‘Bayar Pakai Exposure’ itu Nggak Masalah, Asal Caranya Benar. Simak Penjelasan Amrazing Dulu nih~

bayar pakai exposure

Masalah kepantasan kerja sama dengan bayaran exposure antara influencer dan brand seperti belum juga selesai. Setelah banyak kritik dilayangkan pada pihak A Team milik Awkarin, selebgram kenamaan tersebut sempat menanggapi isu yang beredar. Awkarin secara pribadi menganggap barter exposure yang berupa konten iklan tersebut bukanlah suatu masalah dan justru sebuah bentuk bisnis yang fair.

Advertisement

Kali ini, seorang influencer travel @amrazing juga turut angkat bicara. Amrazing nggak memihak brand yang melayangkan kritik dan juga nggak membela pernyataan Awkarin. Lebih tepatnya, Amrazing justru jadi penengah. Simak penjelasan Hipwee Hiburan di bawah ini biar kamu sedikit tercerahkan, ya!

Sebenarnya, ngajakin brand kerja sama dengan bayaran ‘exposure’ itu sah saja. Semua tergantung bagaimana cara si influencer menyampaikannya

Begini sih biar penawaran exposure bisa lebih profesional. via twitter.com

Exposure memang bukan sebuah alat pembayaran yang disepakati, tapi setidaknya exposure bisa menjadi sebuah imbalan kerja sama yang sepadan seandainya kedua belah pihak mencapai kesepakatan. Bagi Amrazing, masalahnya bukan pada apa yang kamu katakan pada pelaku usaha atau pemilik brand, melainkan bagaimana kamu menyampaikannya.

Penawaran resmi yang dikirim melalui surel adalah sebuah langkah yang tepat. Terpenting, agar influencer nggak lupa memperkenalkan diri, karena bagaimanapun nggak semua orang mengenal influencer. Lalu jangan lupa untuk memberikan penjelasan berupa value atau nilai apa yang dipertukarkan. Jika memang nilai-nilai kerja samanya sudah disepakati kedua belah pihak, beres!

Advertisement

Mengirimkan ajakan kolaborasi dan bekerja sama ini bagi Amrazing nggak jauh beda dengan melamar pekerjaan. Maka nggak salah kalau influencer harus kirim portofolio mereka pernah bekerja sama dengan siapa aja sih selama ini

Nah, catet! via twitter.com

Hampir sama kayak pekerja yang mencari pekerjaan, pengajuan via surel kepada pihak kedua ini juga membutuhkan beberapa data-data ‘prestasi’ influencer. Bagaimanapun, pihak kedua juga ingin dapat gambaran yang jelas tentang siapa segmentasi pasar si influencer, apakah sama dengan segmen pasar brand mereka, hingga seberapa efektif exposure-nya.

Kalau nggak cukup dengan exposure yang mereka harapkan, brand berhak meminta value lain, misal influencer jadi meluangkan sedikit waktu dan tenaga untuk program mereka. Pokoknya yang penting saling tawar menawar hingga sepakat. Namanya juga bisnis, harusnya memang saling diuntungkan, kan?

Sering kali pengertian ‘exposure’ memang dipersempit menjadi konten yang diunggah influencer. Padahal nilai yang ditawarkan influencer bisa lebih dari itu

Advertisement

Demi exposure aja nih? via imgflip.com

Mungkin kalau influencer-nya cuma bilang in exchange of exposure, atau barter dengan exposure, tentu jarang ada brand yang ingin bekerja sama karena penawaran ini terkesan kurang profesional dan bisa disalahpahami sebagai upaya untuk sekadar cari gratisan.

Exposure sebenarnya nggak cuma konten media sosial, nggak cuma iklan, nggak cuma tag foto, atau Instastory belaka. Lebih jauh lagi, exposure bisa berupa artikel di blog, kesediaan ikut program dan kampanye suatu brand, loyalitas, hingga konten foto dan video profesional.

Intinya, pembayaran pakai exposure itu sama sekali nggak salah. Asal kedua belah pihak menyepakati nilai yang mereka diskusikan sebelumnya. Selain itu, pihak influencer juga perlu menyadari kalau penawaran mereka harus secara profesional diberikan dan exposure yang dimaksud pun nggak sekadar bernilai unggahan di media sosial. Intinya, semua butuh profesionalitas dan kesepakatan bisnis yang oke.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

Senois.

CLOSE