‘The Power Of Kepepet’ Emang Jurus Andalan. Ini Alasanmu Kenapa Mengerjakan Tugas Di Detik-detik Terakhir Itu Menyenangkan

Deadliner adalah orang yang hobi mengerjakan sesuatu mepet-mepet. Saat ada tugas yang harus dikumpulkan jam satu siang, kamu yang deadliner baru akan mulai mengerjakan jam 11. Lalu selesai tepat jam satu kurang sepuluh menit. Mau tugas yang datang H-1 ataupun H-14 alias dua minggu, nggak ada bedanya. Kamu ngerjainnya tetap H-1 (maksudnya 1 jam sebelum deadline).

Untuk kamu-kamu yang juaranya deadliner, kejar-kejaran dengan waktu ini menjadi kenikmatan tersendiri. Kamu selalu punya alasan untuk menunda pekerjaan sampai di menit-menit akhir. Tapi urusan hasil, jangan salah. Hasil yang oke nggak jarang diraih meski kamu hanya mengandalkan ‘the power of kepepet’. Ini dia beberapa alasan kenapa kamu merasa mengerjakan tugas di detik-detik terakhir itu menyenangkan.

1. Usaha mengerjakan jauh-jauh hari biasanya berakhir nihil. Dipaksa justru akan membuatmu frustrasi sendiri.

endingnya malah begini

endingnya malah begini via mashable.com

Sebenarnya, kadang kamu juga berniat menyelesaikan pekerjaan atau tugas jauh-jauh hari. Tapi seringnya usaha itu berakhir sia-sia. Meski kamu berusaha fokus di depan layar laptop, rasanya inspirasimu nggak ada. Satu dua kalimat yang kamu tulis juga rasanya nggak ada nyawanya. Selanjutnya kamu malah nggak tahu harus bagaimana. Ujung-ujungnya, kamu menutup lembar kerja dan baru membukanya lagi nanti kalau sudah mendekati deadline.

2. Gimana ya, kalau ngerjain jauh-jauh hari itu rasanya nggak semangat. Kurang greget aja gitu…

ntar aja deh

ntar aja deh via www.bustle.com

Selain seringnya inspirasi nggak ada, kamu juga merasa mengerjakan tugas jauh-jauh hari itu nggak seru. Kurang greget. Kamu juga nggak semangat dan selalu tergoda untuk nanti-nanti aja. Meski kamu memaksa bekerja, dan berusaha mengerjakan sebaik mungkin, seringnya hasilnya malah terkesan seadanya.

3. Kalau ada yang gampang kenapa dipersulit? Kalau masih bisa dikerjain besok, kenapa harus sekarang? 😀

dikerjain kok, nanti tapi ya.

dikerjain kok, nanti tapi ya. via www.webchutney.pk

Ini dia alasan andalanmu selama ini. Hidup sudah sulit, nggak perlu dipersulit lagi. Kalau ada yang lebih mudah, kenapa harus dibuat sulit? Kalau bisa dikerjakan besok-besok, kenapa harus maksa mengerjakan sekarang? Haha. Selagi tugas yang itu masih lama tenggat waktunya, kan kamu bisa mendahulukan hal-hal atau kegiatan lain yang lebih penting atau lebih menarik. Harus skala prioritas gitu lho. Ah, kamu memang paling bisa kalau membuat alasan.

4. Iya sih, sebenarnya kamu hanya sedang malas, dan nggak punya motivasi cukup kuat untuk segera mulai.

nggak punya motivasi

nggak punya motivasi via daisyhood.tumblr.com

Dibalik semua alasan-alasan itu sebenarnya hanya satu. Kalau masih jauh dari tenggat waktu, kamu merasa malas untuk mulai mencicil atau menyelesaikan tugas. Kan kalau mengerjakan sesuatu kamu kamu harus punya motivasi. Nah, biasanya motivasimu yang kuat baru muncul saat-saat menjelang deadline.

5. Beda kalau udah deadline banget. Bisa nggak bisa harus selesai jadi motivasi paling kuat untuk membuatmu mulai bekerja.

motivasinya....

motivasinya…. via creatimes.tumblr.com

Saat detik-detit deadline menjelang, motivasimu mengerjakan besar dan semakin besar. Apalagi ditambah kenyataan bahwa itulah satu-satunya waktu yang kamu punya untuk menyelesaikan tugas. Lewat dari itu, nilai jelek atau diomeli atasan sudah menunggu. Di sini kemauan kuatmu mendominasi keadaan, karena mau nggak mau bisa nggak bisa, kamu harus mulai kerja supaya bisa selesai tepat waktu.

6. Mungkin otak kita didesain untuk selalu bisa mencari jalan keluar di saat-saat kritis. ‘The Power Of Kepepet’ itulah yang membuat kecerdasanmu meningkat drastis.

ide lancar jaya

ide lancar jaya via ultratshep.tumblr.com

Saat dalam kondisi terjepit dan kepepet, kita selalu bisa memutar otak untuk mencari jalan keluar. Kamu tahu manusia itu selalu kreatif, dan kamu pun tak menyia-nyiakan kemampuan unik itu. Yang dulu-dulu kamu cuma bisa bengong saat berhadapan dengan pekerjaan, sekarang kamu bisa mengerjakannya dengan cepat. Di detik-detik genting menjelang deadline, kamu merasa kecerdasanmu meningkat. Mungkin sebenarnya karena saat ini kamu benar-benar mencurahkan kemampuanmu sepenuhnya, sementara sebelumnya niatmu cuma setengah-setengah. Iya nggak?

7. Belum lagi sensasi mengerjakan tugas kejar-kejaran sama waktu itu tuh yang bikin adrenalinmu terpacu. Huhuhu.

leganya tuh bikin pengin begini...

leganya tuh bikin pengin begini… via musicfeeds.com.au

Saat mengerjakan tugas mepet-mepet waktu adrenalinmu juga meningkat. Kamu yang suka tantangan pasti hafal banget sensasi ini, saat kamu kejar-kejaran dengan waktu. Semangat, tegang, cemas, takut, tertantang, semua rasa itu bercampur jadi satu. Menegangkan, tapi mengasyikan juga. Kira-kira begitulah. Apalagi saat akhirnya kamu bisa menyelesaikan pekerjaan tepat lima menit sebelum deadline. Rasanya bagaikan lulus ujian nasional. Lega! Lalu kamu pun merasa jadi juara. Keberhasilan itu memberimu kepuasan tersendiri. Sensasinya ‘selamat!’ yang kamu rasakan itu bikin ketagihan.

8. Berhasil melewati deadline dengan selamat membuatmu tergoda mengulang-ulang hal yang sama. Akhirnya jadi kebiasaan deh karena prinsipnya kalau kemarin bisa, sekarang juga pasti bisa.

kagum pada diri sendiri

kagum pada diri sendiri via whatthepublicdefender.tumblr.com

Saat kamu berhasil melewati masa-masa genting itu, sedikit-sedikit kamu pun mengagumi kemampuanmu. Lalu besok-besok kamu akan mengulang perbuatan yang sama. Prinsipmu memang sederhana. Kalau kemarin bisa, kenapa sekarang kamu nggak bisa? Lama-lama jadi kebiasaan deh. Karena itu kamu selalu tenang-tenang saja, dan baru mulai bergairah saat-saat deadline tiba.

Meski katanya sistem kerja yang kamu pakai itu nggak bagus, nggak efisien, dan bisa berdampak buruk, toh sampai hari ini ‘the power of kepepet’ masih bisa membantumu menyelesaikan semua. Yang penting pekerjaan beres, dan nggak ada yang dirugikan. Karena kadang kita hanya harus berpikir sederhana untuk menyikapi keadaan dan pekerjaan. Ya nggak? 😀

Seperti Anisa Rahma yang sering bercerita tentang ‘kehidupan perkuliahannya’ di akun migmenya, @anisarahmaadi .

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi