Terapis Pijat Diduga Dilecehkan Pelanggan. Layanan Pemesanan Pijat Online Gini Memang Riskan Sih

Mitra Go Massage diperkosa pelanggan

Saat-saat dimana semua hal jadi serba mudah seperti sekarang ini memang menyenangkan sekaligus memuaskan. Ketika lapar melanda, nggak perlu lagi keluar rumah untuk mencari makan. Tinggal pesan lewat aplikasi, lalu duduk manis menunggu driver membawa makanan. Mau bepergian juga tinggal pesan ojek atau taksi online. Bahkan menyewa jasa tukang pijat juga sudah bisa dilakukan lewat aplikasi di gadget, nggak seperti dulu yang harus mencari kesana kemari.

Advertisement

Tapi, sebuah kejadian pilu di Bandung ini agaknya perlu mendapat perhatian khusus, terutama untuk perusahaan yang menyediakan layanan pemesanan pijat via online. Seorang terapis pijat Go-Massage, diduga jadi korban pemerkosaan oleh pelanggannya sendiri, miris banget lo. Jadi, bagaimana sih seharusnya perlindungan terhadap mitra layanan seperti ini? Soalnya memang yang begini ini cukup berisiko…

Nasib malang menimpa seorang terapis pijat di Bandung. Ia diduga diperkosa oleh konsumennya di sebuah rumah kos. Kasihan, padahal niatnya mau kerja 🙁

Terapis pijat jadi korban pemerkosaan via www.inilahkoran.com

Kejadian ini bermula dari terduga pelaku inisial L yang memesan jasa pijat melalui aplikasi. Setelah memesan, terapis pun datang ke kos tempat L tinggal, di Jalan Gegerkalong Hilir, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung. Berdasarkan keterangan Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Porestabes Bandung, M Rifai , saat itu terduga korban sempat memijat pelanggannya, sebelum akhirnya terjadi dugaan perbuatan pemerkosaan. Rabu, 6 Maret kemarin, korban sudah membuat laporan ke polisi.

Kasus ini sekarang sedang ditangani pihak berwajib. Tapi ternyata, terlapor malah memberikan keterangan yang berbeda. Menurut pengakuannya, itu semua terjadi atas dasar suka sama suka. Lo, gimana…

Ilustrasi pijat via www.idntimes.com

Terlapor inisial L tadi, ternyata memberikan keterangan berbeda dengan apa yang disampaikan pelapor kepada polisi. L nggak mengakui adanya tindakan pemerkosaan karena menurutnya semua itu terjadi atas dasar suka sama suka. Selain memeriksa pelapor dan terlapor, polisi kini juga memeriksa satu orang saksi yang tinggal di kamar sebelah L. Penyelidikan masih terus dilakukan sembari menunggu hasil visum dan mencari saksi lain.

Advertisement

Dilema juga sih ya, di satu sisi layanan on-demand semacam itu memang memudahkan, tapi di sisi lain cukup riskan juga. Soalnya mitra-mitranya kan nggak tahu bakal mendapat pelanggan seperti apa

Layanan semacam ini memang riskan sih via jateng.tribunnews.com

Karena dilakukan via aplikasi, banyak mitra layanan on demand yang mendapat pelanggan menyebalkan. Kalau nggak sampai membahayakan fisik dan nyawa sih mungkin nggak masalah. Tapi kalau sudah berpotensi melecehkan seperti kasus di atas, jelas perusahaan penyedia aplikasi itu yang harus bertindak.

Dilansir Republika , manajemen Go-Massage katanya sudah menerapkan standar operasional berupa Anti Sexual Harrasment yang isinya semacam panduan untuk mengantisipasi mitra jadi korban pelecehan. Dalam panduan itu dijelaskan apa saja yang harus dilakukan mitra sebelum, saat, dan sesudah kejadian. Katanya sih mereka juga sudah menyediakan tombol kepanikan darurat untuk seluruh mitra. Mungkin ada di akun atau aplikasi milik mitranya gitu ya…?

Tapi kalau harus membuka aplikasi dulu buat memencet tombol itu, kok kayaknya rada ribet. Mungkin lebih bagus kalau mereka dibuatkan semacam alat khusus yang bisa dimasukkan kantong, dan dipencet sewaktu-waktu ada bahaya. Atau alatnya itu langsung terhubung ke kontak kepolisian terdekat. Hmm.. kalau menurutmu gimana Guys?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

CLOSE