Patah Hati Memang Paling Ngeri. Jangan Bilang Pernah Ngerasain Kalau Belum Sampai Begini!

Banyak orang bilang bahwa jatuh cinta akan seketika meruntuhkan akal sehat. Padahal, di dunia ini, masih ada yang lebih celaka, yakni putus cinta. Sebuah tragedi kehidupan yang menggasak harapan. Sendi-sendi serasa rontok dan tulang serasa nyeri. Otak jadi sering kram. Wajah berminyak dan rambut lepek. Intinya, tubuh menjadi artefak asmara yang luluh lantak.

Kehancuran berkeping-keping macam itulah yang membuat otak sering memutuskan aktivitas tak terduga. Segalanya penuh dengan ketiba-tibaan. Sebabnya begini, energi yang biasanya digunakan untuk mencintai tiba-tiba menjadi terbengkalai, tak terurus. Tentu saja, tubuh menjadi linglung dan butuh dermaga untuk menambatkan tali kesengsaraan. Nah, jika belum menemukan dermaga yang pas, maka segalanya akan dilakukan dan dilahap tanpa pertimbangan. Misalnya?

1. Pikiran runyam, hati berantakan. Alhasil, tubuhmu hanya bisa ngunyah siang malam.

I miss you babe,

I miss you babe. I want you back via www.sodahead.com

Entah mengapa, putus cinta menyebabkan tubuh menjadi begitu nafsu. Hasrat mengunyah meningkat drastis. Semacam, ingin mencari kegiatan tapi enggan untuk keluar. Alhasil, tubuhmu dipaksa melayani nafsu bejatmu untuk melupakannya dengan melahap sekian ton lemak. Perut mbludak, mulut penuh, dan mata cepat mengantuk. Inilah naluri hewani yang membuncah dari seorang pengidap lara asmara. Tak bisa berpikir dengan baik, yang tersisa hanyalah insting naluriah untuk sejenak kabur dari masalah.

2. Kudapan habis. Ganti aktivitas. Nonton film diulang-ulang sampai mata lemas.

Habis makanan, namun nafsu masih berkelindan. Sasaran berikutnya adalah komputer jinjingmu. Puluhan lagu sudah kau dengar, bahkan salah satunya berulang-ulang. Giliran film romansa. Namun sayang, tak banyak cadangan film tersimpan di perangkatmu. Alhasil, satu film diputar tiga kali tiada henti. Mata mengarah ke tontonan, namun imajinasi mengunjungi memori. Itulah mengapa tak jadi masalah untukmu memutar filmnya berjuta kali. Karena kamu memang tak benar-benar konsentrasi menonton filmnya.

3. Bosan mengulang. Cuma bisa Nangis. Ketawa. Nangis. Ketawa. Nangis. Dan berkata : “aku pasti bisa!” Tapi nangis lagi.

haa uu haaa uuuu haaa uu

haa uu haaa uuuu haaa uu via www.facebookgifs.xyz

Bosan menonton film (tepatnya melamun sambil nonton), dirimu hanya bisa terpaku, bengong meratapi kegundahan sukma yang centang-perenang; berantakan tak karuan. Ya, menangis sejadinya. Lalu tiba-tiba terlintas energi optimisme. Senyum sejenak, hati deg-deg’an, siap memulai kembali kehidupan ini. Namun, wajahnya yang aduhai hadir tiba-tiba secara kurangajar, tanpa permisi. Alhasil, nangis lagi. Kini ini lebih deras hingga menembus batas. Tapi, semenit kemudian, optimis lagi. Lalu nangis lagi. Begitu terus sampai adzan subuh menggema.

4. Akhirnya tidur juga. Bangun-bangun enggak tahu mau ngapain. Tiba-tiba pengen masak. Akhirnya, sibuk di dapur sambil teriak-teriak.

Masak-masak sendiri Cuci Baju sendiri Tidurpun sendiri

Masak-masak sendiri
Cuci Baju sendiri
Tidurpun sendiri via www.kaskus.co.id

Seiring adzan subuh diperdengarkan, tubuhmupun kelelahan. Akhirnya tertidur juga karena air mata melelahkan retina. Tapi hanya sekejap. Maklumlah, sedang dilanda lara rasa. Film habis, lagupun begitu, apalagi makanan. Lalu mulai mencari kesibukan. Pergi ke dapur yang sebelumnya sama sekali tak pernah dikunjungi. Liar sekali. Tiba-tiba suka masak. Aktivitas memotong cabe dilakukan sembari berteriak (bukan bernyanyi) lagunya Glen Fredly yang Terserah. Ini tanda menyerah..

5. Habis makan, bengong lagi. Cari kegiatan. Nyapu, ngepel, lap kaca, lap daun. Semuanya dilakukan. Tiba-tiba cinta kebersihan karena enggak ada lagi yang dicintai.

Memang, kebingungan dapat membawamu pada hikmah yang tak terkira nilainya. Kebersihan sebagian dari iman. Sayangnya, mantanmu bernama Iman. Dan kini Iman telah pergi entah ke mana. Padahal, sanubari mengatakan masih ingin menjadi bagian dari dirinya. Jadilah bersih-bersih rumah supaya dapat tetap menjadi bagian dari Iman.

6. Bosan di rumah. Cari temen cerita. Jadi super cerewet. Apa-apa diceritakan dengan suara lantang padahal yang disampaikan adalah kisah personal. Memalukan!

Tuh kan malah diketawain!

Tuh kan malah diketawain! via iambittersweet.files.wordpress.com

Ini celaka. Bersih-bersihmu ternyata tak cukup ampuh melupakan Iman. Akhirnya, cari teman untuk menjadi sasaran uneg-uneg jiwa. Namanya orang sakit hati, ceritanya meluncur tak terkendali. Volumepun tak bisa dikontrol. Padahal, cerita yang diluapkan adalah kisah seronok dua insan muda. Alhasil, semua orang di cafe dengar dengan jelas. Kamunya lungkrah, temanmu bahagia. Lagi-lagi, kamu yang celaka. Makanya jangan serampangan!

7. Waktu nongkrong habis. Pulang ke rumah, tapi lewat rumah mantan. Terus diputerin berkali-kali tanpa bosan.

Ke mane neng?

Ke mane neng? via ridertua.com

Sedih ditertawakan. Laju kendaraan membawa jiwa kesepian ke rumah mantan. Mau ketuk pintu, takut disembur. Ingin rasanya panggil-panggil, tapi takut dikira tukang kredit panci. Ya sudah, yang bisa dilakukan cuma mengitari rumahnya sambil merapal doa balikan. Namun sayang, tiada lirikan dari balik jendela. Kamu yang justru dilirik tetangga sebelah. Didera takut diamuk massa, maka dirimu memutuskan untuk pulang dengan hati masygul.

8. Sampai rumah. Cek handphone berulang-ulang. Siapa tahu dia kirim kabar karena melihat tingkahmu mengancam pagar rumahnya. Harapannya sih begitu.

Sabar mbak, Sabar...

Sabar mbak, Sabar… via deepsemester1062.jimdo.com

Tiba di kamar, langsung cek handphone. Sebenarnya, ini kamu lakukan tiap detik semenjak putus dengannya. Namun kali ini, rindu mendalam tak mampu menahanmu untuk terus memerika telpon genggam. Siapa tahu ada chat dari dirinya, yang mampu membuatmu bersitatap dengan layar handphone sekian lama. Takjub. Namun sayang, tiada yang datang sampai larut malam. Tiada ketakjuban malam ini. Akhirnya kamu bergegas mencari peluang ketakjuban yang lain.

9. Sambil terus mantengin fotonya. Nangis lagi, habis itu fotonya dibakar. Emang kenapa kalau udah dihanguskan?

Nyebut mbak, nyebut...

Nyebut mbak, nyebut… via www.teoope.com

Ada secarik fotonya dibalik tumpukan buku. Diambilnya foto itu. Kau tatapi sambil tersipu-malu. Tiba-tiba , hujaman kenangan menyerang. Senyummu roboh dan tangispun meledak. Kini, yang tersisa hanyalah penyesalan dan marah yang bersungut-sungut. Kau bawa foto itu ke halaman belakang, lalu membakarnya berharap dia terkena kutukan api neraka. Padahal, kamu sendiri yang kepanasan. Adakah kaitan antara membakar foto dan api neraka? Sungguh, lara asmara meruntuhkan akal sehat.

10. Lalu pergi travelling naik gunung atau ke pantai. Selama perjalanan dengerin lagu cinta, biar serasa main film lengkap dengan soundtracknya.

Naik kereta aja biar cepet!

Naik kereta aja biar cepet! via whytravelgirls.tumblr.com

Esok paginya. Imajinasi kembali pada film-film yang kau putar ulang kala itu. Diceritakan bahwa si mbak pergi menjauh dari kenangan, jika ingin kembali ke kehidupan normal. Jadilah kamu mengepak barang, pakai jaket parka mahal, sepatu outdoor mentereng, dan tas carier gagah. Pokoknya ke stasiun, cari kereta. Namun sayang seribu duka, tiada kereta yang berangkat pagi itu. Lagipula, zaman sekarang susah kalau cari tiket di stasiun langsung. Jadilah kamu jalan kaki menuju antah berantah sambil dengerin Sambalado-nya Ayu Ting-Ting biar berasa main film.

11. Pulang travelling masih pengen jalan-jalan. Akhirnya keliling kota. Tapi malah lihat orang pacaran. Sedih lagi, nangis kembali.

Bukan sulap bukan sihir

Bukan sulap bukan sihir via acpzee.blogspot.co.id

Jalan kaki menyusuri rel kereta tak membuatmu lelah. Perjalanan dilanjut dengan wisata kecil keliling kota. Tentu saja, banyak sekali orang pacaran di jalanan. Makin meranalah jiwamu disiram berpasang-pasang muda yang sedang memadu asmara. Salah lagi. Ya, kamu selalu salah. Terbukti pacarmupun minggat darimu.

12. Sampai rumah, mau lihat foto tapi sudah dibakar. Ya udah, stalking aja. Ternyata dia udah punya gebetan. Makin sengsara!

Oh turncoat gay. Ya udahlah..

Oh ternyata gay. Ya udahlah.. via www.gurl.com

Kamu ingat. Selama ini belum pernah stalking dia punya sosmed. Ambil laptop, buka akunnya. Ternyata, dia sudah berpacaran dengan yang lain. Hati makin runyam dan mulai mengumpati pacarnya yang baru, yang tentu saja menurutmu tak lebih baik dari dirimu. Jelas. Orang iri selalu begitu. Dan orang sengsara selalu memojokkan kebahagiaan musuhnya.

13. Kesengsaraan yang berbuah kata-kata romantis. Tiba-tiba menjadi puitis.

Apa kau lihat-lihat?

Aku ini binatang jalang. Aku ingin hidup seribu tahun lagi… via mudaindonesia.com

Kesedihan membuatmu jadi manusia paling bijak seketika. Posting puisi handmade langsung dari telpon genggam. Tentu saja, berharap dia melihat dan mengerti betapa laranya hati ini. Mungkin memang inilah salah satu penyebab mengapa akun gaul begitu laris manis. Sebab, begitu banyak jiwa kesepian yang sukmanya berteriak, namun tak sanggup menumpahkannya karena suara hati sudah begitu serak.

14. Semakin putus asa. Akhirnya memutuskan untuk memperbaiki penampilan raga. Jadi makin stylish supaya cepet dapat gebetan.

Ngapain, maz?

Ngapain, maz? via brandclozet.tumblr.com

Tiada jalan lain. Hati kecil berkata harus ada resolusi yang ekstrem. Mulailah dirimu membuka majalah style sambil surfing di internet soal gaya yang paling kini. Memang dasar orang linglung, entah mengapa, gayanya selalu kurang pas. Kurang cocok dengan suara batin yang menggedor-gedor masa lalu. Ya begitulah jadinya. Tapi tak apa. Sikap macam ini adalah usaha yang menarik untuk mengisi hati yang lengang.

15. Akhirnya menyerah juga. Hubungi gebetan lama. Tapi awkward, karena sempet ditolak. Tapi tak ada lagi yang bisa dilakukan.

Terakhir, habis sudah kekonyolan yang bisa dilakukan. Cuma bisa scroll nomer kontak di telpon genggam; mencari-cari mantan gebetan yang sempat gagal. Mulailah untuk menghubungi mereka satu per satu, sekadar tanya kabar dan kondisi kolom status di KTP. Tapi ya itu, karena akal belum sehat, proses menyapa jadi agak serampangan. Maklum, lara asmara memang mengaburkan segalanya.

Patah hati memang kurangajar sekali. Patah seranting roboh seakar-akarnya. Patah pula arang ditungku, tak ada yang mampu membakar semangat seperti dahulu. So, bagaimana dengan dirimu?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini