Kata Siapa Harus ke Mana-Mana? Kadang, Liburan Terbaik Justru Tetap di Rumah Saja

Saat liburan tiba, orang berkemas; bersiap mencari tempat jauh untuk melepas penat. Celakanya, setiap manusia berbuat demikian secara bersamaan. Tahu sendiri, jalanan Indonesia kayak apa, belum lagi tempat wisata yang cuma itu-itu saja. Alhasil, liburan diwarnai perjuangan melawan kemacetan baik itu dalam perjalanan, maupun ketika telah sampai tujuan.

Padahal, kadang kebutuhan relaksasi tubuh hanyalah sedikit hengkang dari rutinitas. Ini bisa dilakukan di mana saja, dan tempat terbaik untuk menunaikannya adalah beradaa di rumah. Kebosanan di rumah akan menyingkir dan nggak dipikir ketika liburan justru menemui hal-hal berikut ini.

1. Pergi dari kota berharap mendapatkan suasana damai. Sayang, waktu habis tersita karena jalanan terlalu ramai

Melelahkan sekali menghadapi yang seperti ini

Melelahkan sekali menghadapi yang seperti ini via astie.tumblr.com

Sederhana, perkembangan jalan nggak sebanding dengan melonjaknya jumlah kendaraan. Jalanan menjadi nggak keruan, macet berjam-jam, bahkan berhari-hari. Liburan ternyata tetap menemui kebosanan dan parahnya itu dirasakan di dalam mobil. Emosi meluap, rasa nggak sabar untuk sampai ke tujuan membuat waktu bergerak perlahan, sama seperti laju kendaraan. Damai yang didambakan hanya akan menjadi kenangan, tergantikan oleh ramainya jalanan. Lihat saja jalur dari Jakarta ke Puncak, mobil nggak bisa melaju. Alih-alih merambat pelan, persis seperti kukang kelaparan. Dan ketika sampai di tempat tujuan …

2. Antrean di mana-mana, sekalipun di depan loket tempat wisata. Energi terbuang sia-sia, hanya tersisa sedikit untuk membangun euforia

Antrenya sampai berhari-hari. via okezone.com

Tempat wisata yang sejatinya sempit dipaksakan untuk melayani ratusan ribu pasang mata yang haus akan hiburan. Alhasil, liburan bukanlah aktivitas pelepasan penat, melainkan perjuangan berdesakkan. Apalagi yang dapat dinikmati jika semua orang memadati tempat hiburan? Ruang menjadi sangat sempit, otomatis derajat kenikmatan dan keseruan menurun drastis. Macet selama perjalanan nggak akan pernah terbayar lunas jika tempat tujuan pun menawarkan kepenatan yang sama. Sisa energi nggak seberapa untuk melumat semua produk hiburan yang disediakan.

3. Belum lagi soal sampah karena terlalu banyak manusia yang enggan menaruh tanggung jawab. Sebab semua berebut waktu untuk bersenang-senang, nggak peduli kiri-kanan

Keindahan yang cemar

keindahan yang cemar via www.exploregunung.com

Akumulasi kelelahan membuat manusia nggak lagi bisa berpikir jernih. Akibatnya semua hal dilakukan serampangan. Satu hal yang dipikirkan adalah waktu yang harus dihemat dan nggak boleh lepas sedetik pun. Korbannya adalah tempat wisata yang jadi kotor nggak keruan. Bahkan, wisatawan nggak punya waktu untuk membuang sampah pada tempatnya. Ini bukti bahwa sungguh ada mental nggak kenal tanggung jawab plus efek kelelahan di jalan. Orang-orang menjadi nggak peduli pada sekitar. Sebaliknya, keramaian justru dianggap sebagai gangguan, bukan sekerumunan manusia yang perlu dihargai keberadaannya. Ya begitulah, sampah ditebar, nggak berpikir bahwa itu semua berdampak besar entah bagi liburan atau kebersihan lingkungan.

4. Jika demikian, bukankah liburan menjadi semakin menjemukan dan melelahkan? Apa boleh buat, tubuh berhak mencari kesenangan

Terbukti bukan? Liburan macam itu adalah liburan yang menjemukan. Demi kesegaran pikiran, manusia masih harus menemui kepenatan yang lain. Memang, bahwa kepenatan ada di mana-mana, dan kita nggak bisa meminta semua berjalan sempurna. Namun, itulah realitasnya, semua orang berlomba, bahkan untuk menikmati liburan yang meski sebentar. Kalau liburanmu hanya di rumah, maka kamu nggak perlu menghadapi hal-hal macam itu. Paling-paling cuma ejekan bahwa liburanmu membosankan, padahal liburan yang lain lebih mengerikan.

5. Atau, perlukah kita belajar untuk menyegarkan jiwa dan raga dari hal-hal sederhana? Agar sepi dan damai tetap tercapai

Bahagia itu sederhana

Bahagia itu sederhana via mitk.ca

Inti dari liburan adalah penyegaran kembali jiwa dan raga. Orang berbondong-bondong pergi merupakan sebuah harapan bahwa di lain tempat, jiwa dan raganya akan membaik lebih efektif daripada di rumah. Padahal, rumah menawarkan sejuta kedamaian dan keramahtamahan yang paling jujur di antara segala tempat. Di situlah kita dapat melakukan apapun yang kita mau, tanpa mengantre dan terjebak kemacetan. Jangan-jangan, kita semua hanya butuh penyegaran sederhana berupa aktivitas ringan seperti memasak bersama; nonton film satu keluarga; dan hal sederhana lainnya.

6. Sebab, sebenarnya yang kamu butuhkan cuma waktu libur dari rutinitas. Tidur seharian di rumah juga sudah cukup pantas

zzzzzzz

zzzzzzz via vi.sualize.us

Nah, inilah pembalasan paling akbar umat manusia. Lelahmu yang nggak lagi dapat dibendung harus dibayar lunas, dan tentu saja bukan dengan kelelahan yang lain. Cukuplah ambil bantal dan rebahkan badan, istirahatlah seharian. Ini teknik penyegaran yang paling sederhana dan murah meriah. Bangun siang! Bukankah itu yang kamu rindukan? Liburan hanya akan mengurangi waktu tidurmu. Di tempat tujuan, bangunmu harus pagi untuk mengejar waktu dan antrean. Di rumah? paling-paling cuma antre kamar mandi dan itu bisa kamu lakukan sambil meneruskan serial drama yang sempat tertinggal karena deadline yang mengganjal. Selepas itu? Tidur lagi. Mandi? Entahlah ….

7. Pulang liburan kamu bisa ngeri lihat saldo sendiri. Liburan di rumah nggak perlu khawatir soal ini

Ini termasuk gawat. Liburan yang penuh antrean dan kemacetan akan menambah anggaran. Pulang-pulang dompetmu hanya berfungsi sebagai pajangan. Tabungan terkuras nggak bersisa, padahal masih banyak hal yang harus dilakukan seperti nyicil rumah, mobil, cincin kawin, dan sebagainya. Cobalah tahan sebentar. Simpan cutimu baik-baik. Habiskan di saat musim kerja yang padat. Niscaya, liburanmu akan maksimal, sehingga tabungan yang terkuras nggak menjadi sia-sia. Bayangkan, macet, ngantri, waktu habis, dan tabungan juga ludes. Sebuah aktivitas penghabisan modal untuk kesenangan yang nggak maksimal.

8. Satu-satunya jalan untuk membuat hati tetap tentram adalah keluarga. Untuk itu, liburan bukan soal ke mana, tapi bersama siapa

Di rumah saja, di luar terlalu ramai

di rumah saja, di luar terlalu ramai via jcrew.tumblr.com

Ingatlah bahwa sumber tawa dan riang gembira adalah keluarga. Ini adalah soal personal dengan siapa kamu melepaskan penat, bukan di mana. Semua tempat sama saja, hanya berbeda suasana. Sedangkan keluarga menawarkan lebih dari sekadar roller coaster atau berjemur di pantai. Di dalamnya, kamu bisa bebas melakukan apa yang pengen kamu lakukan. Ketika kesederhanaan bersama keluarga dilakoni dengan sepenuh hati, maka pikiran dan tubuhmu akan segar kembali tanpa biaya mahal. Dan tentu saja, sembari berkumpul, kita bisa menyelipkan rencana-rencana masa depan seperti memilh gedung yang cocok untuk pesta pernikahan. Mungkin ….

Sampai saat ini, rumah adalah tempat terbaik di muka bumi. Terbukti rumah masih lebih menyenangkan dari liburan yang penuh dengan antrean dan kemacetan. Baiklah. Selamat liburan sambil baca Hipwee. 😀

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini