Film Harum Malam: Ketika Film Horor Tak Melulu Bercerita Perihal Ketakutan

Setelah menggelar acara pembukaan, rangkaian acara Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2022 mulai menayangkan deretan film yang telah lolos proses submission. Tahun ini, JAFF menayangkan 137 film dari 19 negara di kawasan Asia Pasifik.

Advertisement

Salah satu film yang turut ditayangkan dalam festival tahun ini adalah Harum Malam karya sutradara Dain Said. Film horor Malaysia ini mendapat sambutan hangat dan positif dari para penonton JAFF 2022. Saat sesi screening akan dimulai, tampak sebagian besar bangku penonton dengan cepat terisi oleh mereka yang penasaran mengenai jalan cerita film tersebut.

Setelah selesai menonton film juga diadakan sesi tanya jawab dengan Dain Said selaku sutradara, aktor Bront Palarae selaku pemeran Norman dalam film tersebut, dan beberapa tim produksi lainnya.

Harum Malam nggak sekadar film seram, tapi juga mengusung keberagaman budaya

Harum Malam Film

Tak sekadar seram | Credit: Harum Malam Film

Film Harum Malam bercerita tentang seorang remaja lelaki bernama Iqbal yang merupakan paranormal dan pengusir setan. Dia sebenarnya terganggu dengan kemampuan supranaturalnya. Gimana nggak, setiap hari dia harus melihat penampakan orang mati dan roh halus dari dimensi lain dengan kasat mata. Keistimewaannya itu membuat Iqbal susah membedakan antara realita dan ghaib.

Advertisement

Konflik bermula saat satu roh jahat berbahaya membawa malapetaka dan menghabisi nyawa salah satu anggota keluarga Iqbal dan orang-orang sekitarnya. Mau tak mau, Iqbal harus menggunakan kekuatan yang ia punya untuk menghentikan makhluk ghaib itu agar nggak ada lagi orang yang harus meregang nyawa.

Film ini memang buatan Malaysia, tapi di dalamnya banyak representasi budaya Indonesia yang turut memperkaya visual maupun jalan cerita. Hal itu terlihat dari keberagaman latar belakang para pemeran seperti Malaysia dan China, pemakaian gelang bahar, hingga sosok Hantu Raya yang disebut berasal dari Sumatera. Selain itu, film ini memakai bunga bangkai dan kantong semar yang berhabitat di Indonesia sebagai simbolisme utama penyampaian pesan misteri.

Advertisement

Ditanya tentang alasan di balik keberagaman itu, sang sutradara menyebut kalau itu adalah salah satu misinya dalam penggarapan film. Sebagai filmmaker berdarah Melayu Malaysia, ia nggak ingin film buatannya hanya menampilkan budaya Melayu saja.

“Kita punya society (masyarakat) memang campur. Keluarga saya pun ada China, India, bercampur. Jadi bagi saya itu adalah hal biasa. Saya selalu berpikir mau menunjukkan society itu, orang-orang yang bercampur. (Karena) sekarang jarang. Kalau (filmmaker) Melayu, di dalam film mereka pun penuh orang Melayu saja. Dan itu tidak memproyeksikan negara saya,” jelas Dain Said, dalam sesi tanya jawab selepas screening di Empire XXI Yogyakarta, Minggu (27/11).

Dain Said juga menjelaskan kalau keberagaman yang diusung dalam film ini membuat Harum Malam bisa dinikmati lebih banyak orang. Apalagi, kata Dain, film ini nggak sekadar menayangkan jalan cerita seram yang disukai oleh penikmat film horor, tapi juga makna mendalam seputar kekerasan sek*ual dalam keluarga.

“Saya harap sebab kita-kita ini ada macam communality (paguyuban/perkumpulan). Sebab kamu tahulah cerita ini berlapis. Bukan saja tentang horor, tapi apa saja rahasia dalam keluarga,” sambungnya.

Pemilihan bunga-bunga dan tanaman punya makna tersendiri

Alasan pemilihan media bunga

Alasan pemilihan media bunga | Credit: Instagram @harummalamthefilm

Dain Said menceritakan tentang alasan pemilihan judul Harum Malam ini. Menurut penuturannya, judul itu erat kaitannya dengan kepercayaan tradisional Melayu yang bilang kalau mencium aroma harum tiba-tiba di malam hari, itu pertanda sedang ada sosok ghaib di sekitarnya.

“Orang Melayu percaya bahwa kalau kita jalan tengah malam melalui mana-mana, tiba-tiba kita ada bau harum, maknanya hantu dekat dengan kita,” ujar Dain Said.

Lebih dari itu, pemilihan bunga atau tanaman sebagai simbolisme utama juga punya alasan tersendiri. Menurut Dain Said, hutan masih identik sebagai tempat penuh aura mistis dan kekuatan ghaib.

“Kita-kita semua selalu bilang hantu itu datang dari hutan. Spirit itu datang daripada nature,” katanya.

Dalam film Harum Malam, ada sebuah greenhouse yang dipadati beragam tanaman milik tokoh bernama Jamil. Greenhouse itu dikelilingi oleh dinding kaca. Di dalam tempat inilah tersimpan bunga bangkai raksasa dan kantong semar yang menjadi highlight misteri jalan cerita.

“Banyak bunga-bunga kita di nature Borneo atau Sumatera, kalau kita lihat bunga itu seolah-olah bentuknya macam kemaluan lelaki dan perempuan. Jadi ini (menggambarkan) tentang sexuality dan apapun yang telah terjadi dalam keluarga itu,” jelasnya.

Dengan begitu, seperti yang dikatakan Budi Irawanto selaku Festival President JAFF, film horor sejatinya nggak melulu bercerita tentang ketakutan, tapi juga bisa sebagai cermin realita di masyarakat yang mungkin masih tabu untuk diperbincangkan sehari-hari. Dalam film Harum Malam, realita itu digambarkan dengan kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang terdekat yaitu keluarga sendiri.

Film Harum Malam adalah satu dari enam film yang tergabung dalam program Asian Perspective Feature JAFF 2022. Asian Perspective merupakan program non kompetisi berisi kompilasi film panjang yang mengabadikan peristiwa fenomenal di Asia, terutama beberapa tahun terakhir.

Selain Harum Malam, kamu bisa menyaksikan Big Night!, Jiseok, Maika: The Girl from Another Galaxy, Segudang Wajah Para Penantang Masa Depan, dan Comeback Anytime dalam program ini. Untuk jadwal penayangan film, kamu bisa langsung mengecek di situs resmi JAFF jaff-filmfest.org dan sosial medianya @jaffjogja, ya.

JAFF 2022 masih akan berlangsung hingga 3 Desember 2022 mendatang secara hybrid. Kamu bisa langsung mengunjungi bioskop Empire XXI dan LPP Yogyakarta atau menyaksikan secara online di platform KlikFilm. Pemesanan tiket film bisa kamu lakukan lewat platform tix.id dan situs resmi JAFF 2022 dengan harga Rp35 ribu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Writing...

Editor

Kadang menulis, kadang bercocok tanam

CLOSE