Review Film Venom: Let There Be Carnage. Terasa Buru-buru Tapi Kocak Maksimal!

Review film Venom

6/10

"Venom: Let There Be Carnage" sangat sukses memperlihatkan hubungan dan chemistry antara tokoh Eddie Brock dan Venom itu sendiri. Sayang, penceritaan film ini terasa buru-buru yang membuat tokoh-tokoh lain kurang berkesan. Pertarungan akhir yang dinantikan para penggemar juga menjadi kurang maksimal.

Setelah mengulas film Marvel “Shang-Chi and the Legends of the Ten Rings”, kali ini Hipwee Hiburan akan kembali mengulas salah satu film anti-hero dari Marvel berjudul “Venom: Let There Be Carnage”. Film ini merupakan kelanjutan dari film pertama berjudul “Venom” yang dirilis pada tahun 2018 silam. Masih sama dengan film pertamanya, “Venom: Let There Be Carnage” menghadirkan aktor Tom Hardy sebagai Eddie Brock, Michelle Williams sebagai Anne Weying dan masih banyak lainnya.

Film kedua dari anti-hero berwujud simbiot ini disutradarai oleh Andy Serkins dan bercerita tentang kehidupan Eddie Brock setelah kedatangan sosok Venom dalam hidupnya. Karena durasinya yang cukup cepat yakni sekitar 90 menit saja, kamu harus menonton film pertamanya untuk bisa mengerti alur cerita. Sebab film ini rasanya punya alur yang cepat dan banyak adegan yang nggak diceritakan dengan detil. Terlepas dari itu semua, berikut ini ulasan Hipwee Hiburan untuk film “Venom: Let There Be Carnage”.

Film “Venom: Let There Be Carnage” menghadirkan hubungan yang lebih kuat antara tokoh Venom dan Eddie Brock lewat guyonan dan pertengkaran kocak mereka

Venom dan Eddie Brock/Credit: IMDb

Film pertama “Venom” menjadi sebuah perkenalan yang cukup baik untuk para penonton. Pada film pertama, kita masih belum bisa melihat keterikatan kuat antara Venom dan Eddie Brock sendiri. Saat itu, Eddie masih menyesuaikan kondisi barunya yang berbagi kehidupan dengan seekor simbiot yang datang dari planet lain. Pada film keduanya ini, kita melihat hubungan Eddie dan Venom yang jauh lebih kuat. Film kedua ini secara nggak langsung cukup sukses untuk mengembangkan karakter Eddie dan Venom itu sendiri. Dari segi ini, kita patut mengapresiasi Tom Hardy untuk memerankan dua tokoh sekaligus, Eddie Brock dan Venom.

Kedekatan Venom dan Eddie terlihat lewat beragam momen kocak dan pertengkaran keduanya. Mereka seperti sering berselisih terhadap satu hal. Perselisihan itulah yang justru menjadi momen paling lucu dalam film ini. Keduanya benar-benar punya sifat yang bertolak belakang satu sama lain. Perbedaan ini juga dengan cerdas dijadikan satu konflik yang membuat ceritanya berjalan dan berakhir dengan bersatunya kembali kedua sahabat ini.

Peran dua musuh utama dalam film ini, yakni Cletus Cassady alias Carnage dan kekasihnya Shriek terasa kurang maksimal dan nggak berkesan

Carnage/Credit: IMDb

Sebuah film superhero biasanya memberikan waktu yang cukup panjang untuk memperkenalkan latar belakang musuh yang mereka lawan. Dalam kasus ini, “Venom: Let There Be Carnage” seharusnya memberikan latar belakang dua musuh dalam film ini, yakni Cletus Cassady dan juga Shriek. Durasi 90 menit rasanya kurang untuk sebuah film superhero sebesar Venom. Kita nggak bisa mendapatkan feel yang maksimal dalam perkenalan sosok Cletus, Carnage dan juga Shriek itu sendiri.

Selain latar belakangnya yang jadi kurang, penampilan dari dua tokoh ini juga jadi terasa biasa saja. Nggak ada aura mencekam, berbahaya dan mengancam dari dua tokoh ini. Hasilnya, kemunculan Carnage dan Shriek nggak berkesan sama sekali. Padahal, Carnage adalah salah satu simbiot paling kuat dan menakutkan dalam seri komik “Spider-Man”. Carnage bahkan digadang-gadang sebagai salah satu musuh Spider-Man paling kuat di samping Venom. Sama halnya dengan Shriek, kemunculannya yang hanya beberapa menit dalam film membuatnya nggak maksimal menggunakan kekuatan dan bagaimana ia bekerja sebagai seorang penjahat super. Ini mungkin jadi kelemahan fatal film “Venom: Let There Be Carnage”

“Venom: Let There Be Carnage” terasa sangat buru-buru yang menghasilkan pertarungan akhir Venom melawan Carnage yang kurang maksimal dan monoton

Venom vs Carnage/Credit: Istimewa

Masih bicara soal durasi, 90 menit rasanya sangat terburu-buru. Film ini seperti ingin menyelesaikan konflik dengan cepat dan mencari solusi paling aman. Hasilnya pada bagian tengah dan bagian akhir cerita menjadi sangat rusuh dan banyak hal yang nggak terjelaskan. Misalnya, cara Carnage dan polisi yang tiba-tiba bertemu di jalanan, lalu ada momen saat Shriek tiba-tiba mengetahui alamat Anne dengan tepat tanpa diceritakan dulu bagaimana ia mendapat alamatnya. Hal detil ini tentu penting karena menyangkut logika cerita.

Terakhir, sisi pertarungan yang menjadi suguhan film superhero sangatlah kurang maksimal. Padahal pertarungan antara Venom dan Carnage, selaku dua simbiot yang merupakan musuh bebuyutan haruslah menjadi sesuatu yang epik. Pertarungan keduanya juga memang sudah dinantikan oleh para penggemar sejak lama di layar lebar. Sayang pertarungan keduanya terlalu monoton dan gitu-gitu aja. Malah pertarungan akhir Venom melawan Riot di film “Venom” pertama jauh lebih baik.

Akhir kata, film Venom: Let There Be Carnage” mungkin cukup baik untuk ditonton dan sekadar jadi hiburan. Namun, bagi para penggemar garis keras superhero Marvel khususnya para penggemar “Spider-Man” dan “Venom” pasti kecewa karena banyak hal yang serba nanggung.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Represent

Editor

Kadang menulis, kadang bercocok tanam