkan kepada ibunya kalau sang anak tidak mengerjakan PR. Setelah mendapat telepon, sang ibu langsung mengingatkan anaknya untuk segera menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Sang ibu pun ikut menemani anaknya menyelesaikan tugas. Tak lama, sang anak izin ke kamar mandi, lalu peristiwa itu pun terjadi. Dikabarkan, anak ini memang dikenal nggak terlalu suka belajar dan suka mengeluh gara-gara PR yang terlalu banyak diberikan sekolah.

Advertisement

Sesaat setelah kejadian, sang anak sang anak langsung dibawa ke rumah sakit. Namun sayang, ia meninggal di perjalanan

Setelah mengetahui hal itu, keluarga langsung membawa ke rumah sakit. Namun, ternyata sang anak dikabarkan telah meninggal di perjalanan menuju rumah sakit. Setelah polisi melakukan investigasi terhadap kasus ini, terbukti kalau sang anak memang nggak tertarik pada bidang akademik. Polisi juga menemukan catatan sang anak yang mengatakan kalau dirinya berterima kasih terhadap sang ibu yang telah mengurusnya selama 13 tahun.

Selain gantung diri, PR sekolah juga memunculkan kasus lain. Ada anak SD di Kabupaten Lumajang yang bohong diculik, padahal cuma alasan saja buat bolos sekolah

Pertemuan antara pihak sekolah, polisi, dan keluarga siswa yang berbohong via today.line.me

Ada kisah lain yang serupa dan terjadi di Indonesia, tepatnya di Kabupaten Lumajang. Peristiwa ini pun sempat viral di media sosial. Ada anak kelas 4 SD yang nekat berbohong kepada orangtuanya kalau dirinya hampir diculik dan berhasil lolos. Sontak, orangtuanya pun mengunggah cerita anaknya itu di laman Facebook, sehingga menjadi viral. Setelah ditelusuri Kepala SD bersangkutan dan petugas dari Polres Lumajang, terungkap kalau sang anak hanya mengarang cerita saja. Diketahui, dirinya takut kepada salah satu guru gara-gara nggak mengerjakan PR Matematika.

Melihat banyaknya kejadian pilu gara-gara tugas dari sekolah, kok sepertinya kebijakan pemberian PR ini perlu dikaji ulang ya…

Advertisement

Kalau malah banyak bikin stress, masa mau tetap dilanjutkan? via kumparan.com

Tujuan awalnya sih mungkin memang untuk menerapkan disiplin dan sebagai ajang latihan dalam proses pembelajaran. Tapi nyatanya pemberian tugas sekolah ini malah jadi semacam “momok” bagi sebagian pelajar. Apalagi aturan soal tugas di Indonesia termasuk ketat banget. Kalau nggak mengerjakan bisa dihukum. Padahal hukuman itu juga nggak bisa bikin anak auto pintar dan rajin.

Di Indonesia, tuntutan buat jadi jenius dan berprestasi di sekolah juga masih tinggi. Sementara jarang ada sekolah dan orangtua yang mempertimbangkan kondisi psikologis dan mental si anak. Pokoknya yang penting ranking 1.

Padahal kalau dilihat di negara lain misalnya Jepang, di sana justru tidak ada ujian untuk murid sampai kelas 4 SD lo. Ini karena mereka lebih mengutamakan pendidikan moral untuk membentuk karakter dan bagaimana si murid bisa bersosialisasi

Sekolah SD di Jepang via mainichi.jp

Selain Jepang ada juga Finlandia. Di Finlandia, anak-anak baru boleh sekolah setelah usianya lebih dari 7 tahun. Karena saat usianya masih kecil, anak-anak ini cuma diminta untuk banyak bermain dan bersosialisasi dengan teman-teman sebaya. Sementara di Indonesia, anak baru usia 3 dan 4 tahun saja, para orangtua sudah berbondong-bondong untuk menyekolahkan ke PAUD atau pre-school terbaik.

Sistem belajarnya pun menarik, yaitu 45 menit belajar, 15 menit istirahat. Hal ini dilakukan lantaran mereka meyakini kalau kemampuan belajar siswa berjalan baik ketika bisa mengistirahatkan otak dan kondisi tubuh bakal lebih sehat. Nggak cuma itu, ketika SMP dan SMA pun mirip kuliah gitu, bisa pilih mata kuliah yang diinginkan saja. Di sana pun nggak ada sistem ranking lantaran Finlandia percaya bahwa semua murid seharusnya ranking 1. Dan tentunya tidak ada program akselerasi karena semua siswa ditempatkan di kelas dan program yang sama.

Sistem pendidikan tiap negara memang beda. Biasanya disesuaikan juga dengan kondisi masyarakatnya. Namun, bukan berarti Indonesia tidak bisa mencontoh sistem pendidikan dari negara lain yang lebih maju. Toh, belum tentu juga sistem pendidikan Indonesia selama ini yang menitikberatkan pada ujian dan pemberikan PR yang begitu banyak bisa memperbaiki kualitas akademik murid. Karena faktanya, hal ini justru bisa memengaruhi mental murid, membuatnya merasa tertekan, bahkan bikin mereka jadi berani berbohong.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

An amateur writer.

CLOSE