Rekomendasi 5 Film Toxic Relationship yang Bisa Bikin Kamu Pengin Marah dengan Urusan Asmara. Sebel!

Film toxic relationship

Bicara soal film romantis sebenarnya nggak selalu tentang kebahagiaan yang bikin perasaan terbuai. Adakalanya film-film romantis dibumbui oleh cerita yang mengangkat problematik cukup rumit. Sehingga, ada beberapa film yang awalnya kita berikan label ‘romantis’, lalu beralih ke tema toxic relationship.

Sadar atau nggak, film-film toxic relationship ini berikan pandangan kalau menjalin hubungan bukan cuma modal cinta dan sayang doang. Kita tetap perlu realistis dan berpikir secara jernih saat lagi sayang-sayangnya sama si dia lo. Apa saja filmnya, ya? Simak nih, siapa tahu bisa jadi pelajaran buat kita.

1. Mulai dari “Twilight”, “New Moon”, “Eclipse”, hingga “Breaking Dawn”, Twilight Saga jadi bukti kebucinan tokoh Bella Swan pada kekasihnya yang merupakan vampir. Nurut terus!

Twilight Saga. via www.fanpop.com

Mengangkat tema romantisme antara manusia dan vampir, “Twilight Saga” jadi bukti betapa bucinnya seorang Bella Swan kepada sang kekasih, Edward Cullen. Yah, bagaimana tidak? Cinta mereka berdua terhalang oleh realitas dunia yang berbeda. Jika tetap menjadi manusia, lambat laun Bella akan menua dan meninggal. Sementara sebagai vampir, Edward tetap hidup abadi. Karena itu, Bella yang sempat galau akhirnya memutuskan untuk jadi vampir—demi bisa hidup berdampingan terus dengan Edward. Perjuangan Bella menjalin cinta dengan Edward pun bisa kamu lihat sejak film pertama, “Twilight” hingga rumah tangga mereka sebagai pasangan vampir dalam film “Breaking Dawn Part II”. Nggak cuma bucin, Bella mengikuti hampir semua yang diinginkan Edward. Hadeeh!

2. Kalau nggak siap meredam emosi, jangan nonton berulang kali film “(500) Days of Summer”

500 Days of Summer via www.ebay.co.uk

Film bucin lainnya, tapi mengangkat kisah cinta yang umum terjadi di masyarakat ada pada film “(500) Days of Summer“. Bercerita tentang kedekatan antara Tom Hansen dengan Summer Finn yang penuh nano-nano. Sejak awal kenal, Summer sudah beri tahu ke Tom kalau dirinya nggak mau menjalin hubungan serius. Summer hanya ingin akrab, dekat, dan menikmati kesenangan bersama Tom saja. Sebaliknya Tom, dari pertama bertemu justru melihat Summer sebagai cinta sejatinya yang ingin diseriusi. Awalnya, perbedaan prinsip keduanya ini nggak jadi masalah, tapi lambat laun jadi problem besar.

Rasa cinta dan sayangnya Tom, lalu keengganan Summer menjalin hubungan lebih jauh, membuat Summer akhirnya meninggalkan Tom dan menikah dengan pria lain. Hari-hari dan segala hal yang telah Tom lakukan sewaktu bersama Summer menunjukkan betapa toxic relationship ada pada film ini. Kalau dipikir-pikir, sudah sejak awal Summer beri tahu Tom kalau hubungan mereka sekadar relasi ringan, tapi Tom malah makin cinta. Duh, sulit deh!

3. Meski saling cinta dan sayang, ternyata bisa jadi menyebalkan dari sikap terlalu posesif yang dimiliki salah satunya. Hal ini tergambarkan pada film “Posesif”

Posesif (Credit: Palari Films) via www.instagram.com

Kisah cinta semasa SMA memang penuh drama, seperti yang digambarkan dalam film “Posesif”. Berkisah tentang dua murid SMA satu sekolah bernama Lala Anindhita dan Yudhis Ibrahim yang berpacaran. Saking cintanya kepada Lala, Yudhis kerap bersikap sangat posesif tiap harinya. Lala pun jengah dan mereka sering berseteru lantaran sikap terlalu posesif yang Yudhis tunjukkan kepadanya. Masalah semakin besar ketika mereka akan kuliah karena beda kota. Pada titik inilah, hubungan berpolemik nggak hanya terjadi pada Lala dan Yudhis, namun juga orang tua keduanya—yang juga toksik. 🙁

4. Film “Dua Garis Biru” memperlihatkan kalau pacaran yang kebablasan itu nggak mudah dijalani. Penuh risiko dan banyak masalah!

“Dua Garis Biru” (Credit: Starvision) via www.instagram.com

Film “Dua Garis Biru” bercerita tentang gaya pacaran anak remaja yang kebablasan. Dengan berstatus masih siswa-siswi berseragam sekolah, Bima dan Dara melakukan hubungan suami-istri hingga akhirnya Dara hamil. Problem pun muncul yang nggak hanya mengusik psikis keduanya, namun juga keluarga serta hubungan mereka dengan teman-temannya. Berbagai keputusan besar mereka hadapi demi masa depan bersama. Di sinilah mereka dipaksa untuk menjadi lebih dewasa dan mandiri untuk menjalani rumah tangga yang nggak mudah bagi pasangan remaja.

5. Mungkin selama ini kita nggak sadar kalau dongeng Disney “Beauty and the Beast” itu sebenarnya toxic relationship. Yah, masa sih mau jatuh cinta dengan sosok yang menculik ayah dan abusive gitu?

“Beauty and the Beast” via disneyprincess.fandom.com

Selama ini kita mungkin nggak sadar kalau dongeng Disney “Beauty and The Beast” mengangat tema toxic relationship. Seorang Belle yang pemberani, jatuh cinta pada sosok beast yang mengurung sang ayah dan dirinya di penjara dalam istana megahnya. Yah, kalau dipikir-pikir masa iya mau jatuh cinta sama sosok yang seperti itu? Belum lagi, cara si Beast memperlakukan Belle yang begitu kasar—adegan saat Belle menolak ajakan makan malam, dan adegan lainnya yang menunjukkan bahwa cinta itu nggak bisa dipaksakan seperti itu.

Jadi, mana menurutmu film yang paling toxic?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini