Memaksa Mempertahankan Ia yang Sudah Tak Ingin Tinggal Itu Sia-Sia. Jangan Hatimu Sendiri Malah Disiksa

Melepaskan yang Tak Ingin Tinggal

Perkara melepaskan seseorang memang tak semudah kata-kata di kutipan. Tidak juga semudah alur cerita dalam novel atau film remaja tentang percintaan. Untuk pulih dari shock ditinggalkan itu saja kadang kita butuh perjalanan panjang.

Tak bisa dimungkiri pula bahwa ditinggalkan itu menyakitkan. Karenanya, terkadang kita melakukan segala cara agar dia tetap tinggal. Akan tetapi, mencoba mempertahankan seseorang yang tidak ingin tinggal adalah hal paling sia-sia di dunia. Melakukannya, sama artinya dengan menikamkan pisau di hatimu yang masih basah lukanya.

Mencintai seseorang sama artinya dengan menyiapkan hati untuk terluka. Fakta kecil ini perlu kamu ketahui sebelumnya

mencintai harus siap sakit hati via www.pexels.com

Jatuh cinta kepada seseorang itu mudah. Kamu hanya perlu melihatnya tersenyum atau tertawa, lantas separuh hati kamu berikan padanya. Benar juga kata-kata yang terkenal itu, cuma butuh waktu 10 menit untuk jatuh cinta, namun butuh waktu bulanan hingga tahunan untuk melupakannya. Padahal ketika kita mencintai seseorang, kita harus bersiap dengan segala kemungkinan. Termasuk kehilangan ataupun luka di hari-hari mendatang. Karena perasaan manusia tidak seperti nilai phi yang konstan, dan sebuah hubungan bisa berhasil ataupun gagal.

Orang yang ingin pergi tak mungkin bisa kamu tahan. Itu bukti bahwa perasaannya sudah terkikis begitu tajam

mungkin perasaannya sudah terkikis via www.freepik.com

Mengapa harus mempertahankan seseorang yang sudah memilih untuk pergi? Mengapa dia memilih untuk pergi, pasti ada alasannya. Bisa jadi cinta hubungan ini tak lagi membuatnya bahagia dan bertahan hanya akan lebih menyakitkan. Barangkali cintanya padamu sudah pudar karena ada orang lain yang muncul dan lebih ia inginkan. Bisa jadi perasaannya padamu sudah begitu terkikisnya sampai tak ada alasan untuk tetap bertahan. Atau mungkin sejak awal perasaan kalian memang tidak sepadan?

Bila benar perasaan kalian sepadan, seharusnya ia akan tinggal. Bukannya menyerah di tengah jalan

perasaan kalian tidak lagi berimbang via www.freepik.com

Setiap hubungan pasti ada permasalahan. Hubungan yang selalu baik-baik saja dan tak pernah mengalami guncangan itu justru patut dipertanyakan. Namun, jika perasaan kalian sepadan, tentunya perjuangan yang dilakukan juga imbang. Sama seperti kamu yang ingin melakukan apa saja agar bisa tetap bersama, ia seharusnya juga sama. Keinginannya untuk menyerah bisa muncul karena dia lelah, atau memang sejak awal kamu yang mencintai lebih dalam.

Memaksa seseorang untuk bertahan saat ia tak ingin hanya akan mengorbankan dirimu. Segala hal kamu lakukan agar ia mau

lakukan segala cara via www.freepik.com

Memang menyedihkan fakta bahwa dia yang kamu cintai begitu dalam tak menginginkanmu lagi dalam kehidupannya. Lantas kamu akan melakukan segala cara untuk bisa membuatnya tinggal. Segalanya, dan apa pun juga. Bukankah ini sama artinya dengan menyakiti dirimu sendiri? Kamu sengaja meletakkan dirimu sebagai sosok yang inferior, yang rela melakukan apa saja agar dia tidak pergi. Padahal di luar sana mungkin ada orang lain yang lebih mengharapkanmu hadir.

Merelakan dia yang berharga pergi memang berat dan menyakitkan. Namun, melepaskannya adalah bukti kamu berjiwa besar

buktikan kamu berjiwa besar via www.freepik.com

Mencintai itu mudah, mempertahankan orang yang dicintai itu sulit, merelakan orang yang disayangi itu yang paling sulit. Namun, melepaskan seseorang tidak hanya hanya berarti berhenti berhubungan. Ada sebuah proses yang kamu lalui di sana. Diawali dengan sebuah penerimaan bahwa hubungan yang dijaga ternyata tak berhasil. Lantas, dilanjutkan dengan meyakinkan diri bahwa perpisahan adalah solusi terbaik untuk saat ini. Hingga diakhiri dengan sebuah instrospeksi diri untuk mencari tahu apa yang salah hingga tak perlu mengulangi lagi di masa depan nanti.

Bila sulit, ingat saja fakta bahwa kamu tak lagi bisa membuatnya bahagia. Kalaupun bertahan, mungkin hanya karena terpaksa

tinggal karena terpaksa via www.freepik.com

Sebenarnya, keinginannya untuk pergi bisa diterjemahkan dengan sederhana: hubungan kalian tidak lagi membuatnya bahagia dan nyaman. Setelah kamu berjuang dan memaksa, bisa saja dia bersedia tetap tinggal karena tak tega menyakitimu. Tapi apa kamu lupa bahwa perasaannya padamu sudah berkurang dan bahkan mungkin pudar? Bahwa dia bertahan hanya karena terpaksa dan mungkin … kasihan?

Kamu hanya merasa tak bisa lagi hidup tanpanya. Tapi percayalah, kamu hanya butuh waktu, lantas segalanya akan baik-baik saja

hanya butuh waktu untuk menyembuhkan via www.freepik.com

Bisa dimengerti kesulitanmu melepaskannya. Bagaimanapun kamu dan dia sudah lama bersama. Sudah banyak cerita yang dilalui, dan mungkin ada cita-cita bersama yang ingin dicapai. Lalu kamu takut membayangkan ada apa setelah ini. Bagaimana menjalani hidup tanpanya terlihat gelap gulita, kamu takut tak bisa melewati. Memang, momen itu mungkin akan terjadi satu atau dua hari. Bisa juga seminggu, atau sebulan. Namun, segala yang kamu butuhkan adalah waktu. Suatu saat nanti kamu akan berpikir “oh, ternyata aku bisa ya hidup tanpa dia”.

Sekarang memang terasa menyakitkan melepaskan seseorang yang telanjur dicintai begitu dalam. Bahkan mungkin membayangkan kesendirianmu selanjutnya terasa mengerikan. Tapi percayalah, kelak kamu akan berterima kasih atas keputusanmu saat itu. Karena memang itulah hal yang paling baik hati, baik untuknya maupun untukmu sendiri. Sebab, bersikeras mempertahankan ia yang tak lagi ingin tinggal adalah hal paling sia-sia di dunia.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta harapan palsu, yang berharap bisa ketemu kamu.

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi