Heran, Pulau Kok Dijual! Harusnya 7 Hal Ini yang Lebih Layak Dijual, Supaya Indonesia Makin Maju

Baru-baru ini warganet digegerkan berita mengenai penjualan salah satu pulau di Indonesia. Informasi diperoleh dari laman privateislandonline.com. Situs yang berkantor di Toronto, Kanada ini mengumumkan bahwa mereka menjual Pulau Ajab—salah satu pulau di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepri. Pulau yang nggak berpenghuni ini memiliki luas tanah 74,13 hektare (ha) dengan harga 3,3 juta dolar Amerika (setara Rp43 miliar).

Advertisement

Sungguh miris, ya, mendengar adanya sumber daya alam dijual. Sampai artikel ini ditulis belum ada kabar mengenai siapa oknum dari Indonesia yang terlibat penjual pulau tersebut. Dari sini timbul pertanyaan: Kenapa sih harus pulau yang dijual? Memangnya sudah nggak ada lagi apa sesuatu yang bisa dijual? Kenapa harus SDA Indonesia yang jelas-jelas sangat berguna?

Mbok ya kalau mau jual itu sesuatu yang ‘nggak berguna‘ bagi bangsa. Karena dengan hilangnya sesuatu yang ‘nggak berguna’ di negeri ini, harapannya dengan begitu Indonesia bisa sedikit lebih maju. Meskipun saya yakin nggak ada yang mau membeli 7 hal nggak berguna ini, namun nggak ada salahnya kita berandai-andai, barangkali dengan ‘terjualnya’ hal penghambat ini bangsa kita bisa lebih maju.

1. Salah satu permasalahan lingkungan yang pelik di Indonesia adalah masalah sampah yang melimpah. Kenapa nggak coba jual sampah aja sih?

masalah sampah nggak ada habisnya via blog.reservasi.com

Banjir, mengganggu ekosistem lingkungan, sarang penyakit, dan lain sebagainya ialah beberapa dampak yang ditimbukan dari sampah. Selain karena pengelolaan sampah yang belum baik, banyaknya volume sampah yang dihasilkan juga sangat besar mengingat jumlah penduduk Indonesia yang banyak.

Advertisement

Dear, oknum penjual pulau! Mending jual sampah deh. Ada kok negara yang mau menerima sampah, contohnya negara Swedia. Di saat negara lain pusing mengatasi masalah sampah yang menggunung, Swedia justru menginginkan sampah. Keefektifan sistem daur ulang di Swedia membuat mereka kekurangan sampah sampai harus mengimpornya agar pabrik pengolahan terus berjalan.

2. Daripada bikin keributan terus dan merusak fasilitas olahraga, mendingan suporter bola yang norak itu dibisniskan saja. Bikin jasa untuk dukung tim-tim luar yang nggak punya supporter, misalnya?

stadionnya udah modern, supporternya yang masih primtif via blog.tribunjualbeli.com

Kemarin kita sempat digegerkan dengan tingkah laku norak supporter Indonesia yang merusak fasilitas baru stadion GBK. Sudah tahu ada larangan kursi nggak boleh diinjak, tetap saja dilakukan. Padahal yang sudah-sudah, kalau ada fasilitas yang jelek mereka mengkritik, meminta adanya perbaikan.

Nah supporter semacam ini, harusnya dibuang jauh-jauh dari Indonesia. Atau kalau mau untung, bikin jasa jadi supporter. Kerja sama sama tim-tim luar yang kekurangan supporter, contohnya Manchester City 😀 Hehe .

3. Salah satu penghambat kemajuan Indonesia beberapa waktu lalu ialah banyaknya akun penyebar kebencian. Tangkap pelakunya, lalu jual akunnya ke agan-sista olshop 😀

Advertisement

ujaran kebencian via www.kompasiana.com

Dampak adanya akun-akun bodong pengujar kebencian sangat jelas terasa saat pilkada DKI Jakarta tahun lalu. Saat itu, orang-orang jadi gampang tersulut emosi; di media sosial, di televisi, di jalan, di tongkrongan, dan sebagainya—ngeri sendiri kalau mengingatnya. Nah, orang semacam penyebar hoax inilah yang seharusnya ‘dijual’. Kali aja ada yang mau beli buat memecah belah Israel, biar nggak ganggu Palestina lagi.

4. Di era digital ini masalah hoaks juga meresahkan, mending dijual juga sekalian. Sekedar saran, kalau mau jual jasa penyebar hoaks jangan di negara sendiri dong!

hoaks ada dimana-mana, jangan mudah percaya via nasional.sindonews.com

Bicara soal akun penyebar kebencian nggak bisa dilepaskan dengan berita hoaks yang mereka sampaikan. Hoaks kerap dijadikan sebagai alat pembunuhan karakter, hoax sering menciptakan kepanikan dan ketakutan publik, hoaks juga berpotensi untuk menciptakan konflik dari isu yang mereka sebarkan. Semakin ke sini penyebaran hoaks semakin meresahkan.

5. Bayangkan jika Indonesia bebas koruptor, pasti pembangunan di Indonesia akan berjalan maksimal. Bisa nggak, ya, jual koruptor aja?

ilustrasi via www.suaradewan.com

Banyaknya koruptor di Indonesia menjadi penyebab kita belum bisa dikatakan sebagai bangsa yang maju. Padahal kalau kita telaah dengan saksama, para koruptor ini bukanlah golongan orang yang bodoh lho, sebenarnya mereka pintar—lihat saja gelar mereka. Hanya saja mereka nggak jujur sehingga tindakan yang mereka lakukan jahat: merampas uang rakyat!

Kira-kira dengan embel-embel ‘kepintaran’ mereka, negara luar ada yang mau menyewa atau membeli jasa mereka nggak, ya?

6. Warganet yang suka ikut campur semakin lama semakin meresahkan. “Kalau ada yang butuh, kabarin saja! Mau ane jual gan biar nggak ganggu urusan orang!”

warganet tukang nyinyir, ributin urusan orang lain via www.hipwee.com

Kesel nggak sih kalau melihat artis idola kita dinyinyirin? Kalau nggak punya artis idola, risih nggak sih kalau melihat ada debat kusir nggak jelas di kolom komentar orang lain atau saat ada komentar nyebelin yang ada di unggahanmu? Nah, orang-orang semacam ini pantas dihilangkan dari Indonesia.

Saking kesalnya sampai tercetus ide pengen ‘menjual’ mereka, maksudnya mungkin saja kebiasaan nyinyir mereka bisa dijadikan bisnis. Boleh jadi semacam ‘penyedia jasa komentator’ gitu atau apalah yang penting mereka kerjaan nyinyir mereka berguna. 😀

7. Daripada ganggu hubungan orang, lebih baik para pelakor yang pelik ini kita ‘jual’ saja. Buatkan bisnis jasa penyewaan wanita untuk kencan mungkin menarik

pelakor harus dibasmi via www.hipwee.com

Mungkin salah satu cara untuk mengurangi maraknya fenomena pelakor adalah dengan membuatkan mereka pekerjaan. Mereka kan ‘kurang belaian’ tuh, buatkan saja pekerjaan yang cocok untuk mereka. Misalnya jasa teman kencan. Kan banyak tuh jomblo-jomblo yang malu nggak bisa keluar malam Minggu. Nah, daripada pelakor-pelakor ini ngerusak hubungan orang, mending salurkan bakat mereka memberi kasih sayang kepada kaum jomblo. Siapa tahu jodoh dan kemudian pacaran kan lumayan pelakor berkurang. Hehe.

Itulah beberapa hal yang mungkin lebih cocok untuk dijual daripada pulau Ajab. Karena terbukti hal-hal tersebut nggak berguna jika terus ada di Indonesia. Semoga sang oknum cepat tertangkap, dan semoga 7 hal yang penghambat kemajuan negara tadi lekas berkurang.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Fiksionis senin-kamis. Pembaca di kamar mandi.

CLOSE