Tentang Film ‘Guru Ngaji’, Sukarnya Punya Dua Profesi Berbeda Reputasi

guru ngaji film indonesia

Rumah produksi  Channex Ridhall kembali hadir dengan karya terbarunya, Guru Ngaji. Film yang disutradai oleh Erwin Arwada ini memang dibuat untuk mengapresiasi potret guru ngaji dan semangat keikhlasan dan kesabaran dalam pengabdian mereka. Memilih Iokasi pengambilan gambar di Boyolali dan Sukoharjo, Jawa Tengah, Guru Ngaji digarap dengan pendekatan yang mencoba menyuguhkan konteks ruang masyarakat rural.

Advertisement

Film yang mulai tayang perdana 22 Maret lalu ini dibintangi mulai dari aktor senior Donny Damara sampai pelawak tunggal Dodit Mulyanto. Guru Ngaji juga menghadirkan penyanyi bersuara serak basah, Cakra Khan untuk menjadi pengisi lagu “Jangan Mudah Putus Asa” ciptaan Ahmad Freddy dan Ade Gov’mda yang merupakan lagu tema untuk film ini.

Film berdurasi 105 menit ini mengisahkan jatuh bangun seorang guru ngaji bernama Mukri dalam menghadapi polemik menjadi badut dan guru ngaji sekaligus

Donny Damara via www.duniaku.net

Selama menjadi guru ngaji di Desa Tempuran, Mukri dikenal sebagai sosok yang tidak pernah mengharapkan imbalan materi karena menjalankan profesi itu dengan penuh keikhlasan dan sukarela. Namun, hidup di tengah-tengah perekonomian yang tergolong rendah, Mukri mau tak mau harus mencari pekerjaan sampingan untuk menafkahi anak istrinya.

Tanpa sepengetahuan keluarganya dan warga Desa Tempuran, Mukri pun terpaksa menjadi seorang badut. Pekerjaan  yang kerap mengundang gelak tawa ini dirahasiakan sebaik mungkin karena dianggap bertolak belakang dengan profesi guru ngajinya yang terhormat dan mulia. Mukri sendiri menikmati profesinya sebagai seorang badut di salah satu pasar malam bersama Parmin (Ence Bagus). Dia tahu bahwa menjadi seorang badut adalah profesi yang halal, namun tetap saja, dia malu dan tidak percaya diri untuk menyatakan yang sebenarnya pada keluarganya.

Advertisement

Film ini tergolong enteng diikuti dan menawarkan premis yang menawan, kendati memang terpeleset di pengembangannya

duo badut

Pertama, dari judul dan sinopsis singkatnya, sudah tersurat bahwa Guru Ngaji memang berorientasi menjadi film yang edukatif dan menyuplai nilai-nilai moral ideal masyarakat kita. Walhasil, ini adalah film yang relevan jika kamu mencari hiburan dengan perspektif petuah hidup yang sederhana. Selain guru ngaji adalah profesi menarik yang belum pernah diangkat serius selama ini, konfliknya juga lumayan riil. Alurnya pun mudah diikuti, seperti menonton film-film televisi yang punya hikmah “asal sabar menghadapi cobaan dan konsisten berbuat baik, pasti kita akan mendapat balasan yang indah di akhir”.

Akan tetapi, untuk kamu yang mendambakan film dengan narasi yang lebih menantang, Guru Ngaji akan terasa dangkal dalam taraf tertentu. Plotnya konvensional dan mudah ditebak. Yang paling disesalkan, konflik utama film ini–perjuangan Mukri yang tidak diterima oleh warga desanya karena mencoba menduakan profesi mulia guru ngaji dengan profesi badut yang dianggap kurang terhormat–disudahi dengan resolusi yang tidak nyambung (cek sendiri ya, biar tidak spoiler).

Di luar itu, film ini sejatinya tak sesederhana “film islam”, melainkan film yang membicarakan persoalan sosial yang lebih universal. Dalam dua hari, Guru Ngaji tercatat ditonton oleh enam ribu pasang mata. Jika punya kesempatan, kalian yang berminat jangan sia-siakan peluang untuk menontonnya ya!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE