Belum lama ini warganet lagi banyak ngomongin perseteruan Awkarin dengan seorang ilustrator Nadiyah. Terlepas dari kesalahpahaman mereka dan isu yang beredar di kalangan warganet, tiba-tiba muncul sebuah tangkapan layar yang menunjukkan percakapan antara Awkarin dan Nadiyah via DM Twitter.
Namun yang bikin salah fokus dari screenshot DM yang beredar justru bagaimana Awkarin dan Nadiyah menggunakan bahasa Inggris dalam melempar argumen. Sebagian warganet ada yang nggak paham, ada yang bahkan kesal karena jadi kelihatan keren-kerenan, ada yang kagum karena menganggap memang keren.
Nggak cuma Awkarin dan Nadiyah, kita jadi teringat perseteruan Gita Savitri yang juga pakai bahasa Inggris. Mari kita prediksi alasan mereka pakai bahasa Inggris saat emosian bareng Hipwee Hiburan. Bukan prediksi ilmiah, karena memang ini artikel hiburan, santuy kelez~
ADVERTISEMENTS
1. Katanya kalau orang lagi emosi itu suka kelihatan aslinya. Mungkin mereka mau menunjukkan kalau aslinya mereka bule(?)
ADVERTISEMENTS
2. Kebanyakan film Hollywood adegan marah-marahnya pakai bahasa Inggris (Ya, iyalah!). Nggak heran karena udah pada terbiasa gitu lo~
ADVERTISEMENTS
3. Mengumpat dalam bahasa Inggris mungkin cenderung terdengar keren daripada kasar. Padahal sama aja lo …
ADVERTISEMENTS
4. Positive thinking, mungkin biar kemarahannya bisa dinikmati masyarakat global. Makin banyak audiens tubir makin ramai pertikaiannya
ADVERTISEMENTS
5. Saking ramahnya orang Indonesia, takutnya kalau pakai bahasa Indonesia saat emosi, bakal dianggap beramah-tamah juga. Hmm, gitu?
ADVERTISEMENTS
6. Takut ketahuan medhok dan logatnya kalau pakai bahasa Indonesia. Nah, kalau ketahuan asalnya bisa-bisa didatengin, kan, serem!
7. Untuk menunjukkan model pertikaian orang terpelajar. Katanya kalau terpelajar pasti bisa bahasa Inggris, ya, masa sih?
8. Bisa jadi para seleb internet yang bertikai ini pengen mengerucutkan penikmat keributan. Biar tampak eksklusif gitu kali, ya?
Bukannya mau nimbrung di antara Awkarin dan Nadiyah, tapi kalau boleh kasih masukan, mendingan ributnya pakai bahasa Indonesia aja. Maksudnya biar semua warganet dari kelas Bahasa Spanyol, sampai yang cuma bisa ngomong “Swadikaap” juga memahami konteksnya nih.
Daftar poin di atas hanya prediksi alasan kenapa mereka pakai bahasa Inggris lo ya, bukan penelitian ilmiah yang udah dirumuskan pakai metodologi tertentu dengan perhitungan relativitas, reliabilitas, atau apa pun itu. Untuk masalah antara Mbak Karin dan Mbak Nadiyah, semoga cepat menemukan titik terang!