Seputar Vaksin COVID-19 dan Kabarnya dari Seluruh Dunia. Banyak yang Bikin, Mana yang Akan Berhasil?

Vaksin corona

Vaksin. Satu kata yang kini tampaknya merepresentasikan harapan bagi semua orang di dunia, harapan untuk mengembalikan kehidupan normal kita sebelum datangnya virus SARS CoV-2 yang menyebabkan pandemi COVID-19. Di Indonesia sendiri, pembicaraan soal vaksin jadi ramai setelah pengumuman akan diadakannya uji coba vaksin buatan perusahaan China, Sinovac di Bandung. Dilansir dari laman BBC , sebanyak 1.620 relawan berusia 18-59 tahun dibutuhkan dalam uji klinis (uji coba vaksin terhadap manusia) yang diselenggarakan atas kerja sama perusahaan BUMN Biofarma dan Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung.

Advertisement

Sebenarnya bukan cuma vaksin Sinovac saja, berbagai negara dan perusahaan di seluruh dunia saat ini sedang berlomba-lomba mengembangkan dan menguji coba vaksin yang dapat mengakhiri pandemi.

Bagi orang awam seperti kita, penantian menunggu vaksin sepanjang tahun 2020 ini mungkin sudah terasa sangat lama. Namun perlu diingat, pembuatan vaksin pada normalnya memang butuh waktu bertahun-tahun. Karena ini bukan kondisi normal, para ilmuwan dan perusahaan farmasi sebenarnya sudah sangat ‘ngebut’ menggarap vaksin untuk virus corona yang sedang mewabah di dunia. Jadi ada berapa sih vaksin yang sedang dikembangkan? Kira-kira vaksin mana yang nanti bisa mengakhiri pandemi ini? Semoga bisa sesegera mungkin jadi ya vaksinnya…

The New York Times membuat laman khusus Coronavirus Vaccine Tracker untuk memantau pengembangan vaksin di seluruh dunia

Dari ratusan vaksin yang sedang dikembangkan, mana yang akan lebih dulu jadi? Credit: unsplash@lamoune via unsplash.com

  • Pra-klinis : 140+
  • Fase 1 : 19
  • Fase 2: 13
  • Fase 3: 4
  • Sudah disetujui untuk pemakaian terbatas : 1
Advertisement

Berikut adalah data terbaru per tanggal 24 Juli 2020 lalu dari laman Coronavirus Vaccine Tracker  yang dibuat media internasional The New York Times. Kalau mau dijumlah, berarti ada sekitar 170-an vaksin yang sedang dikembangkan di seluruh dunia dalam berbagai tahapan pengembangan. Untuk bisa memahami angka tersebut, kita memang harus paham tahapan-tahapan yang harus dilalui sebelum akhirnya vaksin bisa digunakan dan disebarluaskan. Vaksin harus melalui tahapan uji coba yang sangat ketat supaya aman dan efektif.

  • Pra-klinis : tahapan sebelum uji klinis terhadap manusia. Vaksin diberikan kepada hewan untuk melihat apakah pemberian vaksin menghasilkan respon imunitas, biasanya uji coba pra-klinis ini dilakukan ke monyet atau tikus.
  • Fase 1 : vaksin diuji coba pertama kali ke sejumlah kecil manusia untuk mengkonfirmasi ada tidaknya respon imunitas, dosis yang aman, dan efek samping yang timbul
  • Fase 2: setelah terbukti aman di fase 1, vaksin diuji coba ke lebih banyak orang dengan karakteristik yang berbeda-beda untuk melihat kemungkinan timbulnya respon yang berbeda. Biasanya melibatkan ratusan orang
  • Fase 3: setelah lolos fase 2, vaksin diuji coba ke lebih banyak orang di berbagai wilayah. Biasanya melibatkan ribuan orang
  • Fase 4/ approval : pengambil keputusan mengkaji hasil uji coba dan menentukan apakah vaksin tersebut disetujui untuk dipakai.

Vaksin Sinovac termasuk satu dari sedikit vaksin yang telah memasuki fase 3. Yang lain adalah vaksin dari Oxford University, perusahaan China lain Sinopharm, dan The Murdoch Children’s Research Institute di Australia

Advertisement

Kandidat vaksin yang terdepan. Ilustrasi percobaan di lab, credit: pexels@cdc-library via www.pexels.com

Vaksin dari perusahaan China Sinovac yang akan diuji coba di Bandung, adalah satu dari sedikit vaksin yang telah mencapai fase 3. Selain vaksin Sinovac, ada vaksin yang dikembangan universitas ternama Inggris Oxford University, perusahaan China lain Sinopharm, dan institut di Australia yaitu The Murdoch Children’s Research Institute. Meskipun sama-sama telah memasuki fase 3, keempat vaksin ini pun dikembangkan dengan cara yang berbeda-beda.

Vaksin dari perusahaan China Sinovac dan Sinopharm dikembangkan dengan cara mematikan atau melemahkan virus corona itu sendiri untuk memancing respon imunitas dalam tubuh. Sedangkan vaksin milik Oxford University menggunakan pendekatan vektor yaitu menggunakan virus lain, dalam hal ini virus yang menyebabkan flu pada simpanse, untuk mengantarkan gen virus corona ke dalam tubuh. Nah kalau vaksin dari Australia The Murdoch Children’s Research Institute dikembangkan dengan menggunakan vaksin yang sudah tersedia dan sebelumnya digunakan untuk penyakit TBC. Tiap pengembangan punya kelebihan serta kelemahannya masing-masing, tapi yang lebih penting saat ini adalah semua cara dan kemungkinan memang layak dicoba.

Semoga dengan adanya ‘perlombaan’ ini, vaksin untuk virus corona terbaru ini segera bisa jadi dan digunakan untuk melindungi kita semua. Tentunya tidak bisa asal cepat, vaksin harus bisa dijamin aman dan efektif. Maka dari itu, kita yang mungkin tidak bisa berpartisipasi langsung dalam pembuatan vaksin, wajib menggunakan senjata yang kita miliki: physical distancing, pakai masker, dan sering cuci tangan ya..

Sudah waktunya kita lebih peduli, kenal, dan memahami virus corona yang sudah hidup di antara kita. Dapatkan E-book Panduan Normal yang Baru di sini.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Learn to love everything there is about life, love to learn a bit more every passing day

Editor

Learn to love everything there is about life, love to learn a bit more every passing day

CLOSE