Siapa Pun Bisa Jadi Konten Kreator Andal, Alexander Thian Beberkan Tipsnya dalam ‘Kelas Konten Kreator’ Siberkreasi x Hipwee

Jadi konten kreator andal bersama Amrazing

Di era digital seperti sekarang, mencari infomasi, hiburan, tips hingga interaksi dengan banyak orang bisa dilakukan lewat ketikan jari saja. Masifnya penggunaan media sosial membuat peluang untuk menyebarkan kebaikan dan mendapat hasil dari platform tersebut semakin terbuka.

Karena era digital pula, banyak dari kita menginginkan pekerjaan fleksibel, mulai dari waktu hingga lokasinya yang di mana saja. Apalagi di situasi pandemi ini, bekerja dari rumah atau work from home dinilai memberikan sederet keuntungan sampai-sampai bisa disangka pesugihan.

Salah satu profesi yang populer saat ini karena dapat menyalurkan passion sekaligus memberi keluangan dalam berkarya adalah content creator. Siapa pun dan dari kalangan mana pun bisa terjun ke bidang ini tanpa dibatasi. Asal tahu caranya, bukan nggak mungkin platform digital seperti akun media sosialmu semakin besar dan diketahui banyak orang.

Nah, untuk mengetahui serba-serbi dunia konten kreator ini, Hipwee didukung Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Siberkreasi dan Divisi Polda Metro Jaya akhir pekan lalu menghadirkan Alexander Thian (@amrazing) untuk membagikan ilmu terkait content creator dalam dua sesi ‘Kelas Konten Kreator’.

Pentingnya personal branding untuk menjadi konten kreator. Sebelum terjun langsung, harus tahu siapa kamu dan apa yang kamu tawarkan

Pentingnya personal branding | Credit: tangkapan layar Hipwee

Dalam Kelas Konten Kreator Siberkreasi x Hipwee pertama yang diselenggarakan pada Sabtu (2/10), penulis dan influencer Alexander Thian membawakan topik “Bangun Personal Branding Sebagai Content Creator”. Pria yang akrab disapa Alex ini membeberkan pengalamannya untuk orang-orang yang mau memulai perjalanan sebagai content creator.

Seperti sempat disinggung di paragraf awal, siapa pun bisa menjadi content creator. Bahkan, mereka yang sudah mempunyai profesi tetap di keseharian juga bisa menggeluti dunia ini. Buktinya, saat ini sudah banyak dokter, pebisinis, penulis, hingga human resource (HR) yang aktif di media sosial untuk membagikan konten penting dan menarik terkait keahliannya. Untuk itu, Alex menilai personal branding adalah kuncinya.

Dalam menentukan personal branding, Alex mengatakan salah satu hal penting adalah harus tahu minat dan bidang yang disenangi serta dikuasai. Misalnya, minat traveling kemudian memberikan informasi seputar perjalanan, pengalaman hubungan yang bisa diambil pelajarannya, atau penikmat film yang mampu memberikan rekomendasi ke orang lain.

Personal branding selalu dimulai dengan mengembangkan apa yang kamu suka. Kemudian tentukan misi; ingin karya dilihat, atau meningkatkan skill, atau bertujuan menghibur orang, semuanya valid. Kemudian tentukan unique selling proposisition (USP), caranya dengan tanya ke diri sendiri, apa yang membuat kamu berbeda, kenapa orang harus follow kamu, hingga apa yang kamu suka dan bisa kamu kembangkan?,” jelas Alex.

Hindari untuk mengejar viralitas semata, konten yang baik justru dibaca, didengar atau ditonton secara sukarela

Kriteria konten yang baik | Credit: Hipwee

Dalam kelas kedua yang digelar pada Minggu (3/10), Alex membawakan topik “How to Create Your Unique Content (That Makes Money)”. Di sini ia membeberkan tips khusus untuk menciptakan konten yang “kamu banget” dan bisa menjual. Konten yang viral tentu menyenangkan, tetapi eksistensinya tak berlangsung lama. Maka dari itu, diperlukan konsep yang matang supaya bisa bersaing dan nggak mudah dilupakan.

Menjadi spesialis dalam bidang tertentu menjadi penting, karena akan membantu brand untuk menggunakan jasa kamu. Seorang konten kreator juga bisa membahas yang spesifik tetapi tetap umum, dengan syarat masih mempunyai topik yang berkaitan. Misal kamu seorang travel blogger, maka bisa membahas makanan di suatu wilayah, sampai cara membuat foto yang apik.

Daripada bisa di segala bidang, Alex menekankan untuk mencari hero content sendiri. Sesuatu yang berbeda tetapi akan melekat di ingatan orang yang melihat. Dalam hal ini ia mencontohkan Sisca Kohl dan Kristo Immanuel yang terkenal dengan suara khasnya. Artinya perlu untuk mengetahui potensi dalam diri.

“Bikin konten rame itu nggak harus bernuansa keributan, setelah tahu apa kelebihan di konten kamu. Sekarang pikirkan bagaimana kamu bercerita tentang hal yang kamu suka. Yang saya pelajari, apapun medianya yang paling penting adalah kemampuan story telling,” terang Alex.

Libatkan kreativitas, konsistensi dan koneksi dalam membangun sebuah konten. Hasil yang bertahan lama tak diciptakan secara instan

Saat semua berlomba menjadi konten kreator, maka diperlukan kreativitas untuk memberikan sesuatu yang berbeda. Menurut Alex, konten yang datangnya dari hati biasanya mempunyai kreativitas yang tinggi. Ide mungkin boleh sama, tetapi eksekusi dan kreativitas lah yang membuatnya berbeda. Hal tersebut juga perlu diimbangi dengan konsistensi. Artinya dibutuhkan niat dan tindakan secara berulang yang akan membuat konten tetap relevan.

Selain dua faktor tersebut, seorang konten kreator juga memerlukan koneksi. “Pansos” boleh saja dalam artian yang positif, misalnya membangun kolaborasi dengan orang lain yang tengah menciptakan citra yang sama. Jangan menutup diri dan menilai akun kamu yang “paling” daripada yang lain.

Dengan adanya personal branding yang baik, kredibilitas pun akan meningkat. Dengan ini, seorang content creator pun akan menjadi pribadi yang lebih confident, lebih paham topik yang diberikan, dan punya keunikan yang bisa diingat oleh banyak orang.

Dibutuhkan integritas yang tinggi, perlu tekad yang kuat untuk menghasilkan konten positif

Integritas tinggi sebagai konten kreator : Credit: Hipwee

Setiap profesi mempunyai kesulitannya masing-masing. Dibutuhkan proses yang panjang bagi mereka untuk menemukan hero content dari karya yang dibuat. Namun, seringkali publik hanya melihat hasilnya saja. Bahkan tak jarang yang menilai “jadi konten kreator enak, posting doang dapat uang”. Padahal menurut Alex, di balik 30 detik sampai 1 menit video yang ditampilkan perlu usaha selama berhari-hari.

“Harus cari ide dahulu, misal ditolak (brand) cari lagi, setelah itu bikin script, revisi, persiapan untuk syuting; atur tempat, pencahayaan, kostum, belum lagi kalau salah ngomong retake berkali-kali. Satu video bisa 5 sampai 7 hari,” cerita Alex soal pengalamannya.

Kesukesan menurutnya tak datang hanya dalam waktu semalam. Mengutip contoh Jharna Bhaghwani yang sempat viral karena video transformasi make-up menggunakan lagu Lathi, ia sudah mulai belajar merias wajah dan mengedit video sejak usia 9 tahun sebelum dikenal orang di usianya yang ke-17. Sama halnya seperti Alexander Thian yang mulai membagikan konten di Twitter sejak 2012, tetapi baru tenar di tahun 2017 berkat konten zodiak yang diunggah ulang ke Instagram.

Ketika sudah meraih kesuksesan, Alex juga menekankan kalau seorang content creator perlu menjaga integritas dalam setiap tawaran yang diberikan. Jika tak sesuai dengan prinsip yang dimiliki maka harus berani untuk menolak.

“Jangan sampai silau sama uang (sehingga) integritas dikesampingkan. Namanya kepercayaan itu mahal banget. Followers bukan hanya angka, jadi buat interaksi dan respect dengan mereka,” tutupnya.

Menarik dan berguna banget kan, bahasan dalam dua Kelas Konten Kreator Siberkreasi x Hipwee yang bermitra dengan PERHUMAS Indonesia dan Young On Top ini? Mengungkapkan sisi lain jadi seorang influencer yang tak semudah kelihatannya. Nah, kalau kamu tertarik dengan serba-serbi dunia digital, kelas-kelas dan acara inspiratif #MakinCakapDigital dari Hipwee, Kemkominfo dan Siberkreasi masih akan ada lagi. Minggu depan tanggal 16 Oktober akan ada kelas yang nggak kalah menarik bersama Edho Zell. So, pantengin terus media sosial @siberkreasi  dan @hipwee biar kamu nggak ketinggalan informasinya!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Editor