Melepaskan yang Hampir Digenggam, Rasanya Jauh Lebih Sulit dari yang Dibayangkan #HipweeJurnal

Ketika saya lagi berdebar berharap menunggu kehadiran Ahjussi Gong Yoo di sebuah acara liputan siang ini, telepon genggam saya tiba-tiba berbunyi. “Yuk, hari ini bukannya kamu nulis #hipweejurnal ya?” tanya sang bos juru ketik di Hipwee. Debaran jantung saya pun semakin nggak menentu, bukan lagi karena Gong Yoo yang nggak bisa datang, tapi malah karena saya bingung harus bahas apa.

Advertisement

Bahkan di saat saya menulis paragraf pertama di atas pun saya masih terjebak dalam nostalgia dilema. Mau bahas hubungan tapi saya lagi nggak berhubungan dengan siapa-siapa. Mau nulis motivasi, saya sendiri lagi sangat butuh dimotivasi. Hemmm, tapi saya akan mencoba menulis tentang bagaimana caranya melepaskan seseorang yang hampir dalam genggaman. Berpisah dengan orang yang kita sayang walau tak pernah ada kata ‘kita pacaran ya’, itu ternyata lebit sulit dari yang dibayangkan.

“People come and go,” ya kalimat sakti tersebut memang benar adanya. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Setiap kata hi akan diakhiri dengan goodbye. Banyak tahap dan proses yang harus dilalui. Bukan lagi sekadar ‘ah biarin aja dia pergi, kan masih banyak ikan di laut.” 

Ketika umur sudah menapaki seperempat abad, perpisahan ialah sesuatu yang sangat dihindari dan sulit untuk dijalani. Pergolakan hati dan batin pasti akan sangat menguras energi. Lalu bagaimana seseorang bisa terlepas dari masa sulit itu?

Advertisement

Jika ingin menangis, menangislah. Keluarkan segala emosi yang tertahan dalam hati. Dengan begitu, kamu akan lebih merasa lega walau masih ada yang tersisa

menangislah, tak apa… via unsplash.com

Menjalani sebuah hubungan pasti memiliki banyak kenangan. Suka, duka, tawa, bahagia, semua dirasakan bersama tanpa terpikirkan akan ada kata ‘selamat tinggal’. Semakin dewasa, hubungan cinta akan semakin rumit dengan segala problematika yang ada. Melepaskan satu sama lain dengan dalih akan menjadi keputusan yang terbaik nyatanya sangat sulit untuk dilakukan. Tapi ketika hal itu terjadi, diri ini pun hanya bisa menerima dengan air mata yang keluar begitu saja.

Menangis memang bukan solusi untuk memperbaiki situasi. Tapi dengan menangis, kamu akan lebih merasa lega daripada menyimpan segala bentuk emosi seorang diri dalam hati. Nggak perlu merasa malu atau lemah, itulah mengapa air mata diciptakan.

Sebisa mungkin jangan dulu mendengarkan lagu-lagu mellow yang penuh dengan kenangan. Sumpah, itu cuma akan buat hati kamu semakin terasa remuk

Advertisement

dengarkan lagu yang lebih membuat hati lega via unsplash.com

Terkadang sebuah lagu bisa mewakili apa yang ada di hati. Kata di setiap liriknya seakan tahu apa yang tengah dirasa. Lantunan nada yang mendayu juga tak kalah mampu menyesakkan dada. Banyak memori yang akan terlintas begitu saja ketika kamu mendengarkan lagu penuh kenang bersamanya. Pikiran kamu pun nggak bisa menolak hal itu karena memang pada dasarnya kamu sedang butuh untuk dimengerti.

Oleh sebab itulah coba untuk tidak mendengarkan lagu-lagu sedih ketika dirimu sendiri sedang dalam kesedihan. Bukannya membantu, justru kamu akan semakin terpuruk ke dalam situasi yang hanya akan membawa ingatanmu kembali padanya.

Jika kamu tidak bisa meluapkan semua emosi pada seseorang, coba ambil secarik kertas lalu tuangkan apa yang kamu rasa ke dalam sebuah tulisan

tulis semua kenanganmu via unsplash.com

Ada kalanya kita butuh sendiri dan tidak menceritakan apapun pada orang lain. Bukannya karena nggak ada rasa percaya, hanya saja diri ini butuh waktu untuk mencoba terbiasa. Tapi jangan sampai kamu menyimpan emosi itu terpendam begitu saja dalam diri. Kamu juga harus menuangkan segala yang kamu rasa pada sesuatu, salah satunya dengan menulis.

Tulislah apa yang sedang kamu rasa. Ungkapkan segala umpatan yang ada di benak kamu. Ekspresikan isi hati kamu ke dalam sebuah tulisan. Terkadang goresan tangan akan lebih melegakan karena kamu jadi punya wadah untuk menyampaikan isi perasaan.

Cinta memang sering kali mengalahkan logika karena perasaan lah yang akan lebih berbicara. Bukan nggak mungkin kita menjadi buta karenanya. Bahagia bisa dirasa tapi ujungnya tak jarang pula menimbulkan luka. Sekali lagi, melepaskan seseorang yang sudah hampir dalam genggaman jauh lebih sulit dari yang dibayangkan. Merelakan tak semudah apa diucapkan, dan mengikhlaskan juga tak segampang apa yang dibicarakan orang.

#HipweeJurnal adalah ruang dari para penulis Hipwee kesayanganmu untuk berbagi opini, pengalaman, serta kisah pribadinya yang seru dan mungkin kamu perlu tahu 

Baca tulisan #HipweeJurnal dari penulis lainnya di sini!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Biarkan hasil yang berbicara bukan cuma omongan semata.

CLOSE