Gadis yang Pensiun Jadi Minimarket 24 Jam Pribadimu

Kamu itu orang terpraktis yang pernah kukenal. Lihat saja, atas alasan kemudahan kamu paling malas mengemas alat mandi dalam setiap perjalanan. Buatmu menghemat tempat dan menghargai kekuatan bahu sendiri jauh lebih penting dari sekadar memakai sabun yang harumnya sudah kamu hapal setiap hari.

Advertisement

Mulai dari membeli camilan, beli alat tulis karena milikmu selalu hilang atau ketinggalan, sampai membeli tiket kereta yang minim antrian kamu pasrahkan sepenuhnya ke minimarket andalan. Awalnya aku menganggapnya biasa — ah paling kamu cuma malas repot saja. Tapi tak pernah kusangka ternyata kebiasaan ini terbawa sampai ke urusan perasaan. Kamu memperlakukan pasangan seperti minimarket 24 jam, sampai sekarang.

Kamu membutuhkanku, sekaligus meremukkan sisi hati satu persatu

Di awal hubungan kubuat diriku sendiri percaya: semua tingkahmu terjadi hanya karena kamu sangat membutuhkanku. Ponsel yang membangunkanku di jam 2 dini hari dan suaramu yang mengeluh sepi  adalah bukti kamu sedang rindu. Pesan beruntun saat aku lupa membalas lebih dari 10 menit hanya tanda kekhawatiranmu. Permintaanmu supaya aku mengurangi intensitas pergi keluar kota sempat terlihat menggemaskan — betapa kamu tidak bisa kutinggalkan.

Rasa sayang seharusnya tidak membatasi langkah via www.pexels.com

Tapi rasa disayang seharusnya tidak pernah jadi memberatkan. Herannya, kian lama berjalan langkah kakiku terasa makin terbatas jangkanya. Kawan-kawan dan relasi mengecil jumlahnya entah kenapa. Waktuku mengembangkan diri sendiri harus dikorbankan atas alasan kepentingan berdua. Jika dihitung, alibi ’kepentingan berdua’ jelas lebih banyak kebutuhanmu sebenarnya. Kuamini semua permintaanmu dengan menyusutnya lingkapan pribadiku sebagai bayarannya.

Advertisement

Minimarket 24 jam milikmu lupa rasanya jadi mandiri. Memilih tidak hidup untuk persetujuan orang lain bukan berarti tidak bisa dicintai

Im not living for your approval via www.pexels.com

Barangkali kamu tidak pernah tahu rasanya hidup untuk persetujuan orang lain. Hanya karena ingin membuatmu bahagia, jadi alasan aku melakukan aksi-aksi cinta yang jauh berbeda dari gayaku sebenarnya. Motifnya sederhana saja: supaya saat bersamaku kamu merasa semua cukup dan pas takarannya.

Aku ingin mengisi gelasmu sepenuhnya. Lupa, untuk melakukannya tanpa membuat diriku sendiri kerontang aku juga perlu minum dulu sebanyak-banyaknya.

Advertisement

Sementara kamu tak pernah menyiramiku dengan rasa hangat pun pelukan yang lama.

Ku-reset ulang penilaianku soal jam buka. Dalam rasa, sesuatu yang terbatas ternyata lebih dihargai kehadirannya

Ibarat store manager handal kulakukan AB Testing soal jam buka. Menyediakan badan selama sehari semalam belum tentu sebanding dengan keuntungan. Dalam satu hari, kucoba buka 12 jam saja. Belajar tega membiarkanmu, pelanggan setiaku, kebingungan mencari pasokan kenyamanan. Di hari selanjutnya kubatasi jam buka jadi cuma 18 jam. Dalam 6 jam waktu kehilangan kamu mengirim sekian banyak pesan mencari yang sedikit kasar. Tapi toh kamu tidak meninggalkan.

Aku mencintaimu begitu dalam mesti sering disepelekan via www.pexels.com

Ogah kehilangan waktu, kumasukkan semua data kedalam spread sheet yang formulanya sudah dihitung sedemikian rupa. Voila! Menyediakan badan sepanjang waktu malah membuatmu semakin tidak menghargaiku. Menggampangkan, menganggap aku tidak akan hengkang sudah jadi kebiasaan. Keputusan terberat adalah keputusan yang menyakiti orang paling disayang. Aku mencintaimu begitu dalam, itu sebabnya aku harus memutar otak supaya perasaanku tidak hilang karena begitu sering kau sepelekan.

Maaf, aku memilih berhenti jadi minimarket 24 jam pribadimu. Sekarang aku cuma warung biasa yang sebelum membeli harus kau ketuk dulu

Sekarang aku cuma warung biasa yang selalu harus kau ketuk dulu via www.pexels.com

Ingin memberikan segalanya, berusaha supaya kamu selalu cukup dalam semua sisi ternyata membuatku perih di berbagai sisinya. Setelah beberapa waktu terlalu sibuk belajar menjadi minimarket pribadimu aku sadar stok barang berjibun toh tidak juga memuaskanmu, pun membuatmu lebih mencintaiku. Sekarang aku undur diri jadi penyedia jasa serba ada.

Jangan khawatir, kau tetap bisa datang saat butuh air mineral, sabun batangan atau gula-gula. Bedanya kini aku tidak hadir dengan lampu neon dan tanda buka 24 jam.

Ketuk pintuku dulu saat kau membutuhkanku. Kau perlu belajar untuk lebih menghargai, aku perlu diajar ulang bagaimana rasanya dicintai.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat puisi dan penggemar bakwan kawi yang rasanya cuma kanji.

CLOSE