7 Tanda Dia Tak Lagi Menghargaimu Sebagai Pasangan. Kamu Perlu Ambil Sikap Sekarang

Selain hal utama seperti cinta dan kasih sayang. Sebuah hubungan tak hanya mampu bertahan, tapi juga bisa lebih dewasa, apalagi kalau bukan sikap saling menghargai. Meski porsinya relatif kecil dalam hubungan, sikap saling menghargai sudah hilang jelas berpengaruh. Karena pasti ada pihak-pihak yang dirugikan.

Advertisement

Jadi penting pula untuk kamu pahami tanda-tanda sikap saling menghargai pasanganmu mulai pudar. Setidaknya kamu bisa segera mengambil langkah bijak, entah memperbaikinya, atau kalau memang dirasa sudah terlalu berat, kan tak salah dilepaskan. Karena memang buat apa bertahan kalau waktumu sendiri terbuang sia-sia, perasaanmu pun terluka.

Untukmu yang mungkin masih kebingungan menentukan apakah sdia masih menghargai atau malah tak peduli, berikut, Hipwee berikan beberapa tandanya. Coba perhatikan baik-baik, siapa tahu selama ini kamu menghabiskan waktumu dengan bertahan pada seseorang yang tak lagi menghargaimu sebagai pasangan.

1. Prioritasnya sudah bergeser dari kamu ke hal-hal lain di hidupnya. Kamu jadi urutan kesekian untuk dapatkan secuil perhatiannya

Mulai tergeser via elizabethwellsphoto.com

Kamu dan dia memang masih dalam tahap pacaran. Masing-masing dari kalian pun punya cita-cita dan impian yang jadi prioritas. Namun bukan berarti hubungan tak jadi hal yang tak penting bagi kamu atau dia. Karena ada hal-hal dalam hubungan yang semestinya jadi prioritas agar hubungan bisa berkembang. Dan kamu lah yang awalnya jadi prioritasnya. Tapi semakin ke sini, sosokmu semakin tergeser dengan hal-hal lain. Jika boleh diukur dengan angka, dulu kamu menduduki peringkat pertama, tapi sekarang tergeser ke peringkat kedua bahkan kesekian.

Advertisement

2. Kepeduliannya juga tak sebesar dulu. Hal itu sangat terasa saat kamu berada di momen paling sulit di hidupmu

Tak sebesar dulu via elizabethwellsphoto.com

Rasa pedulinya terhadapmu pelan-pelan menguap seiring bertambahnya usia hubunga. Jika dulu kadar pedulinya sangat besar, bahkan cenderung protektif. Kini yang tersisa mungkin tak lebih dari sepuluh persennya. Lebih terasa ketika kamu tengah mengalami masa-masa sulit dalam hidup. Seperti saat keluargamu diterpa masalah dan kamu kepayahan menghadapinya, atau saat salah satu usahamu gagal. Kini tak ada lagi pundak untuk bersandar, apalagi genggaman tangan untuk menguatkan. Tapi justru tatapan datar yang menyiratkan kalimat, ā€œNggak usah manja!ā€

3. Pendapatmu tak lagi selalu dia butuhkan. Kalau pun dirinya meminta, itu hanya seperti formalitas saja

Sebagai formalitas aja via elizabethwellsphoto.com

Sebagai pasangan, wajar jika saling bertukar pendapat. Apalagi ketika salah satu di antara kalian tengah dihadapkan dengan dua pilihan. Karena pendapat dari pasangan turut andil dalam setiap keputusan yang dibuat. Tapi dalam hubunganmu itu berlaku di awal pacaran saja. Semakin ke sini, dia semakin jarang meminta pendapatmu. Kalau pun bertanya, rasanya seperti untuk basa-basi belaka. Apa yang kamu katakan seakan hanya lewat dari telinga kanan dan keluar lewat telinga kiri. Sia-sia seperti air yang perlahan-lahan pergi saat mendidih.

4. Percakapan yang tak pernah usai mulai kamu rasakan. Saat ditanya kenapa selalu menggantungkan obrolan, dia selalu tak punya jawaban

Nggak hanya cucian basah saja yang digantung. Namun percakapan kalian pun kerap tak ada kejelasan. Meski hanya topik sepele seperti kabarnya. Ketika ditanya alasannya tak mau mengakhiri obrolan sampai titik, dia selalu tak punya jawaban yang memuaskanmu. Kamu pun jadi berpikir, apakah dia sudah malas berlama-lama ngobrol denganmu? Atau justru tak punya ketertarikan lagi menyambung komunikasi seperti dulu?

Advertisement

5. Saat berbicara berdua, jarang sekali dia menatap matamu. Dia asyik sendiri dengan gawai atau hal lain yang lebih seru

Tak lagi menatap matamu via elizabethwellsphoto.com

Menatap mata lawan bicara itu wajar dilakukan. Justru dengan menatap mata lawan bicara, jadi tanda bahwa seseorang tengah fokus dengan apa yang sedang dibahas berdua. Namun hal itu tak lagi berlaku ketika kalian bersama. Jarang sekali dia menatap matamu saat kamu bercerita sesuatu. Ada saja yang dia kerjakan untuk tak menatapmu. Seperti fokus ke gawainya atau tepekur dengan hal-hal yang lebih seru lainnya.

6. Pelan-pelan, dia menghindar darimu karena tak mau direpotkan dengan hal-hal yang berhubungan dengamu

Tak mau direpotkan olehmu via elizabethwellsphoto.com

Berani menjalin hubungan, berarti berani untuk direpotkan dengan masing-masing pasangan. Tolong menolong, saling bantu hingga menyediakan waktu memang hal yang perlu dilakukan demi langgengnya hubungan. Hal itu kini tak lagi kalian rasakan dalam hubungan. Pelan-pelan dia menghindar untuk tak terlibat dengan urusanmu. Kamu jadi terlihat sepertiĀ single daripada punya pacar. Kamu pun jadi kehilangan sosok partner dalam segala hal yang dulu sempat didapatkan.

7. Marahnya terasa berbeda. Kini selalu ada tepisan tangan dan seribu kebisuan saat kamu ingin meredakan amarahnya

Kamu ditepis via elizabethwellsphoto.com

Dari fase marah seseorang, bisa dilihat apakah dia menghargai orang-orang di sekitarnya. Termasuk dia yang kini mundur teratur ini. Dulu ketika marah, dia hanya diam sejenak. Lalu luluh ketika kamu dekati pelan-pelan. Namun kini, bukannya luluh, kamu justru mendapat tepisan tangan tanpa penjelasan yang menyakitkan. Tepisan tangan itu jadi tanda bahwa dia telah mencabut hak istimewamu untuk meredakan marahnya.

Kalau menemukan tanda-tanda ini terjadi selama kamu menjalani hubungan dengannya, sebaiknya kamu segera mengambil sikap. Sebab dia yang tak menghargaimu lagi jelas sudah tak punya rasa sayang sama sekali. Pacaran denganmu hanya digunakan sebagai status agar dicap laku di kehidupan. Pikirkan baik-baik apakah kamu akan bertahan meskipun tak dihargai sebagai pasangan, atau menyudahi semua meskipun awalnya menyakitkan.

Daripada kamu membuang waktu bertahan dengan orang yang salah, bukan kah lebih baik merasakan sakit di awal? Lalu mencari seseorang yang bisa lebih menghargaimu, walau itu pasti butuh waktu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Not that millennial in digital era.

CLOSE