Cinta Monyet Remaja Itu Bukan Sesuatu yang Patut Disesali. Kamu Beruntung Bila Mengalami

Cinta Monyet

“Fase jatuh cinta paling menyebalkan adalah ketika kamu berumur remaja, di mana orang-orang dewasa menganggapmu belum layak untuk menjalin sebuah perasaan”

Kutipan tersebut rasanya terus terngiang-ngiang di kepala saya hingga saat ini. Memasuki umur remaja rupanya memang cobaan awal kehidupan kita sebagai manusia. Selain berusaha mencari jati diri, di umur segitulah kita selalu dianggap remeh oleh orang dewasa, terutama soal cinta. Bila kita mengaku jatuh cinta, orang akan menyebutnya “cinta monyet”.

Kalau dipikir-pikir menyebalkan juga ya?  Predikat cinta monyet selalu disematkan kepada para remaja yang sedang dimabuk asmara. Seolah-olah cinta itu sepele banget dan bukan sesuatu yang layak dianggap serius. Tapi terkadang orang-orang dewasa lupa, cinta yang agung pada dasarnya berawal dari istilah yang mereka sebut sebagai cinta monyet. Simak deh ulasan di bawah ini.

Meski dianggap sepele banget, tapi kemampuanmu mencintai seseorang itu anugerah dan patut disyukuri

Photo by Sean Mungur on Unsplash via unsplash.com

Gejolak masa remaja memang terkadang menjadi momok bagi sebagian orang. Fase ini terbukti menjadi salah satu fase mengerikan dalam perjalanan hidup kita. Mulai dari rasa penasaran yang tinggi, ketertarikan dengan orang lain, hingga keinginan untuk memperhatikan dan mendapatkan perhatian.

Nggak ada yang salah denganmu ketika jatuh cinta pada usia-usia ini. Hal tersebut memang respons alamiah yang terjadi seiring dengan beranjaknya usia. Memang, pada satu titik terkadang jatuh cinta di masa-masa remaja itu terdengar membosankan dan terkadang memang konyol sekali. Tapi memiliki perasaan cinta itu sebuah anugerah lo. Sebaliknya, nggak mampu mencintai orang lain itu justru tanda bahaya.

Memangnya kenapa sih kalau cinta monyet? Nggak apa-apa kali selagi tetap memberi dampak positif~

Photo by Henri Pham on Unsplash via unsplash.com

Bagi sebagian orang, hal yang paling menjengkelkan ketika memasuki usia remaja bukan karena mereka seorang remaja. Tapi karena orang-orang dewasa yang selalu menganggap mereka berada di bawah, belum layak dan pantas untuk menjalani segala sesuatunya. Rupanya dari situlah istilah cinta monyet hadir, menghakimi para remaja yang sedang jatuh cinta sejatuh-jatuhnya.

Padahal, nggak ada salahnya kok bila kamu jatuh cinta. Tapi dengan satu catatan, asalkan jatuh cintamu itu menjadikan masa remajamu lebih berwarna dan positif. Misalnya gara-gara jatuh cinta, prestasimu jadi melejit karena pengen terlihat keren di mata si dia. Karena cinta itu bukan perkara yang sempit, bisa berbentuk dalam banyak hal yang bahkan tak pernah terbayang sebelumnya.

Kalau ada yang mengolok-olokmu belum pantas untuk jatuh cinta, katakan pada mereka bahwa cinta bukan hanya milik orang dewasa

Jatuh cinta adalah hak semua usia via www.pexels.com

Satu hal yang perlu diingat, bahwasannya tak ada batasan umur untuk jatuh cinta. Kamu bisa kok jatuh cinta di umur berapa pun. Namun, memang bentuk ekspresinya yang berbeda-beda dan kamu harus paham itu. Sayangnya, jatuh cinta yang dianggap layak oleh kebanyakan orang adalah milik mereka yang telah berumur dewasa.

Nggak heran, para remaja yang sedang jatuh ke dalam euforia merasakan getir manisnya perasaan cinta dianggap belum cukup umur dan belum saatnya. Kalau udah seperti itu, yang harus dilakukan adalah menunjukkan bahwa semua orang berhak jatuh cinta, siapa pun itu. Karena pada hakikatnya, cinta adalah milik siapa pun yang merasakannya dengan sepenuh hati, bukan hanya milik mereka yang merasa dewasa.

Untukmu yang sedang dimabuk asmara di usia-usia yang begitu mendebarkan ini, tetap semangat untuk menjalani dirimu sendiri. Jangan terlalu mengambil hati apa yang dikatakan oleh semua orang. Selagi memberikan dampak yang positif untuk hidupmu, kenapa harus ditolak. Asalkan kamu juga mengetahu batas-batasnya. Cinta itu anugerah untuk semua manusia kok.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Kadang menulis, kadang bercocok tanam

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi