Zara JKT48 dan Angga Yunanda Ngobrolin Pacaran dan Wawasan Seks untuk Remaja (Wawancara Ekslusif)

Wawancara Zara JKT48

Senin yang cukup menarik, dengan matahari yang lumayan terik. Jika biasanya orang-orang memilih untuk liburan ke pada akhir pekan, berbeda dengan para cast, crew dan penonton terpilih film Dua Garis Biru. Mereka memilih hari Senin 29 Juli 2019, untuk berlibur dan bermain di Dunia Fantasi, Jakarta, dalam rangka perayaan pencapaian dua juta penonton yang diraih dalam dua pekan pemutaran.

Seperti yang sudah diketahui, film Dua Garis Biru sendiri mengangkat tema tentang pendidikan seks untuk remaja dan persoalan Marriage by Accident (MBA). Diperankan oleh Angga Yunanda sebagai Bima dan dan Zara JKT48 sebagai Dara, film tersebut bercerita tentang sepasang kekasih yang masih duduk di bangku SMA.

Konflik dimulai ketika Dara harus mengalami hamil di luar nikah dan membuat keduanya dihadapkan pada kehidupan yang tak terbayangkan. Meski pertentangan masih banyak diluncurkan kepada film ini, toh faktanya masih ada dua juta orang Indonesia yang mampu melihat konteks dalam film ini secara objektif.

Tepat pukul 10.00 WIB, matahari masih tersenyum lebar. Dengan suara tawa yang tak kalah lebar dan menggelegar, rombongan dari Dua Garis Biru berjalan memasuki area Dunia Fantasi. Bayangan akan keseruan yang ada di dalam semakin terasa terlihat dari derap langkah yang mulai tak sabaran.

Sebelum semua keseruan dari berbagai wahana permainan dimulai, Hipwee berkesempatan untuk ngobrol-ngobrol singkat dengan Zara JKT48 dan Angga Yunanda. Kedatangan Hipwee disambut senyum manis sepasang kekasih di film Dua Garis Biru ini. Simak obrolan yang diselingi dengan jingle gembira Dufan berikut.

Wawancara eksklusif Hipwee bersama Zara dan Angga via www.hipwee.com

Halo, Zara dan Angga. Hari ini film yang kalian bintangi sudah tembus lebih dari dua juta penonton, bagaimana perasaan kalian?

Zara: Hai, Aku pribadi sih bersyukur, bersyukur tanpa libur [tertawa]. Soalnya kita (pemain) nggak nyangka akan segininya (antusias penonton). Karena dari awal proses film ini kan niatnya sesederhana ingin menyampaikan pesan, namun ternyata direspons dengan positif oleh para penonton. Respons positif di luar ekspektasi ini adalah nilai plus buat kita.

Angga: Semua tim dan pemain juga nggak nyangka suksesnya film ini bisa luar biasa begini. Karena pada awalnya nggak pernah kepikiran untuk bisa meraih penonton sebanyak ini [tertawa], dan mendapat respons positif dari teman-teman penonton semua, aku bersyukur.

Selain karena tema yang menarik, menurut kalian karena apa lagi sih sebanyak dua juta orang mau nonton film Dua Garis Biru?

Angga: Ya, mungkin karena pesan yang dibawa film ini dan tema ini sangat dekat dengan masyarakat kebanyakan, ya?

Zara: Ya karena tema kayaknya, sama aja sebenarnya… [tertawa melirik ke Angga]

Angga: Karena ada Zara JKT48! [tertawa]

Zara: Karena ada Angga Yunanda! Fans-nya kan banyak bangeeeet [tertawa]. Tapi mungkin awalnya ada orang yang kurang tertarik, lalu karena banyaknya review film ini yang Alhamdulillah bagus, yang tadinya nggak tertarik menjadi penasaran terus pada nonton deh. Lalu yang sudah nonton ini juga bikin review menarik, dan bikin makin banyak orang yang mau nonton.

Sejauh mana perspektif kalian tentang edukasi seks atau MBA berubah, setelah main di film Dua Garis Biru?

Zara: Kalau aku pribadi sih, dari kecil udah diajarin soal sex education sama orang tua aku. Jadi nggak terlalu kaget dengan fakta yang aku temukan dalam proses film ini. Perspektif baru yang aku dapat di sini (film) lebih kepada detail soal permasalahan dalam perkara sex education aja sih.

Angga: Kurang lebih sama dengan Zara, tapi setelah aku terlibat terus mendalami dan tahu keseluruhan ceritanya, jadi makin banyak berpikir untuk ke depannya. Apalagi untuk masa depan, karena ternyata (kehidupan sebagai orang tua) emang nggak semudah itu. Karena begini, aku ngerasa kalau fase menjadi anak-anak, lalu berubah jadi remaja dan bakal jadi orang tua nantinya itu bergulir cepat aja, nggak berasa dunia itu berjalan terlalu cepat.

Kemarin rasanya aku baru ngerayain ulang tahun ke lima lalu sepuluh, dan sekarang sudah sembilan belas, terus sebentar lagi dua puluh [tertawa]. Dan hal itu pasti nggak bakal berasa lama menurutku, jadi sudah semestinya dari sekarang dipersiapkan hal-hal terkait edukasi seks, yang mana penting dan akan berpengaruh untuk masa depan.

Wawancara eksklusif Hipwee bersama Zara dan Angga via www.hipwee.com

Banyak yang memuji kalian sukses dalam memerankan peran Dara dan Bima. Sejauh apa sih riset kalian agar bisa berempati kepada karakter yang dimainkan?

Zara: Sebenarnya karena kita proses reading-nya lama banget, satu bulan. Selain itu, Tante Gina kan lewat film ini debut jadi sutradara, jadi emang kerasa banget rasa sayangnya (Gina S. Noer) ke naskah ini dan ke kita (para pemain), jadi dipastikan agar nggak ada salah sedikitpun.

Tapi di luar itu, kalau aku sih, riset lebih banyak nanya ke Mama aku, terus lebih dalam saja memaknai skripnya. Kita juga sering ngobrol bertiga sama Angga dan Tante Gina, dengan bahasan yang nggak terbatas hanya di skrip saja. Lewat diskusi itu secara nggak langsung menambah wawasan untuk memperkuat karakter kita juga.

Angga: Aku bersyukurnya di tim ini semua bener-bener terbuka. Semua orang terbuka. Jadi kita merasa bebas mau mengolah skrip-nya jadi kayak gimana. Bahkan kita nggak malu-malu lagi untuk ngebedah skrip-nya bareng Kak Gina. Terkadang kan ada tuh, misalnya kayak sutradara atau penulis, yang benar-benar kaku dengan skrip-nya, sehingga kita nggak boleh ngapa-ngapain (improvisasi) di luar skrip-nya. Kalau Kak Gina itu benar-benar ngasih kebebasan kita, buat melibatkan pemikiran kita di dalam skrip itu sendiri.

Zara: Dan dengan kita berdiskusi itu, yang konteksnya di luar skrip, sedikit banyaknya menjadi bahan baru untuk (improvisasi) di dalam skrip.

Dalam film kalian berperan sebagai sepasang kekasih, menurut kalian pacaran itu apa sih? Dan apakah ada usia idealnya nggak, bagi kalian untuk berpacaran?

Zara: Setiap orang kan beda-beda ya, hmmm, kalau aku sih lagi nggak mau pacaran aja.

Diplomatis sekali, apakah menurut Zara pribadi saat ini manfaat pacaran itu nyaris nggak ada?

Zara: Ya ada dong, kita nggak mungkin hidup sendirian terus ya nggak sih? [tertawa] Cuma, ya, ada saatnya aja, dan itu entah kapan.

Angga: Kurang lebih sepakat dengan Zara. Sebenarnya ada faktor positif dan negatif dalam pacaran, tergantung kita mau menyikapinya dengan hal apa. Kalau misal kita bisa mengambil hal positif dalam hubungan kita, nggak tertutup hanya dengan pacar tapi juga dengan lingkungan sekitar, itu sangat bagus. Tapi balik lagi, tergantung perspektif masing-masing orang juga untuk menilai hal itu.

Melihat MBA yang nggak jarang terjadi di masyarakat, tapi masih tabu untuk dibicarakan, menurut kalian hal apa sih yang menjadikannya seperti itu?

Zara: Menurutku, karena masih banyak orang tua yang belum menerapkan edukasi seks ke anak-anaknya. Misal kayak, ada adegan ciuman di TV saja mata anaknya ditutupin, anaknya nanya (tentang reproduksi) dijawab sama orang tua dengan, “nanti juga tahu sendiri”. Karena hal ini mungkin ya, pembahasan ke isu MBA jadi sulit untuk dibangun.

Angga: Mungkin karena masih malu kali ya, untuk membahas hal-hal yang terkesan privat, tapi sebenarnya penting. Padahal edukasi seks itu bukan mengajarkan seks. Makna dan pembahasan di edukasi seks itu luas banget, dan pembelajaran akan hal itu bisa kita dapatkan di manapun. Tapi tetap, pembelajaran awal tentang ini harusnya dari keluarga. Bagaimana kita sebagai satu keluarga bisa menanam benih pemahaman akan seks edukasi ke anak-anak, agar mereka nggak mengetahuinya setelah keliru dalam melangkah.

Wawancara eksklusif Hipwee bersama Zara dan Angga via www.hipwee.com

Melalui film ini secara tidak langsung kalian melakukan campaign tentang edukasi seks. Di luar konteks film, usaha apa yang kalian lakukan untuk terus mengedukasi masyarakat tentang pembahasan MBA atau edukasi seks?

Zara: Kalau aku sih tetep, nyuruh teman-temanku untuk nonton film Dua Garis Biru [tertawa].

Angga: Kalau aku dengan terus melakukan hal-hal yang positif aja sih, selama berhubungan. Baik dengan teman atau dengan pacar. Biar nggak mengarah kepada hal-hal yang menyimpang, nggak bermanfaat dan nggak sesuai dengan moral serta agama masing-masing gitu.

Klise tapi mungkin penting. Apa harapan kalian kepada dua juta lebih orang yang sudah nonton film Dua Garis Biru?

Zara: [Tertawa] Semoga jadi lebih terbuka hubungan antara anak dan orang tua. Nggak ada lagi malu-malu membahas hal yang penting untuk masa depan, dan lebih paham serta adanya usaha lebih untuk memahami pentingnya edukasi seks.

Angga: Semoga komunikasi antar keluarga, teman, lingkungan semakin terbuka. Dan yang terpenting jadi lebih paham dan mengetahui bagaimana batasan-batasan sehat dalam berhubungan.

Melihat rombongan yang sudah makin tak sabar untuk mencicipi keseruan tiap-tiap wahana permainan, dan terik yang makin lumayan karena sebagian orang sudah sibuk menyeka peluh yang menitik, Hipwee mengakhiri obrolan dengan mengambil beberapa gambar dari sejoli yang apik dalam memainkan perannya ini. Ajakan berfoto disambut seloroh dari Zara, “Eh, nggak boleh foto, lho!”, tapi tetap menghadiahkan senyum terbaiknya untuk diabadikan kepada penonton Dua Garis Biru dan pembaca Hipwee sekalian tentunya.

Bagi kamu yang belum sempat menonton film-nya, segeralah nonton. Kalau masih ragu, kamu bisa baca dulu review Hipwee di sini. Bagi yang sudah nonton, silahkan tebarkan pesan yang dibawa oleh Dua Garis Biru dan sama-sama mengedukasi. Tabik!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

ecrasez l'infame