Kalau Ini Bukan Cinta; Kamu Tak Tahu Lagi Ini Apa

Kamu lupa kapan terakhir kali betah menatap siluet wajah seseorang lama-lama. Jadi pengamat ahli garis rahangnya. Menemukan sinar mata yang membuatmu ingin melebur di dalamnya. Menikmati setiap perubahan mimik wajah yang membuatmu betah memandanginya.

Kamu juga lupa kapan terakhir kali merasakan gelenyar mewah yang mengalir ke seluruh badan. Selepas rongga diantara jari saling menemukan, sesaat setelah tubuh kalian merengkuh dalam kehangatan. Hingga rasanya tak mau dilepaskan.

Sudah lama sekali rasanya dari kali terakhir hidupmu terombang-ambing sebab urusan perasaan. Debar ini akhirnya kembali kamu rasakan, setelah sempat hanya berkutat pada perkara target dan pencapaian.

Ah, jika yang sekarang kamu rasakan ini bukan cinta — kamu tak tahu lagi ini apa.

Deminya, rela kamu lakoni hal-hal sepele yang menghangatkan hati. Kamu belum pernah semanis ini

Sebelumnya kamu belum pernah semanis ini

Sebelumnya kamu belum pernah semanis ini via www.athinglikethatphotography.com

Selama ini kamu bukan penganut pasukan penyebar gula-gula. Bahkan saat sedalam itu jauh cinta, semua diungkapkan dengan biasa-biasa saja. Lebih ke datar bahkan gayanya. Baru kali ini perkara perasaan membuatmu jadi orang berbeda.

“Tidur nyenyak ya. Mimpi manis.” jadi pernyataan yang dengan ringan kamu kirimkan sebelum sepenuhnya menyerah di peraduan. Seakan ucapan selamat malam yang dibumbui sedikit serpihan perasaan bisa jadi penyelamat dari jebakan kesepian.

Ini jelas bukan gayamu. Sebelumnya tak ada tempat dalam hidup untuk urusan remeh macam itu. Baru kali ini hal-hal sederhana berubah jadi penghangat hati untukmu.

Kali ini semesta berkonspirasi menyingkirkan rasa tak mau peduli. Bahkan tanpa diminta, kecemasan kecil bisa datang tanpa permisi

Bahkan tanpa diminta, kecemasan bisa datang tanpa permisi

Bahkan tanpa diminta, kecemasan bisa datang tanpa permisi via lawyer-ok.biz

Ada rasa nyeri di dada setelah tahu bahwa jam tidurnya terpangkas habis-habisan di sana. Perasaanmu yang tadinya ceria berubah jadi gloomy seketika hanya dengan membayangkan bahunya yang tampak lebih turun karena lelah; matanya yang sayu dan memerah.

Kali ini kamu hanya tidak mau dia yang kamu sayang terjebak payah.

Setiap mendengar ceritanya tentang hari yang berjalan tak mulus, ingin rasanya membatalkan semua agenda.  Duduk di sisinya — membuka tangan untuk membiarkannya menyelipkan jari di sana. Menyediakan bahu dan lenganmu untuk dia rengkuh sesukanya. Menjadikan lekuk lehermu tempat persembunyian aman dari hiruk pikuk dunia.

Buatmu sebenarnya ini sama sekali tidak sederhana. Baru kali ini kamu rela hidupmu melambat sementara; demi memastikan semua kebutuhannya terpenuhi tanpa ada cela.

Bukan cuma sekali matamu bertabrakan dengan matanya. Lekat mengamati perubahan pupilnya. Rasa ingin tenggelam di sana masih ada, setelah sekian lama

Rasa ingin tenggelam dalam matanya masih ada, setelah sekian lama

Rasa ingin tenggelam dalam matanya masih ada, setelah sekian lama via wileyphotography.com

Bukan kamu orang yang paling luwes jika diminta menjelaskan panjang lebar soal perasaan. Buatmu cinta bukan keajaiban; melainkan hasil akhir dari pertimbangan yang didukung rasionalitas matang.

Sebelum bertemu dia, cinta bagimu adalah kesediaan untuk membentuk pakta. Menjaga komitmen bersama demi stabilitas hidup yang jauh dari huru-hara.

Namun kali ini berbeda.

Sudah ratusan hari kalian bersama. Namun tatap tajam matanya, kebiasaannya menggigit bibir bawah setiap sedang fokus pada apa yang dikerjakannya, lengan kemejanya yang rapi digulung agar tak mengganggu pandangan ke jam tangan di pergelangan kanan — masih menimbulkan debar yang sama.

Kamu jadi orang paling bahagia sedunia. Setelah berhasil jatuh cinta berkali-kali pada orang yang sama.

Sungguh. Jika yang kamu rasakan kali ini bukan cinta — kamu tak tahu lagi ini apa

Kalau ini bukan cinta, kamu tak tahu lagi ini apa

Kalau ini bukan cinta, kamu tak tahu lagi ini apa via www.athinglikethatphotography.com

Tanganmu reflek membetulkan selimutnya yang tergulung sampai ke dada demi memastikan kehangatannya tetap terjaga. Tanpa sadar kamu terbiasa menempelkan kepalamu ke dadanya. Menghapal alur yang menonjol dari tulang belikatnya. Kemudian meletakkan telingamu di atas jantungnya. Hanya untuk menemukan ketenangan di sana.

Balasan pesannya yang singkat dan lama juga tak lagi membuatmu setengah gila. Kamu mengerti bahwa dia tidak semudah itu mengungkapkan rasa. Kalian memang berbeda dalam perkara meluapkan apa yang ada di dada. Itu hanya harus diterima. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan karenanya.

Perpisahan sementara membuat seluruh inci tubuhmu merindukan kehadirannya. Kamu kehilangan sahabat terbaik untuk bercerita. Inside jokes yang melibatkan sindiran dan lirikan mata tak bisa lagi dikeluarkan selama dia tak ada. Tak cuma sekali, di jam 2 pagi kamu terbangun lalu merasa kosong. Berharap dia ada di sisi. Untuk bisa direngkuh sepenuh hati.

Kamu jelas bukan expert dalam urusan perasaan. Hubungan cinta yang gagal, menitipkan hati pada orang yang salah dan malah menciptakan kehancuran– semua sudah pernah kamu rasakan. Tapi kali ini berbeda. Bulu-bulu halus di tengkukmu meremang setiap ingin mengamini kuatnya perasaan di dada. Terlalu absurd rasanya untukmu jika menyebut ini cinta.

Ah, tapi jika yang sekarang kamu rasakan ini bukan cinta..lalu apa?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat puisi dan penggemar bakwan kawi yang rasanya cuma kanji.