6 Kisah Patah Hati Paling Parah. Kamu yang Baru Secuil Merasakannya Masa Udah Mau Nyerah?

Patah hati parah

Mau mati rasanya!

Advertisement

Itulah yang kamu rasakan saat dia pergi meninggalkanmu. Saat hubungan yang udah bertahun-tahun ini terpaksa disudahi, sebab dia nyatanya memilih pergi. Dampak dari putusnya hubungan kalian ini memang sedikit berlebihan. Kamu jadi nggak nafsu makan. Nggak ingin masuk kuliah sebab takut nyesek lagi kalau bertemu. Sampai yang paling ekstrem yaitu nggak punya lagi tujuan hidup. Sebelum kamu makin lebay dan berdarah-darah dalam merasakan patah hatimu ini, coba duduk sejenak dan baca kisah-kisah patah hati paling parah berikut.

Bukan, bukan. Bukannya membandingkan patah hatimu dengan kisah patah hati ini. Namun daripada hanya duduk, diam, nangis dan semakin larut sendiri, bukankah lebih baik membaca sesuatu yang punya benang merah senada dengan kisah yang kami alami ini? Paling tidak kamu nggak akan merasa sendirian lagi setelah membaca kisah patah hati paling parah versi Hipwee ini.

1. Ditinggalkan selamanya oleh seseorang yang dicintai memang menyakitkan. Apalagi alasan kepergiannya karena menjadi korban kekerasan

Terpisahkan akibat kekerasan via unsplash.com

Masih segar sebuah kasus seorang guru yang dianiaya muridnya hingga meregang nyawa. Apapun alasan murid tersebut, kepergian guru ini sukses buat orang-orang terdekatnya patah hati parah. Apalagi untuk sang istri dan calon anak yang tengah berkembang di dalam rahim. Mungkin nggak ada kata-kata yang bisa menggambarkan bagaimana istri dan calon anaknya ini menghadapi dunia nanti. Kasus seperti ini nggak hanya sekali terjadi. Masih ingat dengan seorang pria yang tewas dibakar hidup-hidup karena diduga mencuri? Di balik dugaan yang mematikan seseorang itu, berdiri seorang istri dan anak-anak yang direnggut masa depannya karena ketidakadilan.

Advertisement

2. Tak ada yang lebih hancur daripada perasaan seorang ibu yang ditinggalkan sang anak yang telah berpulang setelah berjuang melawan sakitnya

Patah hati antara ibu dan anak via unsplash.com

Cinta dan sayang tak hanya dipunya mereka yang tengah berpacaran saja. Mungkin kamu lupa, bahwa sebenar-benarnya cinta itu dimiliki ibu untuk anak-anaknya. Kisah patah hati paling parah mungkin dimiliki ibu dan anak ini. Apalagi jika anak yang sudah 9 bulan di kandung harus rela dilepaskan akibat hal-hal yang di luar kuasa. Akibat menderita sebuah penyakit misalnya. Ambil saja kisah Adam Fabumi yang viral beberapa waktu lalu. Rangers NICU ini akhirnya harus berpulang akibat trisomy 13 yang dideritanya. Kalau kamu belum tahu kisahnya, mungkin bisa dengarkan lagu Melawan Dunia yang dipersembahkan khusus untuk para anak-anak yang tengah berjuang melawan penyakitnya.

3. Ditinggalkan pas lagi cinta-cintanya memang sakitnya luar biasa. Apalagi jika ditinggalkan pasangan ke dunia yang berbeda

Ditinggalkan beda dunia via unsplash.com

Di atas langit masih ada langit. Selalu ingat bahwa kamu bukanlah satu-satunya orang yang mengalami patah hati saat lagi cinta-cintanya. Coba tengok kisah Habibie Ainun yang masih relevan untuk para generasi sekarang. Atau kisah Widyawati dan Sophan Sofyan yang direnggut kebersamaannya lewat beberapa detik momen kecelakaan.

4. Ditinggalkan dengan alasan jelas saja menyakitkan hati, apalagi jika dia tiba-tiba menghilang bertahun-tahun lamanya

Setuju nggak kalau kisah ini termasuk patah hati paling parahnya seorang istri? via www.cnnindonesia.com

Ditinggal pas lagi cinta-cintanya memang sakitnya nggak kira-kira. Lalu bagaimana jika sudah ditinggal tanpa alasan atau dia hilang begitu saja? Seperti kisah Munir yang tiba-tiba tewas di dalam pesawat atau Wiji Tukul yang sampai sekarang entah di mana keberadaannya. Mungkin kalau kamu jadi kerabat terdekat mereka, seperti istri, anak, kakak, adik atau bahkan orangtuanya, akan merasa sebagian hidupnya hilang entah kemana.

Advertisement

5. Saat rasa cinta harus dinomorduakan demi membela negara. Kamu harusnya belajar dari pada istri, ibu, saudara perempuan, yang ditinggal kaum veteran ini berperang

Salah satu kisah patah hati yang juga nyelekit di hati via nbc4i.com

Nggak ada salahnya kamu belajar dari mereka yang dipisahkan tugas dan kewajiban. Salah satunya mereka yang ditugaskan negara hingga kadang mengorbankan nyawa sendiri. Dan yang lebih membuat patah hati adalah ketika orang-orang terdekat terpaksa merelakan kepergian tersebut adalah kepergian untuk selamanya.

6. Kisah dalam film The Notebook memang bikin banjir air mata. Percaya atau tidak, kisah ini benar-benar terjadi pada pasangan di Inggris ini

Kisah The Notebook di dunia nyata via www.wereblog.com

Salah satu film yang sukses buat orang-orang banjir mata adalah The Notebook. Film tersebut menceritakan seorang cowok yang tetap menjaga cewek yang dicintainya meski si cewek telah lupa ingatan akibat sebuah penyakit langka. Percaya atau tidak, kisah layaknya The Notebook ini benar-benar terjadi pada sepasang lansia di Kent, Inggris. Phyllis, sang istri, menderita penyakit dementia dan harus dirawat di panti khusus. Meski ingatan sang istri perlahan-lahan hilang, Jack tetap mengunjungi Phyllis dan membacakan sebuah cerita yang ia tulis sendiri. Cerita tersebut merupakan kisah cinta mereka di masa muda. Jack terus melakukan hal tersebut agar Phyllis tak melupakan hubungan mereka hingga pada akhirnya Phyllis tutup usia.

Dari kisah-kisah terpatah hati itu  mungkin kamu bisa ambil pelajaran. Atau kalau terlalu malas, cukup baca berulang-ulang. Biar kamu tak merasa sendirian hingga merasa paling sakit dan pantas untuk menyakiti diri. Ditinggalkan dia yang benar-benar kamu cintai memang bikin hatimu patah. Semua hal di dunia tak lagi terasa indah. Tapi Hipwee hanya ingin mengingatkan bahwa wajar saja kok merasa patah hati saat diputusin pacar. Asal tak berlebihan. Apalagi sampai berpikiran untuk loncat dari ketinggian. Mencintai sewajarnya, merasakan patah hati juga seperlunya. Mereka yang mengalami patah hati parah aja bisa melewati, masa’ kamu yang baru secuil sakitnya ini udah menyerah di sini?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Not that millennial in digital era.

CLOSE