“Aku Siap Untuk Sesuatu yang Baru. Tak Lain, Hidup Bersamamu.”

Bukan berarti aku tak bahagia dengan hidup yang makin bisa ditebak arahnya. Lulus, bekerja, mengenal satu-dua orang yang nampaknya bisa diajak membangun masa depan bersama. Menjalani hari sebagaimana orang dewasa selayaknya.

Tapi kehadiranmu membuatku ingin melakukan sesuatu yang baru. Antitesis dari otonomi dan seluruh kebebasan masa mudaku. Keputusan ini akan membuatku tak bisa seleluasa dulu lagi, tapi di sisimu babak hidup selanjutnya terasa masuk akal dijalani.

Sayangku, kali ini mantap sudah kesiapanku. Aku siap untuk sesuatu yang baru — yaitu memulai hidup bersamamu.

Kita adalah rima yang sudah bisa ditebak ke mana arahnya. Genggam tangan dan rengkuhan sayang adalah peta menuju jalan pulang

Genggam tangan dan rengkuh sayang adalah peta menuju masa depan

Genggam tangan dan rengkuh sayang adalah peta menuju masa depan via pinterest.com

Sebelum bersamamu cinta penuh tanda tanya sudah khatam kujalani bersama mereka. Aku pernah jadi gadis gengsi yang enggan mengungkapkan apa yang dirasa. Berharap prianya mampu membaca apa yang diinginkan tanpa harus berkata-kata. Masalah didiamkan, mengendap sekian lama, hingga akhirnya meledak pada saatnya.

Di lain kesempatan perasaan pernah dibiarkan menuntun perjalanan. “Yang penting bahagia, urusan masa depan lain perkara.”, begitulah perbedaan berusaha dibuat sederhana. Toh pada akhirnya masalah tidak menguap setelah diacuhkan sekian lama. Perbedaan yang nyata menyisakan satu-dua kerat luka di dada.

Mendapatkan pendampinganmu membuatku merasa seperti tutup botol bertemu ulirnya. Rasanya ada suara, “Klik!” yang menggema di telinga setiap kita bersama. Kita jelas bukan dua manusia yang sama — tapi kau dan aku seperti sepasang penyair yang lihai menyamakan rima.

Dalam genggam tanganmu jemariku membaca gurat masa depan. Dekap hangatmu seperti sandi morse yang menuntunku menuju pulang. Bersamamu, aku tak lagi merasa gamang.

Hidup penuh prediksi makin lawas rasanya dijalani. Bolehkah lenganmu sekarang kujadikan pegangan? Bersama, kita hadapi tidak pastinya masa depan

Bolehkah lenganmu kini jadi pegangan?

Bolehkah lenganmu kini jadi pegangan? via danajphoto.s3.amazonaws.com

Biar saja jika kita tak langsung bahagia. Kali ini aku berjanji akan lebih keras kepala memperjuangkan kita.

Sudah lewat masanya menjalani cinta yang begitu-begitu saja. Kencan ke tempat baru setiap Malam Minggu, fancy dinner sebulan sekali tepat di tanggal gajianmu, ditutup dengan berbagi cium dan peluk yang sesekali melibatkan tangan yang menyusup ke balik baju. Kita sudah terlalu dewasa untuk cinta kacangan macam itu.

Sekarang lebih ikhlas kujalani cinta yang melibatkan perdebatan sengit di antara kita. Tentang bagaimana menyisihkan gaji agar DP KPR bisa dilunasi segera, soal mengatur hobiku dan hobimu yang ternyata menghabiskan sekian banyak dana, pun perkara imunisasi anak yang membuat kita migrain saat mengantri membayarnya.

Selepas kepastian komitmen didapatkan kini saatnya menjalani hubungan penuh tantangan. Berdua, kita akan jadi penyintas yang bertekad mengerahkan seluruh tenaga demi memenangkan keadaan. Kau menggiring tanganku dan membuka jalan. Sementara lenganmu kugenggam erat. Pada navigasimu masa depan kupercayakan.

Malam-malam panjang ala zombie akan segera datang. Perdebatan yang melibatkan urat leher mengencang pasti tak terelakkan. Tapi dalam setiap perubahan, akan kita susun balok-balok pengharapan

Malam-malam panjang ala zombie dengan bahagia kita hadapi berdua

Malam-malam panjang ala zombie dengan bahagia kita hadapi berdua via img.scoop.it

Randomnya kita hari ini akan jadi cerita lucu yang kelak bisa melengkungkan senyum di pipi. Keinginanku yang seenaknya mengajakmu keluar kota hanya karena ingin makan sate buntal yang cuma ada di sana. Tak indahnya dirimu pada kebutuhan dasar sebagai manusia, hingga dengan entengnya merelakan sekian juta demi membeli CD Vinyl band kesayangan yang katamu langka.

Sepakat menghadapi masa depan berdua bukan berarti tanpa konsekuensi. Kita jelas tak akan lagi jadi pasangan manis yang selalu saling memuji. Sesekali kau bisa berubah jadi pengkritik nomor wahid yang paling menyebalkan. Aku pun bisa menjelma jadi gadis penuh tuntutan, yang mendorongmu tak pernah lelah mengejar masa depan.

Akan ada masa sulit yang tak terelakkan. Akan datang malam-malam panjang yang membuat kita terpaksa berjaga. Bukan untuk bercinta, melainkan demi mengurus nyawa baru yang kita hasilkan berdua.

Dalam tiap pergeseran mozaik kehidupan, ada pengharapan yang dipanjatkan. Kau dan aku akan belajar berbaik sangka pada Tuhan bahwa kesulitan tidak datang tanpa tujuan. Ada kebaikan yang pasti menunggu di masa depan.

Berdua, kita akan tumbuh jadi partner dalam merayakan kehidupan. Idealisme dan keyakinan diangkat tinggi-tinggi di setiap prosesi bersulang

Kita akan jadi partner merayakan kehidupan

Kita akan jadi partner merayakan kehidupan via www.frenchweddingstyle.com

Meski kebahagiaan tak langsung serta merta datang, ada rasa cukup setiap kita berjalan bersisian. Kau dan aku adalah dua manusia dengan banyak kekurangan, tapi hanya masing-masing dari kita yang bisa menerima satu sama lain tanpa perlu banyak persyaratan.

Kuterima kegigihanmu mempertahankan idealisme yang kerap membuat kita dikomentari rekan sejawat yang tampak selangkah lebih mapan. Kudampingi dirimu, dengan segala nilai-nilai yang kau percaya, sembari terus mengulang keyakinan dalam dada bahwa idealisme akan menjadi kemewahan terakhir yang dimiliki generasi muda.

Di sisi lain, kau pun menerimaku apa adanya. Kegemaranku berandai-andai tak pernah membuatmu memalingkan telinga. Kau dengarkan cerita anehku tentang keinginan akad nikah di Ranu Kumbolo, atau tentang hujan yang seperti tarian waltz di mataku. Kau pun mengamini cita-citaku yang ingin  terus mendongeng sampai anak kita besar nanti.

Berdua, idealisme terasa makin ringan dijalankan. Ada tangan yang akan selalu menggenggam. Ada hati yang akan terus percaya bahwa nilai yang dipegang erat di dekat dada memang layak diperjuangkan sebegitu kuatnya. Kegagalan akan dihadapi dengan hati lapang, pun keberhasilan selalu terasa lebih lengkap dengan denting gelas kita yang saling menemukan.

Di luar sana biar dunia tetap berputar pada porosnya. Hanya saja kali ini ijinkan aku melakukan sesuatu yang berbeda. Kini, bolehkah aku dan kamu melebur sepenuhnya — jadi kita?

Bolehkah aku dan kamu melebur sepenuhnya, jadi kita?

Bolehkah aku dan kamu melebur sepenuhnya, jadi kita? via bigdayoutweddings.com

Saat kuucapkan kesiapan ini roller coaster akan tetap berputar berulang di lintasannya. Lebaran, Natal, dan Tahun Baru akan tetap datang saling berurutan. Tidak semua hal di dunia berhenti dan berubah hanya karena urusan keyakinan.

Kau dan aku akan tetap jadi manusia keras kepala dengan kadar menyebalkan yang sama. Kesulitan hidup juga tak langsung lebih ramah menyapa. Bahkan di beberapa episode hantaman datang lebih keras dari biasanya.

Hanya saja kini ada kepasrahan soal masa depan yang tak perlu dijelaskan. Ada kemantapan yang muncul tanpa membutuhkan undangan.

Bersamamu, kesulitan hidup layak diperjuangkan. Jatuh bangun kita sebagai pasangan masuk kategori momen sakral yang pantas dikenang. Kau, satu-satunya orang yang membuatku mampu berkata, “Iya” tanpa banyak rentetan pertanyaan.

Sesuatu yang baru tak pernah terasa semenjanjikan ini, selain bersamamu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat puisi dan penggemar bakwan kawi yang rasanya cuma kanji.