Bukannya Mau Seenaknya. Tapi Inilah Alasan Kenapa Cowok Harusnya Tidak Mau Diatur-atur Oleh Cewek

Apakah kamu sekarang punya pacar? Tapi … apa pacarmu tipe orang yang suka mengekang atau terlalu sering mengatur-ngatur kehidupanmu? Kalau kedua pertanyaan tersebut kamu iyakan, rasanya saya bakal bingung.

Saya akan bingung dengan apa yang harus saya ucapkan. Ucapan selamat – karena kamu bukan seorang jomblo – kah? Atau, ucapan bela sungkawa – karena jiwa dan ragamu terjajah dan terenggut dari kemerdekaannya?

Statusnya masih pacar, tapi ‘perhatiannya’ melebihi orang tua sendiri.

Kesel juga lama-lama...

Kesel juga lama-lama… via www.hoopercoaching.com

Dalam lubuk hati yang paling dalam, secantik apa pun pasanganmu, pasti kamu kesal dengan sifat egois pacarmu tersebut. Semua ingin selalu dituruti, termasuk hal menyangkut dengan kehidupan personal kamu. Kalau enggak dituruti, dia marah. Kemudian, kamu yang akhirnya meminta maaf. Hubungan semacam ini sudah bukan hubungan yang sehat. Untuk apa dipertahankan?

Meskipun rada jorok, film Dirty Grandpa bisa sadarkan kamu yang sedang terjebak.

"Terima kasih, Kakek."

“Terima kasih, Kakek.” via cdn0.vox-cdn.com

Berapa hari lalu, saya menonton sebuah film berjudul ‘Dirty Grandpa’. Kisah seseorang cucu yang diajak traveling oleh kakeknya ke Pantai Daytona. Selama quality time bersama kakeknya itu, sang cucu kerap ‘diganggu’ oleh calon istrinya. Pokoknya ia harus selalu memberi kabar pada calon istrinya. Hingga pada akhirnya, setelah mengalami banyak pengalaman dalam liburan singkat bersama kakeknya, plus kenal sesosok wanita baru yang berbeda jauh dengan calon istrinya, sang cucu berhasil menemukan jati dirinya. Ia sadar bahwa terlalu banyak yang dibuat ribet oleh calon istrinya tersebut.

Ia berani mengambil langkah berani. Di hari pernikahannya, dengan bijaksana, ia memutuskan untuk membatalkan pernikahan dengan calon istrinya tersebut. Namun, apa yang ia terima? Calon istrinya tanpa rasa sedih sedikit pun tak menyesal dengan perlakuannya terhadap sang suami. Dengan berani, ia bahkan mengaku pernah ‘tidur’ dengan sepupunya.

Gila ‘kan? Untung enggak jadi nikah.

Potensi dosamu akan lebih besar saat punya pacar yang suka ngatur. Kamu lebih akan lebih milih berbohong ketimbang ujungya berselisih.

Kepaksa.

Kepaksa. via i2.mirror.co.uk

Euis: “Malem, sayang. Kamu lagi apa? Di mana? Sama siapa?”

Asep: “Aku lagi garap tugas kelompok.”

Euis: “Kamu belum jawab di mana, terus sama siapa?”

Asep: “Di kosan Edi, sayang… Ini ada Edi, Ujang sama Dadang.”

*padahal mah lagi pada nongkrong di warung kopi*

Laki-laki memang lebih suka mengungkapkan perasaannya dengan berdiam ketimbang berkoar-koar, menggebu-gebu, meledak-ledak. Kontras dengan perempuan. Dan untuk kamu yang menjadi korban over posesifnya pacarmu, kamu pasti akan memilih jalan terbaik untuk menghindari perselisihan, yaitu berbohong. Sikap posesif dari pacarmu jelas menjadi tekanan tersendiri buat kamu.

Membiarkan dia terus mengekang kehidupanmu akan membuat perasaan kesal terakumulasi hingga pada waktunya, itu bisa membuncah.

"Hihihihihihi..."

“Hihihihihihi…” via i.ytimg.com

Kamu mungkin akan menahan rasa kesalmu ketika pacarmu melakukan ‘pengekangan’ terhadap kamu. Tujuannya satu, berusaha untuk menjaga hati dan perasaannya. Hal ini kamu lakukan karena sangat sayang kepadanya. Kadang ketika seseorang jatuh cinta, perbedaan antara sayang dan bodoh bisa menjadi tipis. Sangat tipis.

Tapi ingatlah, kamu takkan pernah benar-benar sayang kepada orang lain jika kamu tak benar-benar sayang terhadap dirimu sendiri.

Ketika sikapnya terus-menerus seperti itu, maka akan perasaan di mana kamu benar-benar jengah dengan keadaan. Benar, bakal tiba waktu di mana perasaan kesal kamu berada di puncak. Sikap buruknya yang bahkan bisa kamu katakan semena-mena, terakulumasi dan terakumulasi dalam perasaan kamu.

Jangan terus berpura-pura. Ungkapkanlah demi kemaslahatan kamu dan dia.

Kalau dia enggak bisa terima, saatnya lepaskan!

Kalau dia enggak bisa terima, saatnya lepaskan! via www.thebrunettediaries.com

Dalam benak, kadang-kadang kamu berpikir hingga mengeluarkan pertanyaan,

“Dia siapa? Belum jadi istri saja laganya sudah seperti polisi. Banyak mengatur.”

Kejujuran itu sangat diperlukan dalam menjalani hubungan yang sehat. Ketika kamu terus berusaha membuat dia bahagia, di sisi lain, ada orang juga yang berhak bahagia, yaitu dirimu sendiri.

Daripada kamu pendam rasa kesal itu, lebih baik kamu sampaikan apa yang sebenarnya kamu inginkan. Ungkapkan, utarakan, nyatakan. Apa perlu dihipnotis Uya Kuya untuk itu? Tak perlu. Tak baik memendam perasaan.

Kalau pacarmu tak bisa menerima apa yang kamu utarakan dan malah menyangkal sikapnya, maka itulah saat kamu untuk memutuskan bahwa kamu tak bisa selamanya hidup dengan ketidaknyamanan.

Catatlah ini dengan baik: kamu adalah calon pemimpin dan imam untuk keluargamu sendiri.

Kamu calon imam, guys..

Kamu calon imam, guys.. via cdn-media-1.lifehack.org

Hal yang jadi kenyataan saat ini, yaitu: kamu adalah laki-laki. Kamu adalah calon imam kelak dalam kehidupan berumah tangga. Kamu pula yang bakal jadi orang yang paling bertanggung jawab atas keluarga yang kamu imami.

Seharusnya selama masa pacaran, kamu bisa menunjukan padanya bahwa kamu bisa menjadi seorang pemimpin baginya. Kamu memang bisa menuruti apa yang ia katakan, tapi tak selalu. Kalau memang apa yang ia katakan tak sejalan dengan hati kamu dan tak memungkinkan dengan kedaan, katakanlah bahwa kamu punya alasan sendiri untuk tak menurutinya.

Ketika kamu menjadi seorang yang ‘super’ takut dengan pasanganmu, maka kamu bisa kehilangan kharisma. Tak cuma itu, kamu juga bisa menjadi bahan obrolan teman-teman hingga keluarga di belakang.

Sekali lagi, perkara jodoh memang sudah ada yang mengatur, yaitu Tuhan. Tapi pacar yang suka ngatur-ngatur ‘kan belum tentu jodoh kamu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

A brocoli person.