Saat Akhirnya Kau Kumiliki Nanti, Anakku: Hidup-Matiku Adalah Untukmu

Artikel ini terinspirasi dari @metiyanka31 , pemenang hari ke-16 #30HariTerimaKasih Challenge di Instagram. Hayo, sudahkah kamu bersyukur hari ini?

Anakku sayang,

Advertisement

Semoga kau tak terkejut melihatku datang. Di dunia nyata, kita memang belum pernah bertemu — namun tak perlu kau meragukanku. Akulah pemilik rahim yang akan mengantarmu ke dunia. Akulah tangan lembut yang bertugas membimbing langkah-langkahmu yang pertama.

Sekarang Ibu belum tahu bagaimana harus memanggilmu. Namun ketahuilah, sudah kubersihkan sebuah kamar luas dalam hati untuk kau tempati. Masuklah, tak perlu permisi. Siapapun dirimu saat sudah besar nanti, apapun yang akan kau suka dan tak sukai, selalu ada tempat untukmu di kamar lapang ini.

Bolehkah aku menyentuh kedua pipimu? Ada kuasa Tuhan yang kutemukan di setiap gurat urat tipisnya. Dan bolehkah senyummu kuabadikan dengan retina mata? Betapa di baliknya, kutemukan makna kata ‘bahagia’.

Advertisement

Ah, Nak,

Saat kau akhirnya kumiliki nanti, Anakku: hidup-matiku adalah untukmu

Namun cobalah maklumi, aku takkan jadi orangtua sempurna. Kau mungkin akan sering sakit hati karena ulah Ayah-Ibumu sendiri

Advertisement
A

Kami tak punya sekolah via zdepthing.com

Nak,

Tak ada sekolah untuk menjadi Ayah dan Ibumu. Kami harus belajar mendidikmu tanpa bantuan seorang guru. Berbagai kesalahan tak akan luput kami lakukan. Mungkin ada keluhan frustrasi yang keluar saat kau tak mau membuka mulutmu untuk makan. Mungkin kami berdua akan terdera rasa kelelahan, tertidur sambil menganga lebar saat kau menyusu di pangkuan. Mungkin kami akan memarahimu berlebihan, menyakiti hatimu dengan olokan-olokan yang kami anggap lucu dan kau anggap menyakitkan.

Kami takkan jadi orangtua sempurna. Begitu lahir di dunia, kau mungkin akan sering sakit hati karena ulah Ayah-Ibumu sendiri. Dan dalam kesempatan ini, aku ingin bilang bahwa itu bukan berarti kami tak menyayangi.

Cinta Ayah dan Ibu padamu, Anakku, tak perlu diragukan lagi. Begitu kau lahir nanti — kami akan jatuh cinta seolah malaikat sedang mengetuk pintu hatinya. Kesalahan-kesalahan yang akan kami lakukan di masa depan bukanlah bukti bahwa kau tak layak disayangi. Justru karena kami tahu kami akan begitu mencintaimu, kami berani bertaruh untuk tetap menghadirkanmu di samping kami. Yakinlah, tiap duka yang kau temui akan dibalas dengan seribu suka.

Tak tahukah kau, kami sedang mempersiapkan diri? Di umur yang masih muda ini, ada banyak hal yang sudah mulai kami benahi.

Kami sedang berbenah diri

Kami sedang berbenah diri via www.marianasabido.com

Aku tahu, diriku akan menjadi seorang Ibu. Ini bukan tanggung jawab yang kecil untukku. Sudah mulai kukalkulasi dari saat ini, apa saja yang harus kulakukan demi menjadi yang terbaik untukmu nanti. Demikian juga pria yang ada di sampingku saat ini. Ia pun mulai membenahi diri, agar siap memegang tanggung jawab sebagai suami — lalu ayah seorang insan mungil yang bahkan belum bisa berdiri.

Sebagai pasangan muda, kami tak lagi banyak berfoya-foya. Anggaran untuk kencan rutin di malam Minggu digunting, aku pun tak lagi asal membeli baju atau makeup hanya karena mereka sedang turun harga besar-besaran. Oh, dan aku mulai belajar memasak. Betapa lucunya! Tak pernah kubayangkan saat sekolah dulu, aku akan menjadi wanita yang bisa senang di dapur. Ah, semuanya untukmu, Nak. Jika kau hadiah, kami sedang sibuk mempersiapkan diri agar Tuhan melayangkan bingkisan terindah yang bisa dikirimkannya pada kami.

Semoga kita segera bertemu, Anakku. Dalam hati aku sudah mendoakanmu.

a

dalam hati, aku mendoakanmu via by-s.me

Mungkin aku memang belum tahu, bagaimana kau akan memanggilku. Aku pun belum tahu makanan apa yang paling kau suka, kata pertama yang kau ucapkan nantinya, dan cita-cita apa yang akan kau punya.

Aku masih belum merasakan jatuh-bangun menjadi orangtua. Yang kelimpungan saat anaknya sakit, yang hatinya sobek jadi dua ketika sang buah hati celaka, yang bersedia melakukan apapun agar sang anak bisa hidup, dan hidup bahagia.

Namun aku menunggu saat itu, saat senyummu tak lagi hanya ada di bayanganku. Kau akan melengkapi hadirku di dunia ini, aku tahu. Kumohon, Nak, jangan pernah bertanya apakah Ibumu ini selalu mendoakanmu. Bahkan sejak saat ini, di dalam hati, aku sudah melakukannya untukmu.

Dari Ibumu.

Selalu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE