Ngantuk/Males Catet Isi Diskusi? Tenaaang, Sekarang Ada Generator Notulensi Otomatis Ini!

Mungkin kamu anak muda yang aktif di berbagai kegiatan mahasiswa. Baik seminar sehari maupun konferensi kamu jabani. Di rumah pun, kamu sibuk berkarya di karang taruna. Atau mungkin, kamu profesional muda yang sering melanglangn dari satu rapat ke rapat lainnya. Kalau begini kasusnya, keseharianmu pasti nggak lepas dari notulensi alias catatan tentang berjalannya rapat dan diskusi. Dari printilan semacam siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, gimana solusinya… semuanya dicatat, deh.

Advertisement

Padahal kadang kita juga males nyatet isi rapat dan diskusi ini. Bukan apa-apa, tapi alur rapat juga toh bakal ketebak. Orang yang ngomong juga gitu-gitu aja. Isi omongan bahkan kadang nggak nyambung sama tema yang dibahas, sampai kamu jadi pusing.

Tapi sekarang kamu gak perlu khawatir lagi. Gak perlu mantengin rapat dengan serius karena isi diskusinya bisa kamu dapat dengan generator notulensi otomatis ini!

Tadi rapat bahas apa ya?

Tadi rapat bahas apa ya? via tadibahasapa.com

“Sejak dua puluh tahun lalu, yang dibahas juga itu-itu doang, kok.”

Advertisement

Hipwee mengetes generator ini dan memasukkan kata kunci “Periklanan”. Ini hasilnya:

Notulensi Rapat Komunitas Periklanan

Tanggal 30-11-2015

Rumusan Permasalahan

Di negara-negara maju, industri periklanan merupakan dunia yang menjanjikan. Tahun lalu saja, di Korea, pendapatan dari industri ini mencapai US$9,345,232.55. Tidak seperti di Indonesia, investasi untuk proyek-proyek media tidak susah dicari, karena pasar untuk industri media memang sudah dewasa dan maju.

Sebenarnya, bakat-bakat dalam bisnis periklanan amat banyak. Pada tahun 2011, GKKW, sebuah ajang internasional di bisnis media yang digelar di Kanada, dijuarai oleh orang Indonesia, membuktikan bahwa Indonesia tidak kalah dengan banyak negara asing.

Namun, cukup disayangkan, para pelaku dalam industri maupun komunitas periklanan seringkali berdiri sendiri-sendiri dan kurang peka terhadap pentingnya kolaborasi … Padahal, ekosistem inilah yang dibutuhkan dunia periklanan di negara kita untuk benar-benar maju.

Saat ini, dukungan pemerintah maupun para pelaku bisnis terhadap industri periklanan dirasa masih kurang. …

Selain itu, para pelaku bisnis dunia periklanan juga dirasa lamban dalam menghadapi tantangan yang ada di masa kini. Seringkali, mereka dirasa terlalu kolot dengan cara-cara lama. … Sikap masyarakat Indonesia juga dirasa kurang kondusif untuk pertumbuhan periklanan di negara kita. Antara lain, masyarakat Indonesia dirasa kurang berminat terhadap produk-produk industri media lokal. Maka dari itu, diperlukan inisiatif-inisiatif khusus untuk membangkitkan gairah masyarakat Indonesia terhadap produk-produk periklanan lokal.

Gimana menurutmu? Rapi ‘kan notulensinya? HEHEHE.

Ini kerjaan siapa?

Ini kerjaan siapa? via tadibahasapa.com

Situs “Tadi Rapat Bahas Apa?” ini dibuat oleh Bonni Rambatan (@bonni07). Bonni kesal karena dari dulu, rapat-rapat yang diikutinya selalu membahas masalah yang itu-itu aja:

  • Kepedulian pemerintah yang dirasa masih kurang
  • Pelaku industri yang sibuk berkompetisi alih-alih bekerja sama
  • Orang Indonesia yang (konon) lebih memilih produk nggak bermutu daripada produk bermutu
  • “Kalau di Indonesia sih susah… Coba aja di luar negeri, enak deh!”

“Gue cuma beharap situs ini bisa menghemat dua jam tiap kali rapat buat memetakan permasalahan yang udah sejak jaman kapan. Dan semoga nanti solusinya gak cuma ngomong itu-itu doang.

Kasihan anak-anak muda dengan sorot mata penuh impian yang udah capek-capek jalan dari Bekasi.”

Sejauh ini sih, generatornya cuma ditujukan buat pelaku industri kreatif aja. Mungkin kamu yang masih jadi mahasiswa, aktif di karang taruna, atau berasal dari industri lain mau bikin generator notulensi serupa? Hihi. Biar nggak capek-capek juga ‘kan nulis isi diskusi atau rapat yang itu-itu aja?

Cek prototype-nya di situs tadibahasapa.com , ya! :p

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Ophelia of the postmodern age.

CLOSE