Spoiler Alert! 5 Alasan Kenapa Thor: Ragnarok Layak Disebut Sebagai Comic8 Casino Kings Versi Marvel

Mencari resensi sebelum menonton film di bioskop boleh jadi karena termotivasi dua hal. Pertama, kamu nggak rela uangmu raib begitu saja karena takut dikecewakan oleh film, dan yang kedua kamu butuh referensi bahan atau angle baru untuk menulis resensi film serupa. Wah ketahuan ternyata kamu penulis artikel dari platform lain Skip!

Advertisement

How about the film? Kalau dideskripsikan menjadi satu kata, lucu. Penilaian saya setelah menonton Thor: Ragnarok lebih kurang sama laiknya kita menonton Comic8 Casino King. Ya, lucu! Sesederhana itu. Namun kamu cukup beruntung karena saya dikenal orang sebagai pribadi rumit. Jadi selamat, kamu terhindar dari penjelasan singkat tadi yang sungguh nggak layak terbit. Baiklah, langsung saja, berikut adalah 5 alasan kenapa Thor: Ragnarok mengingatkan kita pada Comic8 Casino King.

Baik Thor maupun Comic8, keduanya sukses membuat penonton tertawa karena kekonyolan adegannya

Hulk kocak! via theplaylist.net

Banyak yang bilang Thor: Ragnarok ini film action. Nggak setuju. Terang, ini film comedy. Memang, nggak bisa dimungkiri bahwa terdapat beberapa adegan baku hantam, namun nggak lain hanya sebagai micin bumbu penyedap rasa saja, persis seperti Comic8. Namun tenang saja, mayoritas pemeran film Thor bukan komika kok. Maka kamu terhindar dari mimpi buruk membayangkan Babe Cabita memegang Mjolnir.

Kamu masih akan melihat acting keren dari nama-nama kondang semacam Chris Hemsworth, Tom Hiddlestone, Anthony Hopkins, dan lainnya. Cuma, tujuan aktingnya sama; mencari lucu.

Advertisement

Banyak mengadopsi template-template film lain semacam Star Wars, Twillight, Gladiator, dan lainnya

Thor vs Hulk via wallpapersite.com

Kalau di Comic8 kita banyak menemui tokoh seperti yang sering kita temui dalam comic dan film superhero, sama halnya dengan Thor. Di film ini kamu akan menemukan beberapa adegan, tokoh, bahkan kostum yang sekilas mirip dengan film-film lain. Mulai dari arena pertarungan Hulk vs Thor, tentu kita familiar dengan adegan semacam film Gladiator (2000). Beberapa scene, penggunaan setting hamparan padang luas dengan langit yang membentang membawa efek tenang mengingatkan saya pada film yang diperankan oleh Russel Crowe.

Kedua, planet tempat Thor terdampar lalu bertemu dengan Valkyrie. Beberapa adegan di planet Sekaar itu mengingatkan film Star Wars, pertempuran senjata sinar laser, kemunculan makhluk-makhluk aneh, dan nuansa musik yang tekno (sukses membuat saya lebih menikmati musik dibanding adegan).

Advertisement

Selain itu, kamu akan bertemu dengan Serigala raksasa bersama sang ratu, Hela—sekilas mirip karakter dan kostum Maleficent—yang diperankan cukup apik oleh Cate Blanchett. “Thor ganteng banget,” ujar perempuan yang duduk di sebelah saya. Ya, kamu (cewek) akan dikejutkan dengan penampilan Thor—ada adegan bertelanjang dada—dengan rambut barunya. Hmm.

Penampilan baru Thor dan kehadiran Serigala mengaburkan penglihatan saya bahwa sebenarnya yang memerankan Thor adalah Taylor Lautner. Untung bukan Aliando GGS. Ah, ngaco.

Dari ceritanya yang kurang rapi hingga konfliknya yang kurang mengena

Bruce Banner jadi lucu. via uzone.id

Terlepas dari Comic8 yang ceritanya amburadul, Thor: Ragnarok ini sedikit lebih baik karena—hanya—kurang rapi. Template-template baru yang coba dipadu-padankan memang memberi nuansa baru dibanding dua sekuel sebelumnya, namun terasa kurang rapi hingga penilaian yang muncul menjadi memaksakan. Ihwal konflik cerita, hemat saya, konflik film terletak pada keluarga nggak terencana Thor dan Hela, Loki dikesampingkan karena kekecewaan saya atas hilangnya karakter nakal tapi cool sebagaimana film Thor pertama, miris.

Hela ingin membawa kejayaan Asgard, sedang Thor ingin menyelamatkan tanah kelahirannya dari pemimpin yang lalim. Konflik kakak-adik ini terasa hambar. Boleh jadi ini imbas dari lelucon-lelucon yang dimainkan hampir setiap tokohnya. Contohnya ketika saya sedang menuju “tegang” saat Bruce menjatuhkan dirinya untuk melawan Serigala, eh malah gagal menjadi Hulk. Maksud saya, kenapa nggak langsung jadi Hulk, hingga kita nggak terpaksa membangun lagi ketegangan yang sama, akibatnya ketegangan saya yang terbangun selanjutnya menjadi nanggung atau kurang. Saya yakin film Thor ini iktikad awalnya bergenre action, maka ya mbok lucunya nggak di setiap adegan, apalagi pas konflik.

Karakter tokoh yang hampir seragam berkelindan. Terlalu banyak lelucon berujung pada satu kata, berlebihan!

Karakter tokoh Comic8 yang klise mungkin sudah banyak yang mengulas. Setitik noda serupa Comic8 itu, seharusnya bisa dihindari oleh film Thor: Ragnarok ini karena nama besar aktor-aktrisnya, tapi sebaliknya justru terlihat menonjol. Nama besar dalam film Thor, seharusnya memberikan garansi pemetaan karakter tokoh yang kaya dan kuat. Maaf, saya mesti jujur, itu nggak terlihat.

Lagi-lagi dugaan saya karena pilihan nuansa comedy yang berlebihan. Entah kesurupan komika mana, akting Mark Ruffalo lebih mirip Ace Ventura dibanding Bruce Banner. Loki sudah dibahas tadi, ya. Kemudian Hulk yang kekanak-kanakan melunturkan kesan ganas yang coba dibangun Marvel pada film-film sebelumnya. Ya, sebenarnya nggak apa-apa juga sih kalau genrenya comedy, terserah film maker-nya. Tapi sebagai penonton, saya mungkin lebih memilih kartun semacam Despicable Me dibanding film superhero, kalau hanya mencari haha-hihi.

Berpotensi meraup banyak keuntungan. Hollywood memang jago urusan bisnis film

Aktor-aktor “pembawa” penonton via www.justjared.com

Namun di luar dari pro-kontra tadi, film Hollywood tetap nggak bisa lepas dari bisnis. Ya, beruntungnya semua orang butuh hiburan, terlebih orang Indonesia yang gampang tegang. Ada angka 30 di bulan September saja tegang, beda pemikiran sedikit tegang, patung yang cuma diam ditendang, dan lain-lain. Nah, film Thor: Ragnarok ini mungkin cocok untuk mereka tonton di akhir pekan.

Comic8 sukses meraup banyak keuntungan pada kemunculannya dua tahun lalu. Setali tiga uang, Thor juga berpotensi meraup untung tinggi tahun ini. Dilansir CNN , Thor: Ragnarok mampu mendapatkan pendapatan pembukaan sebesar US$107,6 juta atau lebih dari Rp1,4 triliun. Film ini baru lima hari diputar, artinya pundi-pundi uang masih terus mengalir sebelum layar biokop turun. Menarik kita tunggu berapa pendapatan dari sekuel ketiga Thor ini di pasaran. Apakah sesukses film Marvel lainnya semacam The Avengers?

Kamu boleh berpendapat juga kok di kolom komentar. Yang belum nonton, jangan lupa tonton film Thor: Ragnarok di bioskop kesayangan kamu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Fiksionis senin-kamis. Pembaca di kamar mandi.

CLOSE