Video Beruang Kelaparan Viral, Fotografernya Malah Diprotes Kok Nggak Nolong Malah Sibuk Rekam

Sebagai negara tropis, kita yang hidup di Indonesia memang jarang punya kesempatan melihat langsung hewan seperti beruang kutub. Ya selain jumlahnya yang tinggal sedikit, beruang kutub ini memang hanya hidup di sekitar wilayah es Kutub Utara. Makanya kebanyakan orang di dunia memang hanya tahu atau pernah melihat beruang kutub dalam film, majalah lingkungan, atau video Youtube. Kita terbiasa dengan cara media menggambarkan beruang kutub sebagai hewan besar, gagah, dan buas tapi juga lucu karena diselimuti bulu putih nan tebal.

Tapi tampaknya persepsi ini terpaksa harus diubah setelah seorang fotografer dan film maker, Paul Nicklen, yang merekam sendiri potret binatang karnivora itu di Pulau Baffin, Kanada. Tampak seekor beruang kutub kelaparan yang sedang mengais tong mencari makanan. Tapi ternyata nggak semua warganet memuji apa yang dilakukan Nicklen, sebagian justru mempertanyakan kenapa ia malah nggak menolong dan sibuk merekam? Sebelum mengamini mereka yang protes, baca dulu ulasan Hipwee News & Feature berikut ini.

Video ini merekam jelas seekor beruang kutub dengan tubuh kurus kering, berjalan tertatih-tatih karena kelaparan

My entire @Sea_Legacy team was pushing through their tears and emotions while documenting this dying polar bear. It’s a soul-crushing scene that still haunts me, but I know we need to share both the beautiful and the heartbreaking if we are going to break down the walls of apathy. This is what starvation looks like. The muscles atrophy. No energy. It’s a slow, painful death. When scientists say polar bears will be extinct in the next 100 years, I think of the global population of 25,000 bears dying in this manner. There is no band aid solution. There was no saving this individual bear. People think that we can put platforms in the ocean or we can feed the odd starving bear. The simple truth is this—if the Earth continues to warm, we will lose bears and entire polar ecosystems. This large male bear was not old, and he certainly died within hours or days of this moment. But there are solutions. We must reduce our carbon footprint, eat the right food, stop cutting down our forests, and begin putting the Earth—our home—first. Please join us at @sea_legacy as we search for and implement solutions for the oceans and the animals that rely on them—including us humans. Thank you your support in keeping my @sea_legacy team in the field. With @CristinaMittermeier #turningthetide with @Sea_Legacy #bethechange #nature #naturelovers This video is exclusively managed by Caters News. To license or use in a commercial player please contact info@catersnews.com or call +44 121 616 1100 / +1 646 380 1615”

A post shared by Paul Nicklen (@paulnicklen) on

Seorang fotografer National Geographic sekaligus pendiri Sea Legacy, Paul Nicklen, baru-baru ini jadi perbincangan hangat berbagai media setelah video unggahannya di Instagram viral. Video itu memperlihatkan seekor beruang kutub yang kelaparan sampai tubuhnya kurus kering. Si beruang juga tampak mengais-ngais tong tapi nggak menemukan apapun. Diketahui saat itu Nicklen memang sedang berkunjung ke Pulau Baffin, di bagian utara Kanada ketika nggak sengaja berpapasan dengan beruang malang tersebut. Pulau Baffin sendiri terletak nggak jauh dari Greenland. Mencairnya es di daerah itu membuat spesies yang hidup di sana perlahan tak mampu bertahan hidup.

Rekaman itu jadi saksi kalau pemanasan global memang telah merenggut masa depan beruang. Mencairnya es di kutub membuatnya kehilangan tempat mencari makan

Beruang kutub nggak punya tempat mencari mangsa via news.nationalgeographic.com

Pemanasan global disinyalir jadi alasan kenapa beruang kutub semakin berkurang jumlahnya. Pemanasan global yang mencairkan es di kutub membuat beruang nggak punya tempat buat mencari mangsa. Beruang kutub biasanya berburu anjing laut untuk dimakan. Tapi karena suhu yang terus meningkat, populasi anjing laut pun ikut berkurang. Laporan WWF pada 2002, seperti dilansir Natgeo , memprediksi kalau pemanasan global bisa makin mengurangi jumlah beruang kutub. Saat ini dilaporkan jumlahnya cuma tinggal 25 ribu ekor. Mencairnya es di kutub membuat banyak beruang akhirnya “mengungsi” ke daratan. Ini membuat beruang jadi “puasa” lebih lama.

Warganet mempertanyakan kenapa Nicklen malah sibuk merekam tanpa menolong atau memberi makan si beruang. Ia pun mengklarifikasinya

Beruang malang mengais-ngais sampah via www.thestar.com

Video Nicklen banyak mengundang simpati orang. Tapi sebagian lagi justru mempertanyakan kenapa Nicklen malah sibuk merekam tanpa menolong dulu beruang itu. Padahal jelas-jelas ia kelaparan. Tapi Nicklen punya jawaban masuk akal yang bisa membantu menjawabnya. Ia mengaku kalau ia nggak membawa peralatan cukup buat membius beruang itu dan memberinya puluhan kilo daging. Menurutnya mendekati beruang yang sedang kelaparan sangatlah berbahaya. Selain itu di Kanada, aktivitas memberi makan beruang kutub adalah hal ilegal.

Satu pelajaran yang bisa dipetik dari video ini adalah: tanpa kepedulian kita, jelas akan makin banyak beruang yang bernasib sama kayak di video, begitu juga dengan hewan lain

Kepunahan beruang kutub nggak bisa dielakkan lagi via www.ecowatch.com

Meski sebenarnya belum jelas apakah benar pemanasan global jadi satu-satunya alasan kenapa beruang malang itu sampai kelaparan, tapi Nicklen menegaskan fenomena alam itu jelas akan banyak membuat status beruang kutub jadi langka. Tanpa kepedulian kita terhadap kondisi bumi yang makin memprihatinkan ini, jelas akan makin banyak hewan yang musnah. Ini akan membuat ekosistem di kutub jadi nggak seimbang, permukaan laut meningkat, dan bumi jadi makin panas. Bukan nggak mungkin kalau perubahan iklim ini dibiarkan aja, kepunahan manusia cuma tinggal menunggu waktu.

Video Nicklen jadi bukti nyata soal potret beruang kutub di masa kini. Meski kita jauh dari kutub utara, tapi dampak melelehnya es di sana ujung-ujungnya juga bakal kita rasakan. Tanpa kesadaran dari tiap individu untuk tetap merawat bumi, jelas nggak mungkin masalah ini bisa diselesaikan. Jadi, ayo, kita bersama-sama jadi penduduk bumi yang lebih bijak!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.