Obsesi Menurunkan Berat Badan Bisa Berujung Maut, Kita Harus Belajar dari Kisah Gadis Ini

Di zaman penuh gimmick media sosial dan film atau iklan penuh gambar editan, banyak orang yang akhirnya jadi korban dari tekanan sosial untuk tampil sempurna. Termasuk soal bentuk tubuh yang sayangnya justru lebih mengedepankan badan yang cantik di kamera dibandingkan tubuh ideal yang sehat. Maka dari itu, produk-produk diet sangat populer di kalangan generasi kekinian. Yang lebih parah, keinginan untuk mendapatkan badan ideal – yang seringkali diartikan secara sederhana sebagai ‘kurus’, berubah jadi obsesi yang tidak sehat.

Dampak dari serangan psikologis ini kemudian melahirkan tindakan-tindakan ekstrem yang tak masuk akal. Seperti ketika diejek gemuk, seseorang lalu melakukan diet ketat dan berlebihan hanya demi obsesinya untuk menurunkan berat badan. Nyatanya nggak hanya satu dua orang saja yang pernah mengalami ini. Seperti Emelle Lewis, seorang gadis asal Amerika Serikat yang terobsesi untuk menurunkan berat badan agar terlihat seperti kawan-kawannya. Namun usahanya ini malah menjadikan kondisi psikologis Emelle tidak seimbang dan membuat pola makannya kacau. Ia pun megalami anoreksia dan berjuang mati-matian untuk sembuh. Yuk simak penuturan Hipwee News & Feature berikut tentang anoreksia dan kisah inspiratif Emelle Lewis.

Emelle sangat terobsesi untuk kurus dan dapat pacar, hingga olahraga ekstrem dan jadi vegetarian

Kondisi Emelle ketika mengalami anoreksia via www.dailymail.co.uk

Ketika berusia 15 tahun, Emelle meyakini bahwa ia merupakan seorang remaja yang gemuk dan jelek. Ia kemudian terobsesi menurunkan berat badannya dengan berolahraga, hanya makan kue beras dan sayuran saja. Seperti dilansir melalui Daily Mail , diet ekstrem itu membawanya pada kondisi yang sangat kurus. Emelle pun mengalami anoreksia di usia yang amat belia.

Kini Emelle sudah berusia 22 tahun dan berhasil sembuh dari anoreksia yang hampir merenggut nyawanya

Kondisi Emelle saat ini setelah berhasil sembuh dari anoreksia via www.dailymail.co.uk

Beruntung, Emelle memiliki motivasi yang kuat untuk sembuh. Setelah sempat tujuh kali dirawat di rumah sakit, Emelle memulai kembali pola hidup sehatnya dan berjuang bertahun-tahun. Anoreksia sangat berbahaya karena bisa menyebabkan penderitanya meninggal dunia karena sudah tidak merasakan lapar dan tetap merasa gemuk, walaupun sudah kurus kering. Emelle pun berusaha mencari inspirasi orang yang selamat dari penyakit anoreksia dan menerapkan kembali pola makan yang benar. Setelah berusia 22 tahun, perlahan kondisi tubuhnya mulai membaik dan berat badannya kembali normal. Kisahnya ini pun bisa dijadikan pelajaran bagi semua orang tentang bagaimana obsesinya dan bagaimana ia berjuang selamat dari maut.

Anoreksia itu penyakit serius lho, bukan sekadar kecenderungan atau kondisi badan yang kurus aja

Merasa masih gemuk padahal sudah kurus via brasil.elpais.com

Anoreksia, atau lebih tepatnya anoreksia nervousa adalah sebuah kondisi psikologis dan kelainan pola makan yang mengancam nyawa seseorang. Kondisi ini umumnya dialami oleh orang yang melakukan diet ekstrim secara terus menerus tetapi masih merasa gemuk dan tidak puas. Penyakit ini nggak begitu saja mudah diselesaikan hanya dengan makan, karena tubuh biasanya menolak asupan gizi yang masuk. Umumnya mereka akan memuntahkan lagi apa yang sudah dimakan dan sama sekali tidak merasa lapar. Bahkan anoreksia disebut sebagai gejala mental yang mematikan karena melibatkan psikis sekaligus psikologis seseorang.

Nggak seharusnya mengejek atau mengolok-olok seseorang karena kondisi fisiknya. Bukankah kita nggak pernah merasakan apa yang pernah mereka hadapi?

Tak terkecuali seorang public figure yang juga pernah mengalami olokan karena gemuk via clevver.com

Kisah Emelle Lewis mengingatkan kembali pada kita bahwa nggak seharusnya kondisi fisik seseorang jadi bahan buat bullyan. Coba ingat-ingat lagi seberapa sering kamu memanggil kawanmu dengan sebutan, “Ndut”, “Gendut”, “Tambun”, dan sejenisnya? Atau bahkan menyebut mereka yang kurus dengan panggilan,”Cungkring” “Penyakitan” dan sejenisnya? Secara nggak langsung nama panggilan itu sudah memberikan tekanan bagi orang tersebut karena dianggap berbeda dari pergaulannya. Meski mungkin kawan yang kamu panggil demikian merasa tidak marah dan justru tertawa, ada saat di mana ia menyadari bahwa dia tengah diolok-olok atas kondisi tubuhnya. Parahnya, pergaulan kita seolah sudah memaklumi hal ini dan tidak peduli pada dampaknya.

Anoreksia bukan semata dipicu oleh kondisi biologis semata, awalnya anoreksia dipicu oleh depresi dan kondisi psikologis karena hilangnya percaya diri seseorang. Inilah yang seharusnya nggak bisa lagi dianggap sepele. Sudah banyak penderita anoreksia yang nyawanya tidak tertolong lagi. Meski penyakit anoreksia di Indonesia tidak sepopuler di Amerika, tidak ada salahnya mencegah hal ini terjadi. Mencegah selalu lebih mudah daripada mengobatinya ‘kan? Yuk mulai sekarang jangan meremehkan orang lain karena kondisi tubunhnya ya!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis