11 Alasan Kenapa Dewa 19 Harus Pensiun Jadi Band Nostalgia dan Segera Kembali Berkarya

Perkembangan musik Indonesia tidak bisa dilepaskan dari nama besar Dewa 19. Dibentuk pada tahun 1986 di Surabaya, band yang digawangi oleh Ahmad Dhani ini memang tetap jadi ikon bagi kejayaan musik Indonesia. Setiap album yang dikeluarkan oleh Dewa hampir selalu meledak di pasaran. Bahkan, salah satu album Dewa diberi predikat sebagai album terlaris di Indonesia dengan penjualan di atas 2 juta kopi.

Sayang, pada tahun 2011 lalu– pasca Once menyatakan mundur dari posisi vokalis, Dewa pun menyatakan bubar. Dhani mengatakan Dewa hanya akan jadi “Band Nostalgia”. Artinya, Dewa tidak lagi menciptakan album dan karya-karya baru. Keputusan ini tentunya mengecewakan para Baladewa.

Band sekaliber Dewa seharusnya tidak berpisah. Indonesia masih butuh karya-karya ciamik yang dihasilkan oleh tangan dingin mereka. Apakah kamu termasuk salah satu yang menginginkan Dewa kembali menghasilkan karya? Jika iya, artikel ini cocok banget kamu baca.

1. Dewa Itu Ibarat Sepasang Kekasih yang Sudah Lama Pacaran. Saat Mereka Berpisah, Justru Kita-kita Ini yang Menyayangkan

Sampai kapanpun bubarnya Dewa akan disayangkan para penggemarnya

Sampai kapanpun bubarnya Dewa akan disayangkan para penggemarnya via s162.photobucket.com

Seperti sepasang kekasih yang sudah lama pacaran, kita sebagai orang luar sudah terlalu terbiasa melihat mereka bersama. Ketika mereka berpisah, lagi-lagi kita-kita sebagai orang luarlah yang justru sering merasa kecewa. Pernyataan macam ini pun sering terdengar:

“Kok putus sih? ‘Kan udah lama…gak sayang apa?”

Begitulah cara kita memandang Dewa 19. Image Ahmad Dhani, Once, Yuke, dkk sebagai satu kelompok sudah terlalu lekat di kepala. Aneh rasanya membayangkan mereka tidak lagi bersama. Kenapa mereka harus kembali berkarya? Jawabannya sederhana:

Ya Tuhaaan, sayang banget kalau band legendaris ini benar-benar berhenti berkarya selamanya. Sudah terlalu banyak karya yang dihasilkan, sudah terlalu banyak orang yang dibuat jatuh cinta. Mereka harus bertanggung jawab melanjutkan legacy yang sudah tercipta.

2. Karya Solo Dhani dan Semua Personil Terbukti Tidak Segahar Musik Mereka Di Dewa 19. Semua Ex-Dewa Butuh Dewa 19 Agar Kembali Bersinar

Andra and The Backbone VS Dewa 19? Jauuuh!

Andra and The Backbone VS Dewa 19? Jauuuh! via bowielha.wordpress.com

Pasca tidak lagi aktif berkiprah di bawah bendera Dewa 19, masing-masing personil Dewa 19 tetap berkarya dengan karir pribadinya. Ahmad Dhani menggawangi manajemen artis Republik Cinta, Once bersolo karir, Andra membentuk band baru yang terkenal dengan hits single mereka “Sempurna.”

Memang benar, vakumnya Dewa 19 tidak serta merta membuat kita kehilangan karya-karya personil Dewa. Tapi apakah karya mereka seciamik dan selegendaris karya yang mereka ciptakan di Dewa? Sayangnya, jawabannya “Tidak.” Coba kita bandingkan lirik lagu Andra and The Backbone dengan lirik lama Dewa 19.

“Kau begitu sempurna di mataku kau bergitu indah. Kau membuat diriku ingin selalu memujimu.”

tidaklah sebanding dengan

“Lusuh lalu tercipta mendekap diriku
Hanya usang sahaja kudamba Kirana
Ratapan mulai usang, nur yang kumohon
Kuingin rasakan cinta..”

Karya-karya eks personil Dewa 19 di luar Dewa seakan kehilangan sisi magisnya. Kharisma dalam lirik yang dulu selalu ada kini digantikan oleh kata-kata sederhana yang terkesan berusaha dibuat untuk diterima semua kalangan. Hanya Dewa 19 yang bisa menggunakan kata-kata macam “sahaja” dan “nur” dalam lirik lagu pop mereka tanpa membuat kita mengernyitkan kening. Hanya dengan kembali bergabung di bawah bendera Dewa eks-personil Dewa 19 bisa diterima untuk bebas berkarya, sebab Dewa sudah punya pasar mereka sendiri.

3. Cuma Dewa 19 yang Bisa Bikin Lagu Cinta Tanpa Perlu Bertebar Kata “Cinta”. Di Tengah Gempuran Lagu yang Makin Tak Jelas Juntrungannya Cuma Dewa yang Bisa Jadi Juru Selamatnya

Kita butuh lagu cinta yang tak perlu bertebar kata cinta

Kita butuh lagu cinta yang tak perlu bertebar kata cinta via chordgitarindonesia.com

Setiap menyalakan televisi di pagi hari, kita akan disuguhi acara musik yang menampilkan band-band baru yang sedang berusaha meraih ketenaran. Musiknya seragam: either bercorak Melayu dengan lirik sederhana, atau mengeksplorasi tema cinta dengan banyak menyelipkan lirik “cinta” di sepanjang lagunya Melihat dan mendengar musik macam ini, lama-lama jenuh juga.

Tidakkah kita rindu pada band yang bisa menciptakan lagu “Kangen”, sebuah lagu yang menyentuh tapi tetap gahar? Tidakkah kita pantas mendapatkan lagu semacam “Larut” — tembang cinta yang tidak perlu dijejali oleh pengulangan kata “Cinta” di satu waktu? Dewa 19 harus kembali berkarya. Karena kita sudah cukup bosan dicekoki lagu cinta yang begitu-begitu saja.

4. Belum Saatnya Dewa 19 Berhenti. Lagu Semagis “Mahameru” Perlu Diciptakan Untuk Gunung-gunung Lain yang Masih Menanti

Tak adil jika hanya Semeru yang dibuatkan lagu. Rinjani dan Tambora masih menanti

Tak adil jika hanya Semeru yang dibuatkan lagu. Rinjani dan Tambora masih menanti via hmtgmagmadipaundip.wordpress.com

Lagu “Mahameru” adalah bukti nyata bahwa Dewa 19 memang se-Dewa itu. Menggarap lagu yang temanya tidak pasaran, mereka masih bisa membolak-balikkan perasaan pendengar lewat track yang menggambarkan pendakian ke Gunung tertinggi di Pulau Jawa. Dari lengkingan suara Ari Lasso, kita-kita yang bahkan belum pernah mendaki Semeru sudah bisa membayangkan indahnya Ranu Kumbolo dan pekatnya Pasir Arcopodo yang harus dilalui demi menggapai Mahameru.

“Mendaki melintas bukit berjalan letih menahan berat beban.

Bertahan di dalam dingin. Berselimut Kabut Ranu Kumbolo.

Menatap jalan setapak, bertanya-tanya sampai kapankah berakhir?

…….

Masihkah terbersit asa anak cucuku mencumbui pasirnya

Di sana nyalimu teruji. Oleh ganas cengkeraman hutan rimba..”

Bayangkan jika kini Dewa masih berkarya dan menghasilkan lagu mengenai gunung-gunung Indonesia lainnya? Rinjani, Tambora, hingga gunung pendaki pemula macam Lawu dan Slamet misalnya? Betapa dimanjakannya telinga kita jika masih ada kelompok musik yang mau bersusah payah menciptakan lagu di luar lagu cinta. Indonesia terlalu kaya. Masih banyak gunung yang perlu dirayakan kemegahannya lewat gubahan lagu Dewa.

5. Menggunakan Bakat dan Tangan Dingin Ahmad Dhani Untuk Jadi Juri Pencarian Bakat Adalah Bentuk Kesia-Siaan

Komentarnya juga gak bagus-bagus amat. Gak bikin lagu aja Mas?

Komentarnya juga gak bagus-bagus amat. Gak bikin lagu aja Mas? via www.tabloidbintang.com

Wira-wiri Ahmad Dhani di layar kaca sebagai juri pencarian bakat kadang membuat kita berpikir,

“Komentarnya gak bagus-bagus amat. Masukannya juga nggak begitu bermutu. Kenapa nggak nulis lagu aja kayak dulu?”

Di balik semua tingkah arogannya, harus diakui Ahmad Dhani memang seorang manusia dengan tangan dingin yang mampu menciptakan karya-karya ciamik. Seaneh apapun lagu gubahannya, nada dan iramanya akan tetap terdengar enak di telinga.

Membiarkan Ahmad Dhani berkeliaran di ajang pencarian bakat untuk memberikan masukan yang tak begitu ada faedahnya adalah sebuah kesia-siaan yang harus segera dihentikan. Lebih baik Ahmad Dhani ditarik turun panggung kemudian dikurung di rumah dan dipaksa menciptakan lagu-lagu ciamik seperti yang pernah digubah oleh Dewa.

Juri ajang pencarian bakat bisa dicari lagi. Tapi “otak” Dewa 19 cuma bisa ditemukan pada Ahmad Dhani.

6. Republik Cinta Manajemen Justru Berujung Pada Lagu-lagu Pop Beraliran Elektronik yang Cenderung Alay. Ibarat Anak Burung yang Salah Asuhan, Telinga Kita Harus Segera Diselamatkan

Alay nggak? Sedih nggak?

Alay nggak? Sedih nggak? via www.youtube.com

Sebenarnya Ahmad Dhani tidak pernah berhenti berkarya. Selepas memutuskan vakum dari Dewa 19 dia menggawangi manajemen artis yang diberi nama Republik Cinta Manajemen. Dewi-Dewi, The Virgin, The Rock, Lucky Laki, hingga Mulan Jameela dan Judika adalah beberapa artis yang digodok di dalamnya.

Pada awalnya Ahmad Dhani masih kelihatan tajinya. Dewi-dewi sempat digadang-gadang sebagai duo perempuan yang akan menghasilkan karya berkualitas. Warna vokal Tata, Ina,dan Purie yang unik diharapkan bisa memberikan warna baru bagi perkembangan grup musik perempuan Indonesia. Bahkan sempat ada yang berharap bahwa Dewi-Dewi bisa menggantikan posisi AB3 yang sudah lebih dulu tersohor namanya.

Tapi kenyataannya? Dewi-Dewi lebih banyak memainkan lagu recycle dari Dewa 19 dengan sedikit tweak musik elektronik. The Virgin, The Rock, Mulan Jameela, hingga Judika pun terbukti tak bisa menyamai kualitas lagu yang pernah diciptakan oleh Dewa 19.

Di balik Manajemen Republik Cinta ada orang yang sama yang pernah membesarkan nama Dewa 19. Jika sekarang karyanya tak segahar karya dulu, pasti ada sesuatu yang salah di balik itu.

7. Ahmad Dhani Sudah Kehilangan Respek Dari Penggemar Setianya. Mengaktifkan Lagi Dewa 19 Adalah Satu-satunya Cara Untuk Kembali Mendapatkannya

Tanpa karya nyata Dhani tak akan kembali mendapatkan respek penggemarnya

Tanpa karya nyata Dhani tak akan kembali mendapatkan respek penggemarnya via www.merdeka.com

Sebelum menulis artikel ini saya sempat bertanya pada rekan-rekan di jejaring sosial apakah mereka rindu Dewa 19 dan menginginkan mereka kembali berkarya. Ada satu jawaban yang cukup menohok datang dari Uma , seorang mahasiswa HI asal Jogja yang disinyalir sempat menikmati lagu-lagu Dewa. Atau simply an Ahmad Dhani haters,

“Kayaknya Ahmad Dhani udah f***ed up whatever respect he had left from his fans”

Diakui atau tidak, pernyataan itu memang benar adanya. Proses perceraian yang panjang dan berliku dengan Maia, isu perselingkuhan dengan Mulan, komentarnya yang kadang seenak jidat pada berbagai permasalahan bangsa membuat kita sering mengernyitkan dahi menahan kesal. Ahmad Dhani yang sempat mengagumkan dengan karya-karyanya yang gahar justru kelihatan seperti artis kacangan yang sibuk mencari sensasi.

Seperti proses mengajak balikan seorang mantan yang sudah antipati, diperlukan strategi khusus agar masyarakat bisa kembali jatuh hati. Ahmad Dhani perlu kembali ke belantika musik Indonesia dengan karya yang benar-benar membuat mata terbelalak saking bagusnya. Dan hanya dengan kembali menggandeng personil Dewa 19 hal ini bisa terwujud segera.

8. Alasan Jadi Band Nostalgia Seharusnya Tidak Membatasi Dewa 19 Untuk Terus Berkarya. Gak Malu Sama Koes Plus yang Tetap Aktif Bermusik Sampai Akhir Hayat Mereka?

Sebagai "band nostalgia" seharusnya Dewa lebih punya ruang untuk berkarya

Sebagai “band nostalgia” seharusnya Dewa lebih punya ruang untuk berkarya via madahbakti.blogspot.com

Oke lah kalau memang Dewa ingin dijadikan band nostalgia. Tapi apakah ini berarti Dewa 19 harus vakum begini lama?

Mari kita tengok Koes Plus, band yang please-deh-kurang-nostalgia-apa-lagi sebagai pembanding. Pasca ditinggalkan Tonny Koeswoyo, leader yang banyak berperan dalam proses kreatif pembuatan lagu, Koes Plus terbukti tetap konsisten menghasilkan karya. Berganti personil, tambal-sulam pemain, hingga remix lagu mereka lakukan demi bisa bertahan. Bahkan hingga tahun 2011 lalu Koes Plus masih mengeluarkan album dengan membawa nama “Koes Plus Pembaruan.”

Kalau memang mau jadi band nostalgia tak apa. Tidak dosa juga, justru kesempatan ini bisa dijadikan arena strategis agar Dewa tetap bisa menghasilkan karya yang idealis.

Status sebagai band nostalgia seharusnya tidak membuat Ahmad Dhani dkk bisa berleha-leha. Karena sudah pasang nama sebagai band nostalgia Dewa 19 bisa dengan mudah tutup telinga pada berbagai tuntutan pasar di luar sana. Dewa bisa menciptakan lagu-lagu yang sangat Dewa tanpa harus peduli pada tuntutan pasar. Toh Baladewa sudah cukup banyak jumlahnya untuk jadi penikmat setia.

9. Musik Indonesia Sudah “Turun Kelas” Sekian Lama. Tak Inginkah Dewa 19 Mengembalikan Musik Indonesia Ke Kelas Terhormatnya?

Tak inginkah Dewa mengembalikan musik Indonesia pada kelas yang seharusnya?

Tak inginkah Dewa mengembalikan musik Indonesia pada kelas yang seharusnya? via warprocks.com

“Dewa itu band historis dan inspiratif sepanjang sejarah musik Indonesia. Tidak hanya kuat di musik, tapi juga dari lirik dan simbolik. Jadi, Dewa 19 harus reuni untuk mengembalikan musik Indonesia ke kelasnya yang terhormat. Tidak seperti sekarang musik yang menye-menye, agar sekadar laris di pasar, tapi abis itu hilang ditelan zaman…”

Ridwan Budiman, pemerhati politik yang juga Baladewa

Dhani, Ari Lasso, Yuke, Once, Andra, Wong Aksan, Agung Yudha, dan eks-personil Dewa 19 lainnya jadi saksi hidup kebangkitan musik Indonesia. Mereka jadi saksi mata loyalitas Baladewa terhadap band kesukaannya, tangan-tangan merekalah yang meletakkan pondasi musik berkualitas di negeri ini.

Tak sedihkah Ahmad Dhani dan personil Dewa 19 lain melihat musik Indonesia saat ini dipenuhi oleh warna yang itu-itu lagi? Tidakkah mencelos hati mereka melihat industri musik kita dirajai oleh pelakon karbitan jebolan kontes pencarian bakat? Tidak inginkah Dewa 19 mengembalikan musik Indonesia ke posisi terhormat yang dulu sempat dimiliki?

Setiap revolusi membutuhkan panglima yang punya nyali. Dewa 19 harus ambil andil di sini.

10. Pergantian Personil dan Permasalahan Internal Membentuk Dewa 19 Jadi Band yang Tahan Banting. Apapun Masalah yang Dihadapi Saat Ini Harusnya Sudah Tak Begitu Penting

Harusnya sih solid ya. Harusnya....

Harusnya sih solid ya. Harusnya…. via heinspirationroom.com

Dewa pernah jadi band yang berada di atas angin karena nominal penjualan albumnya yang bombastis. Dewa juga pernah mengalami perpecahan internal karena personilnya yang kecanduan narkoba. Memecat personil, memasukkan personil baru — bertahan dalam formasi tersebut sekian lama —  permasalahan hak cipta, hingga konflik dengan sebuah ormas Islam ternama sudah khatam mereka lalui.

Jika kini Dhani memutuskan Dewa hanya jadi band nostalgia karena kesibukan personilnya yang sulit disatukan, bukankah rasanya tak sepadan? Cobaan-cobaan berat yang jauh lebih menantang dari sekadar menyatukan kesibukan sudah pernah dilalui. Sekarang belum waktunya untuk menyerah dan berhenti.

11. Dewa 19 Itu Legenda. Sampai Hari Ini Belum Ada Band Baru yang Bisa Menciptakan Karya Sekaliber Mereka

Dewa 19 harus kembali berkarya. Personil yang masih gahar dan sehat harus dimanfaatkan kemampuannya

Dewa 19 harus kembali berkarya. Personil yang masih gahar dan sehat harus dimanfaatkan kemampuannya via www.clear.co.id

“Sempet 1 kali saya liat Dewa 19 di Soundrenaline 2013 pakai formasi Arie Lasso, Ahmad Dhani, Andra Ramadhan, Tyo Nugros, plus additional player (gitaris the rock) untuk gitar rhytm, membawakan lagu-lagu lawas tahun 90an, itu performance paling memorable yg pernah saya liat.”

Eros A, Baladewa chapter Samarinda

Memutar ulang lagu Dewa 19 memang seperti dibawa ke mesin waktu yang menyadarkan kita bahwa musik Indonesia pernah segagah itu pada masanya. Liriknya magis, bahasanya puitis, musiknya pun membawa kita dalam trance yang penuh liris.

Tak berlebihan jika Dewa 19 disebut legenda. Karya-karyanya akan selalu masuk dalam kategori musik berkualitas di sepanjang perkembangan musik nasional di Indonesia. Sebagai band peletak standar kualitas musik nasional kemunculan kembali Dewa 19 akan membawa angin segar. Bagaimanapun, memang belum ada band sekaliber mereka yang mampu kembali membuat kita ternganga.

“Buat aku, band di Indonesia itu cuma ada 4. Sheila on 7, Padi, Peterpan dan …….. Dewa tentunya!”

Diyan Rasyieqa, Gadis berjilbab Abdi Negara yang juga Baladewa

Semoga Ahmad Dhani dan eks-personil Dewa lainnya tergerak hatinya setelah membaca artikel ini dan berbagai kutipan dari Baladewa di dalamnya. Kami rindu akan kehadiran musik berkualitas seperti yang pernah diusung Dewa.

Jika sampai hari ini belum ada band yang bisa menyamai, kenapa bukan Dewa 19 saja yang kembali?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat puisi dan penggemar bakwan kawi yang rasanya cuma kanji.