Padamu yang Pernah Terluka karena Cinta: Percayalah, Kamu Masih Berhak Bahagia

terluka karena cinta masih berhak bahagia

Kamu hafal benar alurnya: kalian bertemu dan saling mengenal, perasaan simpati tumbuh perlahan-lahan, kemudian berkembang lebih cepat dari yang awalnya diperkirakan. Kamu pun mungkin sudah tahu sedari awal bahwa kedekatan itu seharusnya tak pernah ada, bahwa hubungan yang paling tepat untuk kalian adalah berteman saja. Namun kalian tetap melanjutkannya. Ketika garis “finish” harus dilewati, kalian saling menyakiti, membuatmu akhirnya – dan mungkin juga dia – terluka.

Advertisement

Hidupmu memang berlanjut seperti biasa. Luka hati berhasil ditutupi karena kamu cukup tangguh untuk bertahan sendiri. Kamu pun sudah melupakannya cukup lama, sampai alasan-alasan mengapa kamu harus melupakannya sudah kamu lupakan pula. Namun sejak hubungan terakhirmu menemui kegagalan, hatimu belum juga bisa terbuka untuk menjalin cerita dengan manusia yang lainnya. Kamu masih terlalu sakit hati untuk percaya bahwa hubungan cinta yang tulus dan menggenapi tidaklah mustahil untuk dijalani.

Sampai kapan kamu harus menutup pintu hati? Begitu beratkah untuk mengakui bahwa kamu yang terbilang mandiri bisa tergerus sepi?

Kamu bukan orang pertama yang terluka karena cinta. Dan setelah cukup kuat menanggungnya selama ini, kamu berhak merasa bahagia lagi.

Advertisement

Bisa jadi hingga kini, kamu menutup pintu hati karena takut terluka untuk kedua kali.

mengingat ayah

takutkah kamu terluka lagi? via imgbuddy.com

Kamu pernah begitu percaya bahwa hubungan terakhirmu itu akan berlangsung selamanya. Jika ada yang bertanya siapa yang pernah paling dalam kamu cinta, kamu pun takkan ragu melafalkan namanya. Itulah mengapa perpisahanmu dengan dia begitu membekas dan menyisakan trauma.

Bukan hal mudah untuk kembali membuka hati ketika kamu pernah terluka. Mungkin setelah perpisahan itu, kamu selalu menutup pintu, menolak cinta lainnya yang ada di sekitarmu. Mungkin kamu pun berpura-pura tidak tahu ketika seseorang berusaha mendekatimu. Bukan karena tak tertarik pada mereka. Namun karena kamu pernah tahu rasanya begitu mencintai, dan betapa dalam luka yang akan ditimbulkan jika hubungan cinta itu harus gagal. Kamu menolak bukan karena naif, apalagi gengsi. Kamu hanya takut jatuh dan luka untuk kedua kali.

Namun, hatimu justru akan bertambah luka jika kamu menolak dia yang sebenarnya mampu membuatmu bahagia

Advertisement
Yang aku ingin tak banyak, kau bisa menjaga perasaanku.

Kamu harus percaya, kamu pun berhak bahagia via galleryhip.com

Di antara mereka yang pernah menaruh perhatian padamu, tidak pernahkah kamu berpikir bahwa ada yang sebenarnya bisa membahagiakanmu? Hanya sayangnya, dia tak punya kesempatan untuk mewujudkannya karena kamu terlebih dahulu membanting pintu tepat di depan wajahnya. Akhirnya, dia yang sempat tulus peduli tak punya pilihan lagi selain menunduk pergi, pulang ke rumah dan menyerah kalah.

Berapa banyak lagi orang yang harus menjadi korban dari sakit hatimu di masa lalu?

Kamu paling tahu rasanya sakit hati. Tegakah dirimu menggurat luka yang sama pada orang lain yang tak bersalah apa-apa?

Ada seseorang di sana yang pernah selalu memikirkan kebaikanmu. Yang berusaha meringankan harimu dengan sapaan manis atau cerita lucu. Yang bersedia memberikan nyaris apa saja, seandainya kamu memintanya.

Namun dia menyerah dan mengangkat kedua tangannya. Menunggu terlalu lama kamu akan membuat hatinya luka-luka. Kamu pun tak bisa menyalahkan kepergiannya. Saat dia masih ada, kamu tak pernah memintanya melakukan apa-apa — bahkan hal-hal sederhana yang sebenarnya bisa membuat dirimu bahagia.

Tanpa sadar, hatimu justru bertambah luka karena terus menolak kesempatan merasakan kembali ketulusan kasih sayang.

Cabutlah plester yang sudah lama membungkus hatimu. Dengan penutup itu, hatimu akan kesulitan bernapas dan membiru

Alon

Bukalah plester lukamu

Mempertahankan hubungan cinta memang bisa menguras tenaga. Sesabar dan setulus apapun dua insan, argumentasi dan kekecewaan tak akan terhindarkan. Kamu terlalu cerdas untuk tak menyadarinya. Mungkin ini alasan kenapa kamu memilih bertahan sendiri saja. Praktis, sederhana.

Luka hatimu ditutupi dengan plester. Agar tak banyak bertingkah, agar tak terlihat dari luar oleh orang-orang. Kamu belum berani mengakui bahwa plester yang ditempel terlalu lama tak akan menyembuhkan luka. Bahwa untuk benar-benar pulih sepenuhnya, lukamu harus dibiarkan bernapas dan terpapar udara.

Cabutlah plester yang sudah lama membungkus hatimu itu. Bukankah lukamu sudah mengering sejak lama? Tak perlu takut ia terinfeksi atau menjadi lebih parah lagi. Sudah saatnya hatimu dilepas bebas, mencari siapapun yang berhak mendapatkannya.

Ketika akhirnya kamu menemukan dia yang menggenapi, kamu akan memahami mengapa semua hubunganmu yang dulu gagal dijalani

aku yakin kita mampu untuk berasbar

Kamu akan mengerti kenapa dirimu harus gagal via pixshark.com

Pada akhirnya, semua kegagalan di masa silam akan mengantarmu untuk bertemu dia yang tertakdirkan. Luka yang sempat tergurat hanyalah bagian dari perjalanan. Kebahagiaanmu tak harus terhenti hanya karena berat bagimu untuk maju melanjutkan perjalananmu lagi.

Mungkin bukan malam ini, mungkin bukan esok hari. Namun kamu akan mengerti mengapa semua hubunganmu di masa lalu harus menemui kegagalan. Dirimu akan memahaminya, saat dia yang menggenapi akhirnya datang.

Lalu kapankah dia tiba?

Bukalah plester hatimu sekarang. Dia akan datang lebih cepat dari yang kamu perkirakan. Percayalah, karena kamu masih berhak merasakan kebahagiaan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Ophelia of the postmodern age.

CLOSE