Memang Menyakitkan, Tapi Aku Belajar 6 Hal ini dari Cinta yang Bertepuk Sebelah Tangan

Bertepuk Sebelah Tangan

Mengesampingkan sisi romantisnya, cinta bagiku sama horor dan penuh misterinya dengan hantu. Kehadirannya tidak bisa kutebak, kuhindari, dan kusangkal. Bahkan ketika aku sadar, aku sudah terjebak dalam perasaan aneh yang membuat jantung berdebar-debar. Lantas, bila sebelumnya hariku diibaratkan kertas kosong, pasti sekarang banyak sekali coretan namanya di sana.

Lalu, dengan segala pertaruhan diri yang kupunya, kuberanikan diri untuk menyatakan perasaan ini padanya. Ya, ya, aku sudah tahu bahwa pernyataan cinta bisa berakhir diterima ataupun di tolak. Namun, setelah antisipasi ini pun, tetap saja rasanya pedih ketika kusadari cintaku hanya bertepuk sebelah tangan. Perasaan kami tidak sepadan ataupun timbal balik. Sakit memang, namun, pengalaman ini bukannya tanpa pelajaran.

1. Mencintai seseorang itu pengalaman yang sangat unik dan lucu. Tak pernah kubayangkan aku akan memikirkan sesorang lebih dari diriku

jatuh cinta itu pengalaman unik via www.pexels.com

Dulu, fokus hidupku adalah diriku sendiri. Semua hal kusimpan dan kuhadapi sendiri. Aku juga tak peduli orang lain mau bicara apa, yang penting aku senang dan bahagia. Lantas, hari itu, salah satu dari hari-hari misterius, aku menyadari bahwa sudah lama aku memperhatikan seseorang lebih dari seharusnya. Sudah lama diri ini merasakan reaksi yang aneh saat melihatnya, atau bahkan hanya mendengar namanya dari seseorang.

Dari hari itu, semua yang kupikirkan kebanyakan tentang dia. Setiap hal yang kulihat dan kudengar, membuatku teringat padanya. Aku bahkan lebih hafal jam makan siangnya dibanding jam makan siangku sendiri. Aku lebih memahami sikapnya dibanding sikapku sendiri. Tak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa aku akan memperhatikan orang lain sedetail ini.

2. Mencintai seseorang itu hanyalah tahap awalnya. Apa yang terjadi setelahnya adalah pilihan yang harus diambil

jatuh cinta hanya awal via www.pexels.com

Bagian paling lucu, semua hal yang kujelaskan tadi hanyalah tahap awalnya. Setelah jatuh cinta, lalu apa? Perasaan itu akan bertahan di sana, seperti ruang kosong yang disarangi laba-laba bila tidak ada suatu tindakan yang dilakukan. Berikutnya, aku harus berkutat pada pilihan untuk memendam atau mengungkapkan. Dari sini, aku belajar untuk menentukan dengan menimbang setiap pilihan beserta risikonya.

Aku tahu bahwa tentang urusan ini, aku tidak bisa minta orang lain apalagi pemerintah untuk menyelesaikannya. Lalu akupun tiba pada satu kesimpulan, bahwa sebaiknya rasa ini kuungkapkan. Karena mengakui perasaan ini adalah sebuah penghargaan terhadap diriku sendiri. Toh, aku juga layak mencintai. Selain itu, menyatakannya akan membantuku menentukan langkah move on, kalau-kalau nanti penolakan yang kuterima.

3. Perasaan dan apa yang kuberikan kepada orang lain tak mesti mendapatkan balasan yang setimal. Dan itu adalah hal yang normal

perasaan nggak harus berbalas via www.pexels.com

Terkadang dalam pikiran polosku, aku menggugat seseorang yang tidak mau membalas budi. Maksudku, aku selalu berusaha membantu ketika ada teman yang butuh bantuan. Namun, giliran aku yang butuh bantuan, percakapan di grop WhatsApp seketika senyap, tak ada respons yang kudapat. Mengapa bisa demikian?

Dari rasa yang hanya bertepuk sendirian itu, kini aku tahu bahwa aksi tidak selalu sama dengan reaksi. Perasaanku yang tulus kepadanya, tidak menjamin dia memiliki perasaan yang sama. Pun, ketika aku berbuat baik kepada orang lain, aku tidak menjamin mereka akan membantu saat aku membutuhkan. Well, ironis, tapi itulah kenyataan.

4. Semua ini memang berawal dari kesalahan menafsirkan sikapnya. Tapi tak apa, kini aku mengerti setiap orang punya persepsi berbeda

salah tafsir awalnya via unsplash.com

Dalam suasana hati yang patah dan terluka, aku mencoba memikirkan semua dengan kepala dingin. Dari mana semua ini berawal? Kurasa dari sikap baiknya yang salah kuartikan. Nada-nada hangatnya, kepeduliannya, dan kesigapannya dalam memberi bantuan, membuatku berpikir bahwa dia memiliki perasaan yang spesial.

Kini aku menyadari bahwa setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda. Apa yang menurutku sangat istimewa, bisa berari hal yang biasa bagi orang lain, dan vice viersa. Karena itu, yang harus kulakukan sekarang adalah menjaga sikap agar risiko disalahpahami berkurang, juga menjaga hati agar tak mudah menyimpulkan sendiri.

5. Tidak semua hal yang kuinginkan bisa kudapatkan. Karena hidup ini bukan hanya tentangku

hidup bukan tentangku via www.pexels.com

Di antara semuanya, inilah pelajaran yang terpenting. Kegagalan cinta–bolehkah kusebut ini sebagai kegagalan?–ini mengajarkanku bahwa dunia ini dihuni oleh miliaran orang di dunia. Perasaan kami berbeda, kepentingan kami berbeda, dan keinginan kami juga berbeda. Jadi, bukanlah hal yang aneh bila tidak semua yang kuinginkan bisa kudapatkan. Dari situ, aku belajar untuk menerima kenyataan dan menghargai keputusan orang lain, karena dunia ini bukan hanya tentang aku saja.

6. Pun, hidup tidak berhenti berputar ketika hatiku patah berserakan. Aku tetap bisa bertahan dan mengobati perasaan

hidup terus berjalan via www.pexels.com

Terakhir, dan yang paling berharga, adalah fakta bahwa dunia terus berjalan seperti biasa. Aku bisa saja memilih patah hati berlama-lama, marah kepada dunia yang berlaku tak adil, menghindari siapa pun dan membenci cinta yang tak semestinya. Tapi setelah kupikir-pikir, untuk apa? Sesedih apa pun, semarah apa pun aku, dunia ini tetap bergegas. Tuntutan-tuntutan tetap harus kukerjakan dan, bahkan, tagihan-tagihan tetap berjalan. Jadi satu-satunya yang bisa kulakukan adalah mengobati patah hatiku sambil jalan. Hidup terus berlanjut meski hatiku berantakan.

Selain kegagalan, apa guru yang paling mengajari banyak hal? Menurutku, cinta yang bertepuk sebelah tangan. Ini adalah sebuah pengalaman tidak menyenangkan, tapi sungguh meninggalkan kesan. Hatiku memang sakit, tapi kini aku jauh lebih kuat. Dan barangkali, di masa depan, soal mencintai, aku akan lebih siap.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta harapan palsu, yang berharap bisa ketemu kamu.

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi