Inilah Deretan Anak-Anak Paling Jenius di Dunia, Bahkan Ada yang Bisa Mengalahkan Einstein!

Kecerdasan seseorang dapat diukur dari berbagai hal. Orang yang memiliki daya ingat tinggi hingga bisa menghafal berbagai macam hal seperti bahasa, angka, rumus, dan lainnya, juga bisa dikategorikan sebagai orang cerdas. Kemampuan seseorang memecahkan berbagai persoalan rumit secara cepat dan akurat juga dapat diartikan sebagai kejeniusan. Umumnya, IQ akan menentukan seberapa tinggi kecerdasan manusia.

Memiliki kecerdasan di atas rata-rata menjadi dambaan sebagian besar orang. Apalagi jika dapat membawa manfaat bagi dirinya maupun orang lain. Siapapun bisa berpotensi menjadi jenius karena sebetulnya sebanyak 48 persen kecerdasan manusia itu dibawa sejak lahir, sedangkan sisanya berasal dari proses belajar semasa hidupnya. Tidak hanya orang dewasa saja yang bisa menjadi cerdas. Di dunia ini ternyata banyak sekali anak-anak di bawah umur yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata anak seusianya. Bahkan beberapa ada yang mampu mengalahkan tokoh jenius terkenal penemu teori gravitasi, Albert Einstein lho! Berikut Hipwee telah merangkum 7 anak paling jenius di dunia. Siapa tahu kamu termotivasi ya!

1. Joshua Madugula

Joshua Madugula via www.dailytelegraph.com.au

Joshua adalah seorang anak berusia 6 tahun asal Australia. Kecerdasannya tidak bisa dianggap remeh. Di usianya yang baru 4 tahun, ia sudah mengantongi IQ dengan 7 poin lebih rendah dari IQ Albert Einstein dan Stephen Hawking, yakni 153! Bahkan ia dinilai lebih pintar dari 99,9% dari total seluruh penduduk Australia.Ibu Josh mengatakan bahwa di usianya yang baru 2 tahun, ia bisa mengingat cerita secara runtut, nama, alamat, dan nomor telepon secara lengkap. Di saat teman seusianya masih belajar berbicara, Josh sudah mampu berbicara dengan lancar dan benar layaknya orang dewasa. Tak hanya kemampuan akademik, Josh juga sangat mahir bermain catur. Selain itu ia juga menjadi salah satu anggota Mensa, organisasi dunia orang-orang dengan IQ tinggi.

2. Lydia Sebastian

Lydia Sebastian via www.dailymail.co.uk

Lydia memiliki IQ lebih tinggi dari tokoh dunia terkenal, Mozart. Pada 2015 lalu, ia mengikuti tes untuk dapat masuk organisasi Mensa. Ayahnya mengaku bahwasanya anaknya hanya belajar melalui serangkaian tes IQ online di internet. Setelah diumumkan, gadis berusia 12 tahun asal Inggris ini berhasil meraih skor IQ 162 yang membawanya menjadi salah satu anggota Mensa berusia muda. Oh ya, Mensa ini hanya menerima 2 persen dari semua peserta tes di seluruh dunia lho! Kecerdasannya juga bisa dibuktikan dengan kemampuannya bermain biola di usia yang masih 4 tahun.

3. Esther Okade

Apa yang kamu lakukan saat berusia 10 tahun? Sebagian besar waktumu pasti untuk sekolah dan bermain. Tapi tidak bagi Esther Okade. Pada 2015 lalu, gadis keturunan Nigeria ini menjadi mahasiswi universitas ketika usianya baru menginjak 10 tahun! Ia mendaftar di program kuliah jarak jauh, yakni di Open University Inggris. Saat usianya 13 tahun nanti, Esther ingin mendaftar program PhD atau doktoral di jurusan Matematika Finansial. Kecintaannya pada angka dan matematika dibuktikan dengan aktivitasnya di luar sekolah, yakni menulis buku tentang aljabar yang ditujukan untuk anak-anak berjudul Yummy Yummy Algebra. Ketika nanti berumur 15 tahun, ia bercita-cita mendirikan sebuah bank sendiri.

4. Sharvin Jeyendran

Sharvin Jeyendran via says.com

Anak laki-laki berumur 15 tahun keturunan Malaysia ini menjadi salah satu anak paling jenius di dunia. Pada usia 9 bulan, Sharvin sudah bisa berjalan bahkan berlari, di saat anak lain seusianya masih merangkak. Sebelum genap satu tahun, ia bahkan sudah berbicara lancar dengan tata bahasa sempurna. Di usianya yang terbilang muda, ia mampu meraih skor IQ 168 yang membawanya menjadi anggota Mensa. Di sekolah, Sharvin selalu menduduki peringkat pertama di setiap mata pelajaran. Ia juga mampu berbicara bahasa Perancis dengan lancar, bermain piano, dan penggemar berat permainan Scrabble. Ketika dewasa, Sharvin ingin menjadi ilmuwan, penemu obat kanker, dan ahli kelautan. Ia juga ingin membantu pemerintah mengatasi kemiskinan yang semakin merebak di penjuru dunia.

5. Tiara Abraham

Anak jenius selanjutnya adalah Tiara Abraham. Pada usia 2 tahun Tiara sudah mulai bisa membaca. Menginjak usia 4 tahun, ia bergabung di organisasi Mensa dan menjadi salah satu yang termuda di sana. Pada usia 7 tahun, ia meraih gelar asosiasi dari American River College, Sacramento. Tak lama setelahnya, ia bergabung di organisasi Phi Thetta Kappa, sebuah organisasi kehormatan di Amerika Serikat untuk mahasiswa diploma. Tiara juga mencintai musik. Ia pernah tampil di Carnegie Hall, New York dan 2016 lalu merilis album Winter Nightingale yang dinyanyikan dalam 6 bahasa.

6. Tanishq Abraham

Tanishq Abraham via www.thebetterindia.com

Tanishq adalah kakak dari Tiara. Sejalan dengan adiknya, ia juga merupakan anggota Mensa termuda saat masih menginjak usia 4 tahun. Di usianya yang ke-8, ia memberikan presentasi tentang Lunar Science yang mampu mencuri perhatian NASA. Sejak itu ia menerima dua surat ucapan selamat dari Presiden Barack Obama atas prestasi briliannya. Pada usia 13 tahun, ia juga bersekolah di universitas yang sama dengan adiknya. Ia mampu meraih 3 gelar asosiasi sekaligus di bidang Ilmu Umum, Matematika dan Fisika, serta Ilmu Bahasa. Berkat kecerdasannya, Tanishq mampu meraih beberapa beasiswa U.C Davis dan menjadi asisten peneliti. Hingga saat ini, ia sering memberikan ceramah di seluruh penjuru dunia.

7. Cendekiawan Suryaatmadja

Cendekiawan Suryaatmadja via style.tribunnews.com

Di Indonesia ada Cendekiawan Suryaatmadja, atau akrab disapa Diki. Di usianya yang baru 12 tahun ia sudah menjadi mahasiswa di University of Waterloo, Kanada. Ia mengambil jurusan Fisika karena ia sudah tertarik dengan ilmu fisika sejak usia 9 tahun. Anak yang lahir di tahun 2004 ini sudah menunjukkan tanda-tanda jenius sejak usianya masih beberapa bulan. Belum genap satu tahun, Diki sudah bisa berbicara meski masih cadel. Pada usia 2 tahun pun ia sudah lancar berhitung. Rasa ingin tahu yang tinggi membuat Diki hanya mengenyam 3 tahun di sekolah dasar. Saat sekolah di SMA Kesatuan Bogor, Diki mendapat perlakuan khusus, yakni hanya perlu menghadiri pelajaran fisika saja, dan dibimbing langsung oleh Prof. Yohanes Surya. Sisanya ia habiskan dengan belajar sendiri. Diki juga sering mengikuti Olimpiade di bidang sains, salah satunya Olimpiade Fisika di Kazakhstan pada 2016. Setelah lulus kuliah, ia bercita-cita ingin menjadi ilmuan andal yang dapat membawa nama Indonesia ke kancah internasional.

Itulah sederet anak-anak jenius yang rasanya mampu membuat kita merasa hanya sebatas remah-remah rempeyek ya.. 🙁

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.