Ternyata Ini yang Dipikirkan Orang Posesif sampai Nekat. Bagaimana Cara Mereka ‘Tobat’?

alasan orang posesif

Kita mungkin setuju bahwa sikap saling percaya adalah salah satu kunci dari berhasilnya sebuah hubungan. Apalagi, pada hubungan romantis di mana kepercayaan pada pasangan nggak hanya sebagai kunci, tapi juga salah satu fondasi supaya bisa saling menguatkan saat ada masalah yang menimpa. Namun, rasa memiliki dan takut kehilangan kadang mengalahkan rasa percaya pada pasangan.

Hal inilah yang mungkin pernah  dirasakan orang-orang posesif. Dalam suatu hubungan romantis aku juga pernah bersikap posesif, punya rasa memiliki yang sangat berlebihan. Rasa memiliki ini memang sah-sah saja dilakukan pada taraf yang wajar, misalnya memberi perhatian, menyatakan kepemilikan dengan kalimat-kalimat romantis, dan ingin tahu kabar pasangan. Namun, posesif sudah pada taraf yang berlebihan atau ekstrem jika sudah sampai mengekang, membatasi, bahkan menguntit pasangan.

Aku menganggap bahwa perilaku ini adalah wujud rasa sayang dan takut kehilangan pada pasangan. Aku juga merasa memiliki hak penuh untuk mengatur dan membatasi pertemanan atau hubungan sosialnya.

Bahkan, sikap posesif seperti ini membuatku mudah curiga, cemburu berlebihan, dan sulit percaya dengan pasangan. Mungkin kamu pernah mendengar alasan klise yang biasa diungkap orang-orang posesif, misalnya “Aku melarang karena sayang,” atau “Aku begini karena aku cinta,” dan sebagainya. Namun, setelah melalui lika-liku hubungan romantis, aku sadar dan mulai berpikir, benarkah jika alasan posesif yang sebenarnya hanya karena sayang? Atau ada hal lain di balik sikap berlebihan itu?

Di Hipwee Premium kali ini, aku ingin mengulik sesuatu di balik perilaku posesif yang dulu pernah kulakukan sebelum menyadari suatu hal. Yuk, simak juga pengakuan orang-orang posesif ektrem dan pandangan Kei Saourie, seorang dating coach dalam memahami perilaku tersebut!

Orang yang posesif selalu punya cara untuk mengetahui dan membatasi semua hal yang pasangannya lakukan

Video call tiap saat bikin pasangan jadi terganggu | Credit Alex Green on Pexels

Pada umumnya, orang akan bertanya langsung pada pasangan tentang ke mana akan pergi atau kegiatan apa yang dilakukan, tapi tidak demikian bagi orang posesif yang berlebihan. Biasanya, orang ini punya cara-cara ‘ajaib’ untuk mengetahui informasi semacam itu, yaitu dengan mengawasi pasangan secara langsung. Bahkan, kadang dilakukan secara diam-diam.

Menurut Coach Kei Savourie, orang yang posesif akan mengatur pasangan karena merasa memiliki kontrol. Hal ini diperkuat oleh sebuah penjelasan dari Psychology Today bahwa perilaku posesif membuat orang mudah curiga karena sulit percaya pada pasangan, sehingga sebisa mungkin ia akan mengontrol sendiri segala hal yang dilakukan pasangan.

“Minimal aku telpon terus 15 menit sekali kalau dia (pasangan) pamit pergi sama teman, apalagi kalau dinas ke luar kota. Kalau telepon nggak diangkat, aku bakal lacak diam-diam GPS di ponselnya dan aku juga pernah hack akun Facebook dia biar bisa tahu interaksinya di medsos,” tutur Ryan (29 tahun) laki-laki yang mengakui pernah bersikap posesif secara ekstrem pada pasangannya.

Sikap Ryan tersebut nyatanya banyak dilakukan pula oleh orang-orang lain. Yang perlu kamu tahu, jika satu cara tidak berhasil, biasanya orang posesif punya ‘jalan ninja’ lain untuk mengawasi pasangannya, lo. Pada posesif yang ekstrem, sikap menguntit dengan cara mengikuti pasangan, mencari mata-mata, melacak GPS, atau bahkan menyabotase media sosial bisa saja dilakukan. Hal semacam ini tentu salah karena sudah melewati batas privasi dan termasuk hubungan yang tidak sehat, ya.

Selain tak percaya, biasanya beberapa hal berikut ada di pikiran orang posesif saat mengekang bahkan menguntit pasangannya

Pasangan yang posesif | Credit by Alex Green on Pexels

Mungkin sebagian besar orang yang posesif pada pasangan berpikir bahwa pengekangan adalah cara untuk mempertahankan hubungan. Begitu pun yang aku pikirkan dulu ketika posesifku sedang kambuh. Kalau menurut Coach Kei Savourie, perilaku posesif sebenarnya berawal dari rasa cemas dan tidak percaya diri seseorang terhadap hubungan yang dijalaninya, sehingga ia merasa tidak layak untuk dipertahankan dan mudah ditinggalkan oleh pasangannya.

Hal ini pun dialami oleh Ryan yang mengakui bahwa ia berpikir sikapnya tersebut adalah cara untuk membuatnya merasa aman dan percaya diri terhadap hubungan yang dimiliki bersama pasangan. Ia menganggap bahwa posesif bisa mengendalikan hubungan romantis seperti yang ia inginkan meski harus mengabaikan kenyamanan pasangan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat buku dan perjalanan