Saat Musik Indonesia Terasa Makin Membosankan, 10 Pemusik Ini Bisa Jadi Penyegar

Bagi teman-teman yang mulai khawatir tidak lagi bisa mendengar musik berkualitas di Indonesia, janganlah dulu segera menyerah dengan hanya mendengarkan musik-musik import. Sebenarnya, negeri ini memiliki talenta-talenta yang patut diapresiasi. Pertama karena keteguhan mereka berkarier di jalur mandiri. Kedua, ketangguhan mereka mengelola musik tanpa harus terjebak pada selera pasar.

Advertisement

10 Band ini sebaiknya kamu coba dengarkan, bukan dalam rangka tidak menghargai musik-musik di jalur mainstream, namun sebuah usaha sederhana untuk mewarnai kehidupan musikmu. Selain itu, tubuh ini tidak hanya cukup diberi makanan dan pengetahuan yang sehat. Satu hal penting yang patut diperhatikan kesehatannya adalah konsumsi musikmu. Dalam tubuh yang bugar terdapat selera musik yang segar!

1. The Adams

The Adams Manggung Di Rolling Stone

The Adams Manggung Di Rolling Stone via shambustory.wordpress.com

Band ini terbentuk di tahun 2001 dengan nama Lonely Band, baru pada tahun 2002 mereka menggantinya menjadi The Adams. Album pertama mereka yang juga berjudul The Adams release pada tahun 2004. Konservatif, salah satu lagu di album tersebut bahkan sempat menjadi OST (Original Soundtrack) film Janji Joni, yang disutradarai oleh Joko Anwar. Nuansa power pop sangat kuat dalam karya-karya mereka dengan distorsi gitar yang tebal namun tak terasa berisik dan siraman synthesizer yang melebarkan imajinasi suara. Misalnya saja pada lagu Halo Beni yang ada di album keduanya berjudul V2.05, The Adams memberikan suasana semangat melalui beat yang tegas dan design sound yang meyakinkan. Album tersebut bahkan masuk ke 150 Album Terbaik Sepanjang Masa Versi Majalah Rolling Stone.

2. Silampukau

Yang adalah arek-arek Suroboyo

Yang adalah arek-arek Suroboyo via silampukau.com

Silampukau memulai debutnya dengan meluncurkan EP berjudul Sementara Ini pada Agustus 2014. Band asal Surabaya ini kemudian meluncurkan Album yang berisi 10 lagu dengan judul Desa Kota dan Kenangan pada 19 April 2015. Salah satu lagunya yang berjudul Puan Kelana sangat apik membawa suasana Eropa dan Surabaya. Mereka berdiri di antara keduanya. Mungkin sedang bicara soal Urbanisasi (Mungkin, kami juga gak terlalu yakin). Suara terompet yang samar di awal lagu sanggup menghadirkan Paris melalui nada. Apalagi ada potongan lirik berbahasa Prancis di dalam lagi ituMendengarkan mereka adalah membuatmu berpikir bahwa band ini gabungan antara Iwan Fals, Sore, dan Float dalam satu paket Jawa Timuran yang easy listening tapi juga menantang nalar.

Advertisement

3. FSTVLST

FSTVLST, Band dengan vocalis karismatik

FSTVLST, Band dengan vocalis karismatik via www.kikipea.com

Salah satu album FSTVLST yang berjudul Hits Kitsch masuk dalam daftar album terbaik 2014 versi Majalah Rolling Stone. Prestasi ini adalah hasil dari perjalanan panjang sejak band ini bernama Jenny yang terbentuk sejak 2003. Suasana Brit Pop yang kental dari sound gitar yang renyah dan suara tipis dari Farid Stevy Asta mengingatkan kita sejenak pada The Storkes. Namun liriknya yang kritis dan “sangat-Indonesia” membuat kita yakin bahwa band ini adalah band yang patut diapresiasi.

4. Dialog Dini Hari

Rumahnya Bali..

Rumahnya Bali.. via gdubrak.com

Tiga Album telah dihasilkan oleh Dialog Dini Hari, Band Folk asal Denpasar Bali.  Beranda Taman Hati, Self-Titled, Lengkung langit adalah pembuktian bahwa jalur mandiri tidak menghentikan produktivitas. Dankie, yang juga merupakan pentolan band Grunge Navicula membawa Dialog Dini Hari bersama Brozio Orah dan Deny Surya pada labuhan musik easy listening yang tidak remeh-temeh. Beberapa nomor seperti Lengkung Langit dalam Album Lengkung Langit sungguh dapat membuatmu optimis menjalani pagi.

5. MataJiwa

Duet Maut Gitar dan Drum

Duet Maut Gitar dan Drum.. via tukankpotrek.wordpress.com

Generasi 90an pastinya ingat dengan Menghitung Hari versi AADC yang dibawakan oleh Anda Perdana. Nah, bersama Reza Rachman, dia membangun proyek musik yang bernama MataJiwa. Dua album telah diproduksinya dengan berdasarkan pada semangat Experience, Experiment, dan Expression. Jika ingin sedikit mendengarkan lantunan Ethnic Rock, maka MataJiwa adalah dermaga yang sangat tepat. Semesta adalah satu mahakarya di album II dari mereka yang mencoba untuk menawarkan refleksi mendalam atas kondisi dunia melalui lirik yang kontemplatif dan musik yang dinamis.

Advertisement

6. Float

Meng (Vokalis Float) adalah potret Konsultan Hukum yang pandai meramu musik dan lirik menjadi sebuah pengalaman yang selalu baru. Film 3 Hari Untuk Selamanya mungkin akan terasa sangat biasa saja tanpa sentuhan Sementara yang sangat polos dan 3 Hari Untuk Selamanya yang begitu Catchy. Keahlian Float ini juga terlihat dalam terobosan bentuk gig yang ada di Indonesia. Ketika televisi selalu menayangkan tragedi kucek-jemur setiap pagi, Float justru membawa penonton menyambangi alam dengan menggelar konser bertajuk Float2Nature. Pada gig tersebut, penonton dapat menginap, camping bersama, menghirup udara segar dan mendengarkan Stupido Ritmo. Niscaya, pegunungan Bellagio di Italia akan pindah ke sekeliling anda lewat gitaran Meng dan teman-teman

7. Rabu

Duo Mistis...

Duo Mistis… via www.warningmagz.com

Usia mereka boleh muda tapi prestasi tak bisa diremehkan. Rabu telah menghasilkan Album berjudul Renjana yang laku di pasaran dan masuk dalam Album terbaik versi Rolling stone di tahun 2014, bersanding bersama senior-senior mereka seperti FSTVLST. Namun, jangan dulu harap Anda akan mendengarkan nada manis dan lirik manis ketika memutar Semayam, atau Dru dalam Album Renjana. Suara tebal yang dalam dari Wednes Mandra, dan Sound gitar yang berlapir-lapis dari Yudha Herdanta akan membuat bulu kudu Anda bergidik. Apalagi kalau manggung live, aroma kemenyan dan taburan melati menambah kesan mistis antara mereka berdua. Jika sedang luluh lantak ditinggal pacar, sebaiknya segera memutar Rabu, sebabnya apa? Masih ada yang lebih mistis dan nelangsa dari kamu.

8. Frau

Hanya Frau yang bisa membuatmu Jatuh Cinta Berulang Kali

Hanya Frau yang bisa membuatmu Jatuh Cinta Berulang Kali via ensiklo.com

Starlit Carousel dan Happy Coda adalah sebuah cerita tentang bagaimana kesederhanaan menyusun keindahan. Cukup dirinya dan Oskar saja, maka Tarian Sari dan Water sampai ke telinga Anda sebagai sebuah kesegaran di tengah kemarau Industri Musik Indonesia. Frau memang sepintas agak mirip dengan Regina Spektor, tapi kualitasnya terbukti tak kalah dengan Agnez Mo bahkan mungkin patut disejajarkan dengan (entahlah) Melly Goeslaw atau Vina Panduwinata, Mungkin? Satu yang pasti, bahwa Mesin Penenun Hujan memberi suasana baru bagi pengalaman musikal orang Indonesia.

9. Mocca

I've got the best thing in the world, cause i got you in my heart

I’ve got the best thing in the world, cause i got you in my heart via www.tumblr.com

Kalau yang satu ini tentu senior di jalur musik Mandiri. Do what you wanna do terlalu akrab bagi generasi 90an yang mungkin samar-samar mendengar Mocca ketika Radio dan Televisi menayangkan Sheila On 7. Prestasi ini cukup luar biasa dengan banyaknya manggung di sekitaran Asia. Meskipun sempat Vacum di Tahun 2007 setelah menjalani tour keliling Indonesia dan Asia, namun animo fans dan band kembali bergairah selepas release-nya album Colours pada Mei 2007. Tak berlebihan jika band ini dikatakan sebagai band yang mengusung aroma pop jazzy jauh sebelum festival jazz bertebaran di Indonesia. Vocal Arina yang tak pernah berubah dan terdengar renyah membuat Mocca tak pernah kehilangan sentuhan, selain juga didukung  oleh Suara riah gitar Rico dan Terumpet yang melengking menghadirkan broadway ke Indonesia.

10. Melancholic Bith

Entah di mana sekarang...

Entah di mana sekarang… via fotodeka.com

Balada Joni dan Susi mungkin akan menjadi Album legendaris suatu saat nanti. Band ini memang tidak se-tenar 9 band lain yang disebutkan dalam artikel ini. Namun, kualitasnya sungguh tak dapat dianggap remeh. Bahkan pentolan Cholil Mahmud, pentolan band Efek Rumah Kaca menyebutkan bahwa Melancholic Bitch adalah Efek Rumah Kaca versi lebih rumit. Band yang dibentuk oleh Ugoran Prasad (vocal) Yennu Ariendra (Gitar dan synthesizer), dan Yossie Herman (Gitar) ini cukup disegani di Yogyakarta. Lirik yang puitis dan bercerita soal kompleksitas cinta akan membawamu pada pemahaman romantisme yang tidak sekedar manja-manja’an belaka. Suara gitar yang panjang dan menggema juga akan menimbulkan suasana puncak refleksi musikalmu. Namun, entah di mana mereka sekarang. Dengar-dengar Ugoran Prasad sedang sibuk studi di Amerika. Semoga mereka segera kembali ke atas panggung dan memberikan orasinya yang menantang imajinasi.

Musik adalah aktivitas mengisi ruang dan waktu dengan bunyi. Setidaknya, 10 band tersebut berhasil mengisi aktivitasnya secara otentik dan memberikan tawaran karya yang tidak melulu soal kandasnya cinta. Namun, tidak lalu asal memberontak. Berada di luar jalur mainstream tidak harus memberontak; dan berkarya di jalur mandiri tidak juga harus antipati terhadap tema-tema cinta. Musik tidak dapat dilihat setengah-setengah, ada banyak unsur di dalamnya yang harus di dalami. Tapi kalau memang tidak berniat mendalami, ya cukup dengarkan saja. Tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar, semuanya berpadu membentuk keharmonisan. Persis seperti apa yang menjadi tujuan utama karya musik.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE