Masih Susah Move On Dari Mantan? Coba Cek Tingkat Kekepoanmu ke Mantan, Sudah Masuk Level yang Mana Nih?

Mengambil keputusan untuk berpisah dengan seseorang yang pernah kamu sayangi sepenuh hati, butuh banyak pertimbangan yang di lalui. Apalagi untuk begitu saja melupakan dia yang sudah jadi mantan, butuh waktu yang panjang. Karena move on itu tidak seperti bikinin candi untuk Roro Jonggrang yang semalam langsung jadi. Berhenti menyisihkan perhatian untuk mantan itu wajib hukumnya, agar usaha move on bisa berjalan sempurna.

Yah, namanya juga manusia. Selalu ada saja bisikan jahat jelmaan mantan yang mempengaruhimu untuk kepo ke segala akun socmed-nya. Akan selalu ada jalan dan alasan buat nggak memulai aksi mengorek informasi ini. Coba cek yuk, sudah masuk kepo socmed-nya mantan level mana sih kamu? Masih standar atau udah di level klimaks, nih?

Level 1: Selow, penikmat linimasa yang natural. Kalau mantan update ya dibaca, kalo nggak…. ya udah

Baca ada yang ada di timeline

Baca ada yang ada di timeline via www.frogi.co.il

Fungsi dari media sosial itu banyak ragamnya. Kalo ga berbagi informasi, kebahagiaan, atau pamer yang mengundang ghibah. Segala macam update yang ada di linimasamu kamu baca kalau sempet. Kalau kamu nggak terlalu dibuat pusing pasca putus dengan mantan, segala macam update dari dia pun akan jadi angin lalu. Pun jika ga update pun, kamu nggak akan repot-repot membuang waktu untuk ngintip ke profil-nya. Iya, kamu termasuk orang yang selow dan nggak gampang goyah. Karena moto yang kamu pegang teguh adalah…

Mantan itu pembelajaran, bukan untuk diajak balikan.

Karena menggerakkan jempol untuk nge-klik profil mantan itu butuh energi. Menurutmu, ngepoin mantan itu buang-buang energi dan waktu. Pertahankan, guys!

Level 2: Pemula yang konsisten kepo salah satu akun medsos mantan. Tenang, masih SATU medsos aja kok (katanya).

Cuma satu koook

Cuma satu koook via favim.com

“Lagi jam makan siang nih. Eh, si mantan lagi nggalauin aku nggak, ya?”

*kepo kicauan di twitter mantan sampe 1 tahun lalu*

Saat punya waktu senggang di jam makan siang, kamu memanfaatkan waktu buat buka timeline media sosial favoritmu buat me-refresh pikiran. Niat awalnya biar bisa liat nyinyiran orang-orang, eh tapi bayangan mantan tiba-tiba terbesit di angan. Kamu pun nggak segan untuk mencari username-nya, dan baca segala yang diunggah di sana. Eh, nggak kerasa kamu udah scroll ke lini masanya sampe 1 tahun yang lalu.

Tenang, kekonsistenanmu kepo ke salah satu akun mantan ini masih di ambang wajar, dan naik ke level 2 yang kepo pada tahap pemula. Inget, SALAH SATU akun medsos mantan lho ya, nggak lebih. Kalau udah lebih, beda lagi levelnya. Hehehehe.

Level 3: standar dan masih ada dalam batas wajar. Mengubek-ubek semua update di medsos mantan masih bisa ditoleransi. Kan pernah sayang~

“Hari ini dia listening to apa ya?” *buka Path*

“Lagi jalan kemana ya dia weekend kemaren?” *cek IG kita kakak*

“Masih sering #memetwit nggak ya dia?” *cek tagar di twitter*

Pertanyaan yang tingkat prioritasnya nggak penting-penting banget seperti di atas, selalu terbesit di pikiran dan tak kenal waktu. Apalagi selepas bekerja dan sudah berpose cantik di atas kasur pada malam hari, adalah momen yang pas banget buat buka segala media sosial mantan dan mengamati satu persatu secara seksama dan mendalam.

Kamu buka Path dia, penasaran apakah dia masih sering listening to lagu Kangen Band yang jadi musisi kesukaan kalian berdua dulu. Tetiba penasaran dengan update foto dan video di instagram, hanya ingin tahu apa dia masih upload gambar bergerak 15 detik sambil bernyanyi tak jelas. Atau kamu penasaran mengenai kisan misteri dengan tagar #memetwit yang biasanya dia kicaukan di malam jumat?

Semua kegiatan kepo kamu ini masuk pada level standar nan wajar. Untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang ingin tahu dan belajar, hal ini masih OK lah. Pelru diingat, jangan menambah porsi yang lebih banyak ya, agar kamu nggak naik ke level berikutnya yang lebih ekstrim.

Level 4: AWAS! Kamu makin dituntut untuk kreatif saat kepo. Bikin akun alter biar ga gengsi saat nge-add atau nggak se ngaja ke-like adalah tandanya.

Jangan sampe ke-love deh

Jangan sampe ke-love deh via unsplash.com

Hal alamiah yang terjadi setelah mengumandangkan kata “putus” adalah dengan memencet unfollow atau unshare ke semua akun mantan. Karena “Kita tetep temenan, kok” setelah putus hanyalah bualan. Tapi keinginan untuk tahu tentang mantan harus tetap berjalan.

Apa yang akan kamu lakukan jika akun mantan digembok, dan pada nyatanya kamu udah nggak berteman di socmed itu? Bete dong, karena kepo jadi terhambat dan malu kalo nge-add lagi. Salah satu solusi yang butuh niat dan usaha adalah dengan bikin akun alter yang difungsikan untuk kepo. Kalau nggak sengaja nge-love atau nge-like kamu nggak malu-malu banget. Kreatif yang tanpa batas, tapi jika kamu sudah melewati fase seperti ini, kamu perlu lebih mawas diri. Keingintahuanmu perlu dikontrol lagi nih , guys.

Level 5: Dewa-dewi Kepo telah turun dari langit. Tak sekadar bertanya, kamu tak ragu lagi untuk kepo ke teman-teman dan keluarga mantan.

Mantan apa kabar, Tante?

Mantan apa kabar, Tante? via unsplash.com

Target sebenarnya dari rasa penasaran tentang mantan, ya mantanmu seorang. Tapi, rasa penasaran masih saja tak terjawab. Kamu pun tidak segan untuk bertanya mengenai dia dari teman-temannya. Mungkin kamu tiba-tiba iseng ke tempat nongkring mereka dan tanya…

“Eh, si Pitt nggak ikut nongkrong nih? Dia udah punya pacar lagi belom? Kasih tau dong plissss”

Bahkan, kamu nggak segan-segan kepo akun media sosial keluarganya di mantan dari adik, kakak, orangtua, hingga om dan tantenya, tandanya kamu udah kepo level titisan dewa-dewi yang turun dari langit. Tingkat kekepoanmu sudah ada di ambang yang nggak wajar nih. Ckckckckck.

Rasa penasaran tentang mantan memang perlu untuk dipenuhi, tapi untuk sekadar tahu saja. Nah, kalo ngepoin mantan, kamu udah ada di level yang mana, nih? :p

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Ketika seduhan hangat teh bertemu dengan quotes yang menyayat kalbu, tunggu di tempat absurd itu.