Ternyata pertanyaan yang dengan ragu meluncur dari bibir Sonya tidak serta-merta membuat beban di hatinya lebih ringan. Tatap tak percaya yang kini muncul dari wajah Angga yang mendadak berubah juga menambah beban itu.
“Nggak mau, ‘kan? Aku juga paham kalau nggak ada laki-laki yang mau jadi pasangan dari perempuan yang kotor. Kepergianku untuk kebaikan semua orang. Kebaikanmu, juga kebaikanku.”
Angga tidak mampu berkata-kata. Apa yang baru saja diungkapkan Sonya adalah sesuatu yang tak pernah terbayang dalam pikirannya. Angga pernah mengira Sonya mengalami kecelakaan hingga jenazahnya tidak bisa dikenali. Angga juga pernah berpikir Sonya pergi karena lari darinya karenatak menginginkan ikatan yang dia tawarkan. Namun, kenyataan yang sebenarnya sangat jauh dari perkiraannya.
“Malam itu, setelah kamu mengantarku pulang, rumah kost mati lampu,” ujar Sonya memulai kisahnya. “Tadinya aku merasa semuanya baik-baik saja. Semua orang juga merasa demikian, aku dan beberapa teman kostku sempat berkumpul di ruang tamu, bermain laptop sambil memanfaatkan lampu emergency yang tersedia. Aku bahkan masih sempat meminta lilin ke salah satu teman kostku sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk ke kamar.”
Kos-kosan Sonya mengalami mati listrik I Ilustrasi oleh Hipwee
Sonya menghela napas dalam. Rongga dadanya terasa perih seiring setiap kata yang keluar dari mulutnya. Dia melirik ke arah Angga yang masih terdiam dalam keterkejutannya.
“Malam itu panas, dan aku memutuskan untuk membuka jendela kamar. Aku juga masih sempat membalas pesan dari kamu sebelum tidur, ‘kan? Aku tidak pernah punya firasat buruk. Aku tidur seperti biasa. Tapi entah jam berapa aku terbangun karena mendengar suara-suara asing. Seorang pria yang tidak pernah aku lihat sebelumnya berdiri di dalam kamarku. Dia menodongkan pisau ke leherku, dan aku … aku ….”
Sonya memejamkan mata. Rasanya terlalu berat mengingat kembali kejadian malam itu. Hari yang dia habiskan bersama Angga dan begitu membahagiakan, ternyata berakhir naas. Bibir Sonya bergetar, setetes air mata meluncur begitu saja di pipinya, meski dia sudah sekuat tenaga menahan tangisnya.
“Aku ingin menjerit, ta-tapi tidak ada suara yang keluar dari mulutku. Pria itu merobek dasterku dengan pisau di tangannya, la-lalu … lalu … dia—”
Sonya sudah tidak mampu lagi menjabarkan apa yang terjadi. Bayangan malam yang mengerikan itu ternyata masih menjadi hantu yang menakutkan untuknya. Dia memang tidak pernah membicarakan tentang malam itu pada siapa pun. Dia pikir dengan begitu semuanya akan hilang terbawa waktu. Namun, ternyata dia salah. Setiap detail kejadiannya masih terpatri dalam ingatan. Dia ingat bagaimana suara robekan dasternya yang terdengar mengerikan. Dia tak lupa bagaimana tubuhnya menegang saat pria itu mulai menyentuhnya. Sonya juga masih dapat merasakan sakit yang teramat sangat dan terus berulang saat pria tak dikenal itu memperkosanya.
Pria tidak dikenal masuk ke kamar Sonya I Ilustrasi oleh Hipwee
“Aku merasa kotor. Aku jijik pada diriku sendiri. Bahkan setelah aku mandi berulang kali, setelah aku berusaha membersihkan tubuhku belasan kali, aku tetap merasa kotor,” ujar Sonya lirih di tengah isakan. “Aku merasa tidak aman berada di sana. Aku juga belum siap untuk menceritakannya pada siapa pun. Jadi, aku memutuskan untuk pergi.”
Sonya mengelap air matanya beberapa kali, tapi pipinya terus saja basah.
“Jadi gimana kondisi kamu sekarang? Apa kamu sudah baik-baik saja? Apa ada yang bisa aku lakukan untuk kamu?” Angga mulai menampakkan kekhawatirannya.
“Semua sudah berlalu. Aku sudah melanjutkan hidupku,” tukas Sonya.
“Seandainya saat itu kamu nggak pergi,” ujar Angga yang hatinya hancur melihat Sonya menuturkan kebenaran yang dibawanya pergi.
Sonya menggeleng.
“Maafin aku, Ngga. Aku memang harus pergi saat itu. Aku butuh menenangkan diri.”
“Kalau saja saat itu kamu bilang sama aku, kita bisa sama-sama ke kantor polisi untuk melaporkan apa yang kamu alami. Kamu bisa memenjarakan laki-laki yang sudah memperlakukanmu dengan buruk itu.”
“Polisi tidak akan bisa membantu aku. Apa yang hilang dari hidupku malam itu tidak akan bisa kembali meski pelakunya ditangkap atau dipenjara. Aku yang justru akan menanggung malu yang lebih besar karena orang-orang akan tahu apa yang terjadi padaku. Kamu pikir hidup dengan label korban pemerkosaan akan membuat hidupku jadi lebih baik?”
Angga tidak tahu harus berkata apa. Dia begitu terkejut dengan apa yang sebenarnya terjadi. Selama ini dia telah salah mengira. Sonya bukan meninggalkannya karena keegoisannya. Sonya pergi untuk melindunginya dari rasa sakit dan kemarahan yang kini mulai membakar dadanya. Sonya pergi untuk mencari tempat yang aman.
Angga yang masih kaget setelah mendengar alasan Sonya I Ilustrasi oleh Hipwee
“Sudahlah, Ngga. Aku minta maaf atas keputusanku yang menyakitimu. Aku minta maaf sudah membuat kamu begitu repot mencariku ke sana-sini. Tapi semua itu aku lakukan karena aku tahu, aku bukan perempuan yang layak untuk jadi pasanganmu setelah apa yang kualami. Setelah kejadian itu, hidup dari hari ke hari saja sudah cukup berat untukku. Cukup waras untuk menghidupi diriku sendiri saja sudah berkat yang sangat kusyukuri. Apalagi saat kemudian aku menyadari kehadiran Langit. Semuanya sangat berat, tapi aku terus berusaha untuk tetap hidup, untuk terus berusaha, untuk menguatkan diriku demi Langit.”
“Jadi, Langit ….”
Kata-kata Angga terputus setelah Sonya mengangguk cepat.
“Suami yang tadi kamu ceritakan?”
“Aku tidak pernah menikah. Langit putraku. Hanya putraku seorang diri,” ujar Sonya menatap Angga. “Nanti kalau kamu melihatnya, mungkin kamu akan beranggapan hal yang sama dengan semua orang, Langit sangat mirip denganku.”
Sonya melukiskan seberkas senyum di wajahnya, meski air matanya belum juga surut. Dia merasakan kelegaan setelah menceritakan yang sesungguhnya menjadi alasan kepergiannya. Meski tahu hal itu tidak akan mengubah apa pun di masa lalu mereka, Sonya merasa utang penjelasannya pada Angga sudah lunas. Kini mereka bisa melanjutkan hidup masing-masing tanpa perlu terbebani dengan urusan yang belum selesai di antara keduanya. Sonya akan membesarkan dan mendidik Langit menjadi pria yang baik, pria yang memperlakukan semua orang dengan hormat. Sedangkan Angga juga dapat melanjutkan hidupnya dengan perempuan pilihannya setelah berdamai dengan misteri kepergian Sonya dua tahun lalu.
“Kalau saja saat itu ka—”
“Nggak perlu berandai-andai, Ngga,” sergah Sonya. “Semua udah jadi masa lalu. Aku sudah menutup rapat-rapat lembaran mengerikan itu dalam cerita hidupku. Sekarang kita bisa sama-sama melanjutkan hidup kita masing-masing. Semoga kamu bisa memaafkan aku dan pada akhirnya mengerti pilihanku.”