Sekilas Mengenai Brain Fog, Efek Jangka Panjang Pasca Sembuh dari Covid-19 yang Harus Diwaspadai

Long covid

Covid-19 perlu disikapi dengan serius. Disiplin menjalankan protokol kesehatan nggak boleh kendor sekalipun sudah divaksin. Dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan Covid-19 bukan saja saat terinfeksi. Pasca sembuh dari Covid-19, penyintas diketahui dapat mengalami long covid, atau kondisi kesehatan yang tidak normal.

Advertisement

Salah satu fenomena long covid adalah brain fog, yaitu gangguan kognitif pada otak. Lebih lanjut mengenai brain fog, berikut penjelasannya dirangkum dari gelaran webinar “Waspada Brain Fog Sebagai Efek Jangka Panjang Pasca Covid-19” dari Kalbe, Rabu (18/8) lalu.

Brain fog adalah gejala terkait fungsi otak pada kemampuan konsentrasi, memori, dan komunikasi

| Photo by Michal Vrba on Unsplash

Dokter Spesialis Saraf RS Atmajaya, Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S mengatakan nggak semua penyintas Covid-19 mengalami bebas gejala pasca sembuh. Banyak di antara mereka yang melapor mengalami kelelahan dan pusing berkelanjutan. Hal tersebut, kata dr. Yuda, memiliki dampak klinis jangka panjang dalam penurunan fungsi kognitif atau brain fog.

“Banyak di antara mereka (penyintas Covid-19) yang dilaporkan mengalami rasa lelah dan pusing berkelanjutan. Penurunan fungsi kognitif menjadi dampak klinis jangka panjangnya, yang dikenal dengan istilah brain fog yaitu gejala terkait fungsi otak pada kemampuan konsentrasi, memori, dan komunikasi,” ujar dr. Yuda.

Advertisement

Secara sederhana, brain fog adalah kondisi saat seseorang mengalami penurunan fungsi kognitif, seperti sulit konsentrasi, sering lupa, hingga sulit mengambil keputusan. Adapun penyebabnya bisa lebih dari satu faktor, mulai dari risiko penyakit bawaan, infeksi Covid-19, hingga delirium saat perawatan di rumah sakit.

Seperti diketahui, pusat memori manusia berada pada otak, tepatnya pada hippocampus yang telah terbukti sangat rentan terhadap inflamasi atau peradangan. Sementara virus Corona, diketahui dapat secara langsung menginfeksi ke otak pasien Covid-19. Hal ini lah yang kata dr. Yuda dapat memicu efek klinis jangka panjang seperti mudah lupa dan sulit konsentrasi pada penyintas.

Cara mencegah dan mengatasi brain fog

Advertisement

| Photo by Sammy Williams on Unsplash

Gejala brain fog pada penyintas Covid-19 apabila tidak segera dicegah dan diatasi dapat menjadi salah satu risiko penyakit pikun usia dini. Dijelaskan oleh Product Management Kalbe Nandhita Octavia, S.T., B.Eng, salah satu cara mencegah pikun dini akibat gejala brain fog sebagai fenomena long covid adalah menerapkan pola hidup sehat ditambah dengan konsumsi suplemen kesehatan.

Sementara dr. Yuda dalam keterangannya di laman Tirto.id mengatakan nggak ada evidence-based medicine yang paling ampuh untuk mengatasi gangguan kognitif. Namun, mengonsumsi Citicoline bisa jadi potencial treatment. Dalam hal ini Nandhita pun mengatakan suplemen kesehatan Citicoline dari Kalbe dapat digunakan untuk mencegah sekaligus mengatasi gejala brain fog.

“Suplemen kesehatan Citicoline (Brainact Odis®) (dapat) berfungsi membantu terapi Brain Fog dengan efek samping aman, rasa segar, dan benefitnya cepat larut dalam mulut tanpa perlu dibantu air minum,” kata Nandhita.

Selain dengan konsumsi Citicoline, dr. Yuda juga menekankan pentingnya mengombinasikan olahraga fisik, stimulasi mental, dan aktivitas sosial untuk menjaga kesehatan fungsi otak dan mencegah gangguan kognitif. Hal-hal tersebut juga perlu dibarengi dengan taat menjaga protokol kesehatan dan melakukan vaksinasi jika telah memungkinkan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi

CLOSE